....Tak jelas sejak kapan rasa ini muncul bagiku kekokohanku tentang cinta tak akan pernah goyah meski hadir jutaan laki-laki tampan dihadapanku, tapi itu dulu sebelum hatiku melemah menjadi seons kapas yang dipijak menjadi kotor, diberi air aku menyerap.
Tuhan apakah aku jatuh cinta?
setelah semua komitmenku tentang cinta kuhantam keras dan haruskah kutarik kembali semua kata-kataku?. Akan ku ceritakan padamu tentang cinta pertama dan tak kusangka menjadinya terakhir yang pernah kuraskan didua periode hidupku Cinta yang sempat membuatku menarik kembali semua komitmen yang telah ku buat. Cinta yang keduanya menaruh ku pada tempat berbeda. Aku tetap menjadi pemeran utama dikisah ini, tapi tak pernah kudapati bahagia. Tak pernah kudapati laki-laki seperti dia, ya hanya dia , sayangnya saat itu aku teralu naif untuk sekedar membiarkanya mendapatkan ku, karna aku terbiasa hidup keras dilingkunganku , aku mulai berfikir tentang teori bahwa cintapun butuh kerja keras untuk mendapatkanya. Tak ada laki- laki yang berani mendekatiku, apalagi menyatakan cinta kepadaku. Tapi tidak dengan hari ini, hari dimana kisahku dimulai.
“Mala, kamu dapat kiriman bunga nih, seperti biasanya dari penggemarmu” kata teman sekelasku yang antusias setia menjadi kurir bunga laki-laki itu setiap paginya, ini bunga ke 22 yang aku dapat dihari yang tepat 21 hari tanpa putus-putus kudapati paket bunga segar setiap harinya. Acuh tak acuh meski menahan debar rasa dihatiku aku terima bunga itu, kali ini dengan kata cinta yang berbeda setiap harinya,
“Kau tau cantik, semakin takut mereka mendekatimu semakin semangat aku ingin meraihmu” hah,, terasa terbang angan ku kembali melukiskan laki-laki sepemberani apakah dia.
“kapan aku bisa bertemu denganya Annha?” sahutku pada sahabat sejurusanku tersebut, “hahah kau sudah tak sabar ya? Kebetulan ia tiba dipelabuhan Lembar ini lusa akan ku temani kau bertemu denganya, tak kusangka temanku yang sekeras batu karang pun luluh menampakkan kerapuhanya hanya karena ditetesi bunga setiap harinya” teman ku meneyenggol lenganku membuatku tersipu malu untuk kesekian kalinya.
“berdandanlah yang cantik lusa akan ku bawa kau menemui orang itu,” aku menggangguk pelan.
Tibalah hari dimana tak pernah kurasakan degup jantung yang mengguap membuat panas pipiku, hah bahkan baroreseptor tubuhku pun tak mampu lagi ku atur, aku pun keluar menemui sahabatku yang akan membawaku menemui laki-laki yang setia mengirimiku sepucuk surat dan bunga disetiap paginya. Deg! Suara jantungku ketika pertama kali aku melihatnya sungguh tak pernah kurasakan jantungku berdegup seperti aku habis lari ratusan kilometer tanpa henti. “ayolah mengobrol dulu denganya” sahut sahabatku menyadarkan aku. Laki-laki itu awalnya kikuk mungkin ia juga sama merasa gugup seperti aku, “kau lebih cantik dari pada di foto itu Lha” kali ini aku benar-benar gemetar, “kau pppuun begitu, lebih terlihat tampan” sahutku gugup.
Hari-hari berlalu siapa sangka semakin mengenalnya semakin aku merasa ia diciptakan untukku, genap 6 bulan aku mengenalnya takku minta ia untuk memacariku sebab aku beazzam didalam diriku ingin ta’arauf saja lalu siap untuk ia nikahi. Aku semakin yakin untuk menerimanya jika nanti ia melamarku. Hari itu kami bertemu terlihat olehku rasa senang diraut wajahnya seperti ada yang taksabar lagi yang ingin ia katakan. “aku akan pergi lagi dik, sekitar 5 tahun setelah itu aku berjanji akan pulang untuk melamarmu kita menikah disini dipinggir pelabuhan cinta ini” . aku tak mengerti harus senang karena ia lamar atau harus menangis meningat 5 tahun ia akan pergi dan entah apa yang akan terjadi ketika ia dilautan luas nanti.
“yakinlah dik aku takakan lupa pada janjiku akan kujemput kau kembali disini aku mohon tunggulah aku”.
“ya aku akan menunggumu kak” kutahan serpihan rasa takut dihatiku, dan kuanggukan kepalaku untuk membuatnya tenang.
Hari ini saat kubuka lagi diariku ini genap 5 tahun aku menunggunya, menunggu pemuja rahasiaku. Menunggu satu-satunya laki-laki yang berjanji pulang untuk melamarku, menantinya dengan resah dan tangis. Hari dimana 5 tahun yang lalu kulepas ia untuk pergi mewujudkan mimpinya takku ceritakan padamu bahwa ada rasa takut menghantui hatiku takut ia tak kembali, takut ia tak menepati janjinya, takut ia lupa jalan untuk pulang. Tapi terpaan prasangka itu kutepis hebat karena aku mengenalnya ia pasti akan pulang menepati janjinya. Mungkin kau bertanya didalam hati, saat 5 tahun ku ceritakan kisah ini pulangkah ia?. Ya tentu saja ia pulang, karena aku mengenalnya ia tak akn pernah berbohong, dia pulang!. Tapi saat aku menemuinya dirumahnya, rumah tempat dimana dulu ia berjanji untuk akan kembali dan langsung menikahiku. Saat kulihat ia memang kembali sahabatku Annha kembali membawakanku satu bunga lagi, bunga yang sama bunga ke 23 yang ia berikan padaku, dan kubuka surat yang terselip didalam bunga tersebut,
“aku pulang sayang, aku pulang wanitaku, kau tau didalam perjalananku aku menyingahi beberapa kota, bertemu dengan banyak karakter manusia, banyak hal unik disini malku, aku bertemu dengan wanita yang mirip dengan Puspa teman satu kampusmu yang pernah membuatmu menangis padaku saat kau takut kau terjatuh dari motor, aku bertemu laki-laki yang mirip dengan gigih, dan banyak lagi yang mirip dengan orang-orang di Jerowaru. Tapi kau tau Malaku takku temukan satupun wanita yang mirip denganmu sayang, tak ada satupun!. Hal itu membuat ku selalu ingin cepat-cepat kembali,melamarmu, punya keluarga kecil denganmu, menjadikanmu isteriku, memiliki anak secantikmu dan seganteng aku, aku merindukanmu wanitaku, mari kita menikah mewujudkan mimpi kita ketika nanti aku pulang, tunggu aku sayang aku sedang dalam perjalanan menjemputmu” . ku tatap Annhan sahabatku itu dengan air mata mengalir deras kekuatan ditubuhku seakan hancur, otot-ototku atropi takku dapati lagi kekuatan untuk berdiri hingga air mataku jatuh deras tepat dengan jatuhnya aku disamping jasad Nya, laki-laki yang berjanji menikahiku 5 Tahun yang lalu, Annah memegangi tubuhku dengan keras berbisik pelan di telingaku, “maafkan aku Mala, maafkan aku” aku takuasa menahan detak sakit dihujam dijantungku aku bertanya dengan kepada anNhaa sembari dengan tatapan harap menetap orang yang kusanyang. “apakah hari ini ia masih bercanda Annha,? Setelah 5 tahun ia pergi, dihari pertama kami bertemu masih sanggupkah ia bercanda?
Mengapa selera humornya begitu kuno sekarang. Katakan padanya aku tak suka leluconya itu nha, aku akan marah padanya jika kali ini ia tetap tak bangun”. “ia benar-benar sudah pergi Lha aku mohon jangan menangis sayang aku tak sanggup melihat air
mata mu sahabatku” kata-kata annha benar-benar membuatku sakit. Semakin sakit. Tidakkah ia hanya bercanda?. “bukankah ia menulis disurat ini akan menikahiku Annha, bagaimana caranya ia bisa menikahiku dengan cara ini, bangunkan ia nha” selepas itu aku lupa dan hilang kesadaran. Dia laki-laki yang meluluhkan hatiku dengan cara yang unik itu telah pergi, pergi untuk selamanya sebuah ombak menerjang kapal mereka ditengah lautan luas, tepat dimalam genap 5 tahun ia akan pulang, naas dijalan pulang laki-laki itu ditemukan tak bernyawa dipinggir pantai dipelabuhan tempat tinggal kami. Dia sepeti sangat ingin menepati janjinya pulang menemuiku. Sayang ia hanya datang dengan jasad tebujur kaku dibawa ombak menepi. Dan hari ini saat kejadian itu aku berjalan tanpa senyum mesra darinya, aku menjenguknya disamping gundukan tanah merah itu. menaburkan bunga yang sama seperti yang ia berikan untukku. Dan malam ini aku tak lagi bercerita dengannya ditepi pelabuhan, tapi aku menemukan teman bercerita baru yaitu bulan disisi jendela kamarku yang menghadap ke arah lautan lepas dan aku terbiasa bersandar dengan rembulan.
“kau tahu bulan, aku merindukanya sangat merindukanya, hingga hari ini, sampai aku tak mampu mengiyakan setiap lamaran laki-laki tampan dan kaya pilihan orangtuaku, hatiku telah ia bawa pergi, sampaikan padanya bahwa aku masih mencintainya masih tetap sama, mengiriminya kata cinta setiap bulanya jika ia tak mampu membacanya , aku akan membacakanya untuknya aku yakin ia bisa mendengarnya, aku sangat mencintaimu kak, bisikku pada rembulan yakin bahwa ia akan menyampaikanya padanya , bahwa ia punya pegagum yang sangat setiap padanya, meski kini ia telah tiada . aku mengagumimu, mencintaimu sampai hari ini kak menunggumu sampai kapanpun"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H