Mohon tunggu...
Nisa Atifah
Nisa Atifah Mohon Tunggu... Lainnya - -

Suka membaca, bercocok tanam, berharap kapan-kapan bisa menjadi konten kreator tentang bertani dan memasak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Diferensiasi

4 November 2023   19:24 Diperbarui: 4 November 2023   19:47 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal pertama yang terbayang dari pembelajaran diferensiasi adalah kerepotan yang harus dialami oleh seorang guru demi kegiatan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Sebagian besar guru beranggapan bahwa pembelajaran berfirensiasi mengharuskan guru mengajarkan masing-masing peserta didik dengan cara dan materi yang berbeda, berlari dari peserta didik satu ke yang lainnya. Pada bagian inilah miskonsepsi pembelajaran berdiferensiasi terjadi, sehingga lebih banyak guru yang merasa enggan menerapkannya.

Lalu apa sebenarnya pembelajaran diferensiasi? Bagaimana teknik yang bisa digunakan agar tidak terjadi Chaos  di kelas?

"Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin."

(Ki Hajar Dewantara)

Menurut Carol Ann Tomlinson (2000) dalam  (Purwowidodo & Mizani, 2023), pembelajaran diferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (Common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan peserta didik.

Setiap peserta didik merupakan individu yang unik, mereka terlahir dengan berbagai kekuatan kodrat yang ada pada diri peserta didik tersebut. Pandangan filosofis Ki Hadjar Dewantara tentang pendidikan harus memberikan tuntunan atas segala bakat kodrati yang dimiliki anak agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai pribadi dan masyarakat (Isrotun, 2022).

Menurut Ann Tomlisnson & Moon (2014), pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang mengakomodir, melayani, dan mengakui keragaman peserta didik dalam pembelajaran sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan preferensi belajar peserta didik.

Pembelajaran diferensiasi adalah upaya menyesuaikan pendidikan dengan kebutuhan peserta didik yang beragam pada satu kelas. Strategi pembelajaran berdiferensiasi harus disesuaikan dengan minat, tingkat kemampuan, dan preferensi belajar peserta didik agar semua peserta didik mengalami tantangan, kesuksesan dan kepuasaan dengan tujuan akhir tercapainya kompetensi yang diharapkan dimiliki peserta didik.

Kenyataan yang sering terjadi saat pembelajaran di kelas adalah kecendrungan guru untuk memberikan perintah yang sama di dalam pembelajaran untuk semua peserta didik. Adapun yang dilakukan oleh guru ketika salah satu murid tidak bisa menguasai materi yang diberikan, maka guru akan memberikan perhatian khusus seperti membimbing secara khusus sehingga mengabaikan teman-temannya yang sudah dianggap bisa. Sebagian besar guru masih menganggap pembelajaran berdiferensiasi berarti harus mengajar setiap murid dengan cara yang berbeda sehingga menciptakan kesemrawutan.

Tujuan pembelajaran berdiferensiasi adalah mencipatakan suatu kelas yang beragam dengan memberikan kesempatan dalam meraih konten, memproses suatu ide dan meningkatkan hasil setiap peserta didik, sehingga peserta didik akan bisa belajar lebih efektif (Marlina, 2019  dalam Rintayati, 2022)

Pendekatan pembelajaran diferensiasi mengharuskan para guru untuk menjadi fleksibel dalam pendekatan ketika mengajar, menyesuaikan kurikulum, dan menyajikan informasi kepada siswa. Pembelajaran diferensiasi merupakan teori pembelajaran yang didasarkan pada pernyataan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan harus bervariasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing peserta didik.

Seorang guru pasti dapat mengamati kecendrung seorang peserta didik pada saat dilaksanakan pembelajaran. Peserta didik A bisa mengerjakan dengan  baik jika diberi tugas berupa karya tulis, misalnya. Tetapi kurang bagus jika harus membuat karya audio visual. Atau peserta didik B sangat antusias jika belajar hitungan tetapi tidak bersemangat saat pembelajaran yang harus berhubungan dengan bacaan-bacaan Panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun