Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pentingnya Rekonsiliasi dengan Kenangan Diri sebelum Memutuskan untuk Menikah

30 Januari 2019   17:12 Diperbarui: 30 Januari 2019   20:00 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Pixabay)

Di era digital, semua manusia dapat dengan mudah saling terhubung antara satu dengan yang lainnya. 

Terhubung dengan teman-teman lama, saudara-saudara jauh, begitu juga dengan orang-orang di masa lalu, yang mungkin saja telah dikubur dalam-dalam beserta kenangan pahit maupun manis yang menyertainya.

Relasi yang berkaitan dengan memori lawas dengan teman maupun keluarga, akan mendukung penguatan perasaan ketika di usia dewasa awal. Namun, ketika berhubungan dengan mantan kekasih, ini yang dapat serta-merta menggoyahkan seseorang pun relasi asmara yang sedang dijalaninya.

Atau dalam cerita yang lain, teman saya memutuskan batal menikah karena merasa belum siap sementara secara finansial---semua hal telah mampu dan tercukupi. Ternyata permasalahannya terletak pada dia dan diri sendiri (innerself).

Saya memiliki beberapa teman yang terjebak perasaan "masih mencintai mantan kekasih" sementara ia telah melangsungkan hubungan pertunangan dengan kekasihnya saat ini. 

Merumitkan. Tetapi ini hal yang harus dihadapi, baik bagi dirinya sendiri maupun pasangannya.

Ketika seseorang yang berada di masa lalu kembali datang, ia tidak sekadar membawa kenangan dalam bentuk memori yang terekam di dalam amygdala seseorang. 

Dalam suatu film lawas yang pernah saya tonton yakni "Eternal Sunshine Of The Spotless Mind" dijelaskan bahwa ketika seseorang pergi atau kembali, ada tiga hal yang terbawa, yakni kenangan yang terekam dalam pikiran, perasaan (emosi), dan otot (tubuh).

Sejujurnya, saya agak menyangsikan (lebih tepatnya baru mengetahui) tentang kenangan tubuh, sehingga saya tergelitik untuk mencari tahu; hasilnya tubuh merupakan suatu medium yang merekam dan menampung segala emosi dan pikiran sehingga ia akan muncul di waktu-waktu yang tidak terduga. 

Dalam artikel yang ditulis Krystine Batcho, Profesor Psikologi, Le Moyne College dimuat pada innerself.com  dijelaskan bahwa suatu kenangan dapat tumbuh subur ketika berada dalam masa-masa transisi.

Tidak hanya muda menuju tua, tetapi perubahan ini bersifat default, tergantung dengan konteks momen, ruang, dan waktu. Meski kerinduan tersebut bersifat universal, namun Dislokasi atau keterasingan akibat konflik militer, pindah ke negara baru atau kemajuan teknologi juga bisa menimbulkan nostalgia (kerinduan terhadap sesuatu hal).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun