Mohon tunggu...
Retno Wahyuningtyas
Retno Wahyuningtyas Mohon Tunggu... Human Resources - Phenomenologist

Sedang melakoni hidup di Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Obituari Adik Perempuan Kita, Tara

9 Februari 2018   17:47 Diperbarui: 9 Februari 2018   18:51 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak awal Febuari lalu, masyarakat Bengkulu dan pengguna sosial media dikejutkan dengan berita kehilangan seorang anak perempuan Auzia Umi Detra (16) atau lebih dikenal dengan nama kecil Tara. Semua masyarakat Bengkulu saling berempati membagikan berita kehilangan via media sosial, tentu saja dibarengi dengan upaya melapor ke pihak kepolisian dan pencarian secara langsung.

Selama sepekan ini juga berita dan informasi tentang kehilangan yang didominasi oleh anak perempuan, dibagikan lebih sering dan gencar. Seolah-olah kasus yang baru, padahal faktanya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak terus terjadi setiap hari. Berdasarkan pendokumentasian dari media cetak yang dilakukan Yayasan Pemberdayaan untuk Perempuan dan Anak (PUPA) Bengkulu  mencatat sepanjang Januari-Oktober 2017 ada 148 kasus kekerasan terhadap perempuan terjadi di Provinsi Bengkulu. Mayoritas kasus tersebut adalah kasus kekerasan seksual, sebesar 72,3 persen. Data ini terus berubah, korban terus bertambah setiap hari.

Baca berita lengkap

Tara diketahui pergi ke sekolah dalam kondisi sehat, kemudian menghilang sepulang sekolah. Tidak kembali ke rumah sejak 01 Februari 2018 siang. Banyak orang kemudian bertanya dan berusaha mengkonfirmasi apa yang terjadi dengan Tara.

"Apakah bermasalah dengan teman?"

"Apakah bermasalah dengan keluarga?"

"Apakah bermasalah dengan pihak sekolah?"

"Apakah bermasalah dengan pacar?"

Sejak kehilangan Tara dari rumah, pihak keluarga dan kerabat melaporkan kejadian ke pihak kepolisian, kemudian kasus diselidiki lebih lanjut dengan menginvestigasi teman-teman dekat dan korban. Beberapa spekulasi yang muncul lalu disanggah satu persatu, mengungkapkan bahwa Tara tidak memiliki masalah dengan siapapun.  

Hingga salah satu teman dekat korban angkat suara bahwa terakhir kali bertemu, korban diketahui bersama dengan pacarnya yang berinisial DN. Dalam interogasi awal, DN menunjukkan sikap santai sehingga tidak dapat dicurigai. Namun intoregasi dilanjutkan dengan mencari DN dan melakukan penggeledahan di kamar kontrakan DN. Hasilnya, polisi menemukan tikar yang terdapat bercak darah yang menimbulkan bau tidak sedap. Penelusuran lalu berlanjut hingga DN resmi ditetapkan sebagai pelaku utama kasus pembunuhan.

Motif Pembunuhan

Penelusuran jenazah Tara dilakukan, kondisi jenazah ditemukan di area rawa sekitar tempat wisata Lentera Merah yang sepi. Kondisi jenazah tidak utuh, dengan pakaian yang sesuai dengan kriteria korban ketika terakhir kali berangkat ke sekolah. Persis di sebelah korban ditemukan pula gunting, kain hitam, isolatif plastik, dan helm. Motor yang dikendarai korban tidak ditemukan karena beberapa hari sebelum terungkapnya kasus, motor korban ditemukan tidak jauh dari sebuah lapangan golf.  

Kepada pihak kepolisian, DN mengaku membunuh korban yang telah dekat sejak lama dan telah menjadi pacar, disebabkan karena DN terdesak tidak memiliki uang untuk membayar kontrakan yang telah menunggak tiga bulan. Maka, pilihan rasional yang dilakukannya adalah merencanakan perampokan dan pembunuhan terhadap korban, Tara.

Cara yang dilakukan DN adalah dengan mengabarkan kepada korban bahwa hendak memberikan kejutan ulang tahun. Maka ketika mengatur pertemuan dan hari eksekusi, pelaku DN mengajak korban ke area rawa di Lentera Merah dan mempersiapkan alat eksekusi. Pelaku DN, menutup mata korban dengan kain hitam dan mengikat tangan korban dengan isolatif. 

Setelah itu, pelaku DN memukul kepala korban dengan palu. Tara sempat melakukan perlawanan, sebelum akhirnya kembali dianaya oleh pelaku DN hingga kemudian meninggal dunia. DN meninggalkan korban (dengan dugaan bahwa DN juga melakukan perkosaan terhadap korban), kepada pihak kepolisian DN juga mengaku tidak memutilasi korban. Jenazah menjadi tidak utuh karena berada di area rawa dan pantai yang besar kemungkinan juga menjadi incaran hewan laut.

Perubahan Perilaku Remaja

Dalam analisis Sosiologi, motif pembunuhan dengan cara yang menggembirakan korban sebelum melakukan eksekusi pembunuhan seperti yang dilakukan oleh DN, begitu mengagetkan dan memukul telak banyak orang mengenai pandangan bahwa anak sebenarnya tidak memiliki kekuatan (powerless). Posisi anak dalam konteks anak, mungkin saja diketahui sebagai anak penurut, anak yang baik, anak yang membantu orang tua, namun sebaliknya dalam locus dan relasi yang berbeda, seperti dalam relasi teman sebaya. 

Posisi sangat anak ditentukan oleh seberapa besar pengaruhnya sehingga memiliki kekuasaan (powerfull) untuk melakukan sesuatu hal. Pengaruh dapat berupa faktor kemampuan, faktor ekonomi, faktor prestasi, faktor kepopuleran, dan sebagainya. Hal ini yang dimanfaatkan oleh DN, yang kemudian menggunakan kebaikan Tara untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

DN merupakan anak yang memiliki latar belakang keluarga broken home atau orang tua bercerai. Tindak pembunuhan ini tentu upaya pikiran pendek DN untuk mendapatkan uang yang digunakan untuk membayar tunggakan uang kontrakan. Namun pikiran pendek ini diasumsikan sebagai pemakluman bagi remaja yang khas dengan kondisi psikologis yang labil, mencari jati diri, ditambah lagi dengan latar belakang keluarga yang telah terpisah akibat perceraian. Itu bukan jadi persoalan bila komunikasi dan pengawasan sebagaimana fungsi keluarga utuh tetap berfungsi, perhatian dari pihak pengganti orang tua akan membantu melengkapi peran kasih sayang dan perhatian kepada anak.

Kekerasan yang dilakukan DN sebenarnya merupakan potret realita yang berkelanjutan dari lingkungan sekitar. Banyak komponen yang secara masif dan tidak disadari mencontohkan perilaku kekerasan yang sadis dan fatal, misalnya dari melihat pemberitaan di media, menyaksikan atau mengalami langsung, dan sebagainya. Komponen ini kemudian dapat mempengaruhi seorang anak atau remaja yang sebenarnya dapat diantisipasi.

Seringkali, masyarakat terjebak dalam pandangan bahwa pelaku tindak kekerasan atau kejahatan dilakukan oleh orang yang tidak dikenal atau orang yang berada jauh dari lingkungan sekitar. Faktanya, tindak kekerasan, baik kekerasan seksual maupun kekerasan fisik banyak dilakukan oleh orang terdekat, meliputi keluarga, teman terdekat, ataupun kekasih hati.

Bercermin dari apa yang dialami adik perempuan kita Tara, bahwa menjadi manusia adalah berperilaku baik dan saling percaya, sehingga tanpa sadar sikap baik dan rasa percaya tidak dikonfrimasi sebagaimana mestinya, sang pelaku DN dengan berpikiran pendek lalu memanfaatkan situasi untuk melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan berencana. Yang kemudian diketahui bahwa peristiwa pembunuhan dilatarbelakangi oleh motif ekonomi, DN yang telah merampok barang milik Tara seperti handphone dan perhiasan tidak segan menjualnya untuk membayar biaya kontrakan yang telah menunggak selama tiga bulan.

Apa yang dapat kita lakukan?

Merujuk pada UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi :

"Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi."

DN yang merupakan pelaku pembunuhan Tara bukan pula anak yang sembarangan, diketahui bahwa DN merupakan salah satu anak berprestasi atlet nasional delegasi Bengkulu untuk cabang olahraga karate. Idealnya, prestasi DN ini dapat menjadi aset bagi daerah dalam mengembangkan potensi remaja dan anak-anak di Bengkulu.

Namun setelah peristiwa ini, hendaknya semua pihak ikut belajar untuk terus mendampingi anak-anak dan remaja, tidak hanya sekedar memberikan fasilitas yang kian canggih tetapi juga hadir dalam mendampingi perkembangan psikologis dan jiwa anak. Salah satu tantangan yang semakin pelik adalah bagimana terus mendampingi anak dalam memanfaatkan fasilitas sosial media yang saat ini cenderung memangkas logika berpikir menjadi ingin cepat instan dan praktis sehingga mengabaikan suatu proses bertahap yang senyatanya memberikan pembelajaran dalam suatu peristiwa. Terlewatinya suatu proses bertahap ini menjadi sebab munculnya tindak kekerasan dan kejahatan di dunia nyata.

Upaya ini akan lebih baik bila dibarengi dengan kinerja pemerintah dan institusi pendidikan untuk terus melakukan inovasi dalam membuat kebijakan dan program pendidikan yang ramah anak. Pemerintah juga sepatutnya bekerja sama dengan lembaga di luar pemerintah yang giat dalam memperhatikan isu-isu anak dan remaja. Sehingga upaya bersama ini selaras dengan bagaimana menciptakan generasi muda yang unggul dalam perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotorik.

Masyarakat tentu dapat memberikan bantuan dengan menjadi pihak yang permisif dalam melindungi anak-anak disekitarnya, tidak hanya melindungi anak-anak yang dikenal. Jangan membenarkan pendapat-pendapat yang merujuk pada ekslusi sosial terhadap anak, khususnya di era saat ini dimana provokasi gampang memecah belah siapa saja. Tidak semua hal dapat digeneralisasir, termasuk peristiwa yang dialami oleh satu anak tidak lantas akan dialami oleh anak yang lain. Hanya saja setiap orang perlu belajar dari berbegai peristiwa, lalu tetap menjunjung tinggi perlindungan sosial.

Suatu peristiwa kejahatan dan kekerasan sebenarnya dapat diantisipasi dengan bekerja bersama untuk menghapus kekerasan dan menciptakan kehidupan yang damai, sehingga tidak perlu ada lagi korban lebih banyak lalu kita baru hendak belajar. Saat ini, Tara telah berpulang kepada Tuhan. Masyarakat sepatutnya tidak menyebarkan foto jenazah dan panik dengan kondisi lalu membatasi diri. Pelaku pembunuhan Tara pun telah ditemukan, DN sedang menjalani proses hukum akibat perbuatannya. Anak-anak pelaku kekerasan sebenarnya adalah korban mata rantai suatu peristiwa yang tidak pernah usai. 

Semoga Tara mendapat terbaik di sisi Tuhan, diiringi doa-doa terbaik dari teman-teman dan semua orang  yang mencintainya, bagi semua pihak semoga hal ini menjadi pelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun