Mohon tunggu...
Ni Putu Adikta Mahilla Suvita
Ni Putu Adikta Mahilla Suvita Mohon Tunggu... Seniman - siswa

saya bersekolah di daerah badung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Ancaman Eksistensial dan Jalan Menuju Keadilan Hukum

5 November 2024   12:52 Diperbarui: 5 November 2024   12:57 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Krisis iklim, yang ditandai dengan perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, bukanlah sekadar masalah lingkungan; ia merupakan ancaman eksistensial bagi peradaban manusia dan keadilan sosial global. Dampaknya yang meluas dan saling terkait mengancam keamanan pangan, air, dan kesehatan, memicu migrasi massal, dan memperburuk ketidaksetaraan yang sudah ada. Dari gelombang panas yang mematikan hingga badai yang semakin intens, krisis iklim telah dan akan terus menimbulkan kerugian ekonomi yang besar dan penderitaan manusia yang tak terhitung jumlahnya.

Perubahan iklim disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK), terutama karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O), yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil, deforestasi, pertanian intensif, dan industri. Konsentrasi GRK di atmosfer telah meningkat secara dramatis sejak revolusi industri, menyebabkan peningkatan suhu global, pencairan es kutub, kenaikan permukaan laut, dan perubahan pola cuaca yang ekstrem. Dampaknya tidak merata; negara-negara berkembang dan komunitas miskin, yang berkontribusi paling sedikit terhadap emisi GRK, justru menanggung beban paling berat dari dampak perubahan iklim.

*Dampak yang melebar:*

1. Keamanan pangan: Perubahan pola cuaca, kekeringan yang berkepanjangan, dan banjir merusak panen, menyebabkan kelangkaan pangan, dan meningkatkan harga makanan. Hal ini berdampak paling besar pada masyarakat yang bergantung pada pertanian subsisten.

2. Keamanan air: Perubahan pola curah hujan dan mencairnya gletser mengancam ketersediaan air bersih, menyebabkan konflik atas sumber daya air yang langka, dan meningkatkan risiko kekeringan dan banjir.

3. Kesehatan: Gelombang panas yang lebih sering dan intens, penyebaran penyakit menular, dan kualitas udara yang buruk mengancam kesehatan manusia, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak, orang tua, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya.

4. Migrasi dan pengungsian: Kenaikan permukaan laut, bencana alam yang semakin sering, dan degradasi lahan memaksa jutaan orang untuk meninggalkan rumah mereka, menciptakan gelombang migrasi dan pengungsian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

5. Kerugian ekonomi: Bencana alam yang terkait dengan perubahan iklim menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, merusak infrastruktur, mengganggu rantai pasokan, dan mengurangi produktivitas.

*Keadilan Iklim:*

Konsep keadilan iklim menekankan bahwa mereka yang paling bertanggung jawab atas emisi GRK historis -- negara-negara maju dan industri -- harus menanggung tanggung jawab terbesar dalam mengatasi krisis iklim dan membantu negara-negara berkembang beradaptasi dengan dampaknya. Prinsip ini didasarkan pada pengakuan bahwa negara-negara berkembang telah berkontribusi paling sedikit terhadap masalah ini, namun mereka yang paling rentan terhadap dampaknya. Keadilan iklim juga mencakup distribusi yang adil atas sumber daya dan teknologi yang dibutuhkan untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

*Opini:*

Krisis iklim merupakan tantangan global yang membutuhkan respons global yang terkoordinasi dan ambisius. Kita membutuhkan transisi cepat dan adil menuju energi terbarukan, pengurangan emisi GRK secara signifikan, dan investasi besar-besaran dalam adaptasi perubahan iklim. Hal ini membutuhkan perubahan mendasar dalam sistem ekonomi dan sosial kita, termasuk perubahan pola konsumsi dan produksi, investasi dalam teknologi hijau, dan kebijakan publik yang mendukung keberlanjutan.

Lebih dari itu, prinsip keadilan iklim harus menjadi pusat dari semua upaya untuk mengatasi krisis iklim. Negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka untuk mengurangi emisi dan memberikan dukungan keuangan dan teknologi kepada negara-negara berkembang untuk membantu mereka beradaptasi dengan dampak perubahan iklim dan beralih ke energi terbarukan. Kolaborasi internasional, transparansi, dan akuntabilitas sangat penting untuk memastikan bahwa semua negara berkontribusi secara adil dan efektif dalam mengatasi krisis ini.

Mengabaikan krisis iklim akan berakibat fatal, tidak hanya bagi lingkungan tetapi juga bagi keadilan sosial dan ekonomi global. Kita harus bertindak sekarang, dengan keberanian dan tekad, untuk melindungi planet kita dan memastikan masa depan yang berkelanjutan dan adil bagi semua. Ini bukan hanya tentang menyelamatkan planet, tetapi juga tentang menyelamatkan kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun