Menonton Butterfly on the Wheel di sebuah station TV swasta Jumat malam 16 oktober lalu mengingatkan saya pada kisah seorang teman. Seorang perempuan yang membuat saya merasa agak cocok berteman dengannya karena kami punya satu kesamaan: SIAP DENGAN KEMUNGKINAN (TER)BURUK. Beberapa kali saya punya pengalaman menghadapi hal hal yang tak menyenangkan seperti beberapa kali gagal test TOEFL. Film itu mengingatkan saya bagaimana teman saya berjuang menghadapi kenyataan suaminya telah berselingkuh bahkan berencana menikahi selingkuhannya. Berbeda dengan Butterfly on the Wheel, teman saya memilih memaafkan suaminya dan melanjutkan pernikahan mereka.
Pertanyaan saya (mungkin juga anda) bagaimana dia mampu bertahan? saya sendiri mungkin akan memilih berpisah daripada meneruskan pernikahan yang sudah ternoda. Ketika saya tanyakan, teman saya mengatakan dia dulu sering membayangkan, mengkhayalkan jika suaminya berselingkuh dengan orang lain hingga sering kali dia pun lemas menangis berurai air mata karena khayalannya tersebut. Sehingga, ketika itu benar-benar terjadi dia merasa lebih siap meskipun tentu saja sangat membuatnya shock karena tidak pernah menyangka bahwa khayalannya akan terjadi.
Memikirkan kemungkinan buruk terjadi dalam hidup kita, menurut saya baik. Dengan memikirkannya maka kita akan lebih siap ketika jika memang ada hal buruk terjadi dalam hidup kita. Contoh kecilnya ketika berkendaraan ke kantor, saya suka mengkhayal kalau ban bocor, maka saya kemudian mengingat ingat dimana bengkel motor (karena saya suka kurang perhatian dengan tempat-tempat yang jarang saya kunjungi). Atau ketika saya ingin menyampaikan keinginan kepada suami untuk membuka praktek hypnoteraphy di rumah, saya mengkhayal dulu bagaimana seandainya suami saya menolak. Dan ketika suami saya benar-benar memang menolak saya merassa tidak terlalu sakit hati.
Memikirkan atau mengkhayalkan suami atau istri berselingkuh menurut saya juga baik. Bagaimana kemudian kita mempersiapkan langkah-langkah positif jika itu terjadi, misalnya berkhayal ketika jalan di Mall lalu melihat pasangan gandengan mesra dengan orang lain, apakah akan teriak teriak menarik perhatian semua pengunjung? atau bersikap lebih elegan dengan menghampiri mereka dan menunjukkan pada pasangan anda bahwa anda cukup "berkelas". Bagaimana kalau pasangan anda malah semakin tak perduli? Apakah akan berlari berurai air mata menerobos lalu lintas dengan berkendaraan sendiri dan membahayakan keselamatan anda atau memilih menangis atau menenangkan diri di sebuah tempat di MAll (misalnya mushala) lalu setelah agak tenang anda baru pulang.
Memikirkan suami atau istri berselingkuh disini bukan lantas membuat kita menduga-duga pasangan kita berselingkuh lalu melakukan hal-hal overprotective seperti mencurigai pasangan ketika menerima telpon atau sms,berkali-kali mengecek handponenya, membatasi pergaulannya atau sejenisnya. Yang ingin saya katakan disini adalah bayangkan jika begini maka saya akan melakukan ini itu. Bayangkan hal terburuk misalnya mendapati pasangan anda tidur dengan orang lain lalu anda melakukan apa? membunuh mereka berdua? seperti yang sering kita lihat di berita berita. Bayangkan setelah membunuh apa yang akan terjadi pada anda? penjara bukan? bayangkan perasaan keluarga anda, keluarga pasangan anda, jika anda memilik anak bagaimana nasib mereka? So imagine them all! Lalu bayangkan tindakan anda yang lebih positif yang tidak membahayakan anda, keluarga anda, anak-anak anda.
Mungkin anda akan berkata, tidak mungkin suami atau istri atau pacar saya selingkuh karena anda tahu betul bagaimana dia (teman saya juga pernah mengatakan demikiandan hal yang paling menyakitkan adalah karena dia tak pernah menyangka jika suaminya yang menurut dia tak mungkin selingkuh, justru melakukannya). Namun sekali waktu mengapa anda tidak mencoba berkhayal lalu khayalkan juga apa tindakan positif anda berikutnya.
Hidup itu tak selalu indah. Hidup itu selalu punya dua sisi. Kadang hitam kadang putih. Ketika kita tahu apa yang akan kita hadapi, semoga kita lebih siap. So??? siap diselingkuhi?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H