Bekerja dan berkuliah adalah dua pilihan yang wajib dipilih oleh seorang lulusan SLTA. Fase ini adalah masa transisi seseorang yang tadinya ber-title "siswa" menjadi "orang dewasa", terutama menjadi "mahasiswa". Banyaknya struggle, permasalahan, dan insecurity yang dialami para fresh graduate sebagai "mahasiswa" terkadang bisa mengganggu kegiatan kampus.
Yang kita tahu, lingkungan sosial di kampus seratus delapan puluh derajat berbeda dengan SMA. Tidak menutup kemungkinan banyak yang mengalami culture shock disana, misal bagi seseorang yang jarang bersosialisasi di lingkup SMA, tiba-tiba saja dipaksa lingkungan untuk bersosialisasi lebih, dengan bermacam-macam alasan, di antaranya agar mendapat teman/relasi di kota asing supaya bila ada apa-apa bisa lebih mudah meminta bantuan; agar tidak dipandang berbeda oleh mahasiswa lain; agar bisa membuat kenangan; agar tidak melulu belajar dan mengejar IPK; agar ada yang bisa menemani saat proses wisuda nanti; dan banyak lagi.
Namun, cara bergaul seperti ini bisa menimbulkan dampak negatif dari individu itu sendiri. Seperti membuat gejolak emosi dan psikologis mahasiswa tidak stabil karena mahasiswa menekan atau memaksakan diri untuk bersosialisasi. dan kalau detil seperti ini diabaikan, bisa berpengaruh negatif pada proses belajar mahasiswa. Â Walau sesungguhnya semua dikembalikan ke mahasiswa, akan tetapi perlukah kampus melihat dan memberi perhatian pada detil-detil sepele semacam ini?
Jawabannya, perlu. Kampus berperan dalam perkembangan diri mahasiswa. Kampus adalah rumah kedua bagi mahasiswa, sehingga mau tidak mau, kampus perlu memberi atensi atau kepedulian pada permasalahan-permasalahan mahasiswa, meski dilihatnya sepele dan dianggap permasalahan-permasalahan itu bisa diatasi oleh si mahasiswa itu sendiri. Kampus bisa membuka konseling maupun arahan.Â
Bukan berarti kampus dianggap ikut campur dengan kehidupan pribadi mahasiswa, tapi dalam hal ini, setidaknya kampus mau menawarkan diri menjadi "teman cerita"-nya mahasiswa, terutama bagi mereka-mereka yang kurang bisa bersosialisasi dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Sekali lagi, bukankah relationship antara kampus dengan mahasiswa harus harmonis dan balance?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H