Mohon tunggu...
Tori Minamiyama
Tori Minamiyama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dari Negeri Sakura berusaha menghapus segala unsur kesedihan, bahaya dan kotor demi kehidupan yang lebih berarti. Suka bepergian kemana suka demi semburan nafas yang dahsyat dan sebuah semangat kehidupan...Menulis dan membagi pengalaman untuk bangsa!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jogja Punya Saudara Kembar Di Jepang

7 Oktober 2010   07:18 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:38 3522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahh.…kedengarannya enak dan lega sekali mendengar kata-kata kalau sebenarnya mempunyai saudara. Kita merasa tidak sendirian lagi begitulah kira-kira perasaan yang bisa digambarkan.

 Memang benar sebenarnya Jogja yang kita kenal sebagai kota budaya di Indonesia mempunya saudara di Jepang yaitu Kota Kyoto yang sama-sama merupakan kota kuno dan kota kebudayaan juga.

Lama tinggal di Kota Kyoto terasa tidak terasa asing dan jauh dari kampung halaman di Indonesia karena antara kotaKyoto dan Jogja terjalin kerjasama sebagai Kota Kembar atau dikenal dengan istilah Sister-Cities. Walau Jogja bukan kota kelahiran saya, setikdaknya kota kuno itu pernah menjadi tempat perjuangan saya selama bertahun-tahun untuk mengejar cita-cita belasan tahun yang lalu. Jogja bagi saya serasa saudara lama yang melindungi dari terpaan bahaya alam dan Kyoto serasa saudara baru yang menjaga supaya tidak jatuh dalam melewati rintangan hidup ini. Memang serasi sekali persaudaraan antara Jogja dan Kyoto bagi saya pribadi.

Hal yang menginspirasikan saya menulis tentang dua kota kuno yang bersaudara ini karena hari ini adalah hari ulangtahun Kota Yogyakarta yang ke-254 yang jatuh pada 7 Oktober 2010. Usia yang tergolong tidak muda lagi dan tentunya banyak hal yang telah diraih dan ingin diraih koto Jogja melalui para pimpinan yang sekarang ini untuk masyarakat Yogyakarta.

Kerjasama antara Yogyakarta dan Kyoto yang diujudkan dengan istilah Kota Kembar ini dikuatkan juga dengan terbentuknya League of Historical Cities (LHC) dimana Yogyakarta adalah satu-satunya kota di Indonesia yang menjadi anggota dari Liga Kota-Kota Bersejarah / League of Historical Cities (LHC) yang berpusat di Kyoto, Jepang. Liga ini berdiri pada tahun 1994 dan Yogyakarta adalah salah satu anggota pendirinya. Liga ini dibentuk dengan tujuan umum untuk memberikan kontribusi pada perdamaian dunia di masa mendatang. LHC ini berkomitmen untuk memperdalam pemahaman antar bangsa dengan melampaui batas-batas wilayah dan membangun fondasi yang sama dari kota-kota bersejarah demi memperkuat ikatan antar kota.

 

LHC berkegiatan mengadakan Konferensi Dunia tiap 2 tahun sekali yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan forum yang memungkinkan adanya pertukaran informasi, pengalaman dan pengetahuan antara kota-kota yang berpartisipasi dalam konferensi, tidak hanya pada saat konferensi berlangsung, tetapi juga seterusnya. Sehingga pada akhirnya dapat mendukung perkembangan kota-kota bersejarah yang menjadi anggota, seperti Jogja dan Kyoto.

Penyelenggaraan konferensi ini yang dapat menghasilkan satu deklarasi bersama membuktikan bahwa perbedaan bukanlah satu penghalang bagi kota-kota di dunia untuk menjalin komitmen bersama demi mencapai satu tujuan bersama, perdamaian dunia dan perkembangan kota-kota bersejarah. Mevlana Celaleddin Rumi, seorang filosof Anatoli, pernah berujar “Not the ones speaking the same language but the ones sharing the same feeling understand each other”......”Pemahaman bersama muncul bukan karena bahasa yang sama tapi karena berbagi perasaan yang sama”.

 

Memang benar sekali kalimat tersebut diatas, karena Yogyakarta yang masyarakatnya berbahasa Jawa dan masyarakat Kyoto yang berbahasa Jepang mempunyai keinginan kuat untuk saling berbagi berbagai perasaan khususnya yang menyangkut budaya dan hal yang bisa memajukan kedua kota tersebut. Bahasa bukan penghalangnya!

Kesamaan-kesamaan budaya antara Yogyakarta dengan Kyoto berhasil mempererat hubungan persahabatan kedua kota itu. Kerjasama ini diharapkan bisa terus berlanjut untuk saling belajar. Saya masih ingat hal itu diungkapkan Gubernur DI Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X saat membuka Pameran Te-Collabo (Technology Collaboration) dalam rangka memperingati 24 tahun hubungan kerjasama Sister-Cities Yoyakarta-Kyoto di Jogja National Museum (JNM), bulan tahun lalu. Tahun ini berarti 25 tahun sudah jalinan persaudaraan ke dua kota ini, dan apa saja yang nanti akan lebih dapat dicapai keduanya, semoga bisa sangat bermanfaat bagi warga kedua kota yang berjauhan letaknya ini.

Memang benar-benar dua saudara yang mempunyai banyak kemiripan dua kota ini. Dari aspek spiritualitas dan budaya misalnya, Dahulu Sultan HB I mendirikan Keraton Yogyakarta dengan rencana tata ruang yang dikembangkan dengan poros Utara-Selatan, Gunung Merapi di sebelah utara, Keraton di tengah dan Pantai Selatan di sebelah selatan. Ini sama dengan Kyoto yang didirikan juga dengan poros Utara-Selatan. Di keempat penjuru kota Jogja, didirikan empat masjid Pathok Nagari sebagai tempat peribadatan sekaligus benteng ketahanan budaya Yogyakarta. Di Kyoto, di bagian Tenggara dan Barat Daya juga didirikan kuil peribadatan. Kemudian, Kyoto dan Yogyakarta juga pernah menjadi Ibukota Negara pada jaman dulu, selain keduanya juga dikenal sebagai kota budaya dan sejarah yang unik.

 

Jika Kyoto terkenal dengan kerajinan kain tenun tradisional yang kini menjadi tulang punggung industri tekstil modern, Yogyakarta juga memiliki kain batik yang kini menjadi tren busana modern. Dalam hubungan kemasyarakatan, Kyoto memiliki budaya kebersamaan di dalam masyarakat. Ini selaras dengan ajaran Hamemayu Hayunning Bawono yaitu hidup harus membangun harmoni hubungan antara manusia dengan manusia, alam semesta, dan Tuhan. Wah….memang benar-benar dua saudara yang mirip kota ini. 

Banyaknya kemiripan karakteristik yang khas itulah yang mendorong almarhum Hayashida (Gubernur Kyoto) dengan Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan almarhum Sri Paduka Paku Alam VIII bersepakat menjalin sister province pada tahun 1985. Sudah banyak program kerjasama sister province yang dilakukan, di antaranya di bidang kebudayaan dan pendidikan.

 

Saat ini sudah dikembangkan kolaborasi hasil-hasil budaya kedua provinsi lewat Project Create Royal Silk Faoundation. Ini misalnya kolaborasi tenun kyoto berbahan sutera bermotif batik. Kolaboriasi ini sangat digemari di Jepang dan berharga sangat mahal. Anda berminat untuk memilikinya juga?

Ternyata banyak persamaan ke dua kota ini dan jika membahasnya pasti lebih menarik lagi. Tetapi kalau membahas perbedaannya , apakah juga menarik atau tambah menjauhkan kesan hubungan kedua Kota Kembar ini? Saya tidak ingin mencoba menjauhkan hubungan keduanya tapi jika saya berkeliling Kota Kyoto sambil mendengarkan lagu “Yogyakarta” nya Kla Project kesayangan saya sambil mengemudikan mobil kadang sering tersenyum sendiri.

 

 

 

Beginilah syair lagu itu dan kenapa saya ternsenyum-senyum sendiri:

 

Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu (memang hatiku sangat rindu karena Jogja jauh dari Kyoto) Masih seperti dulu, tiap sudut menyapaku bersahabat penuh selaksa makna (memang sapaan-sapaan itu selalu memberi makna buatku saat itu)   Terhanyut aku akan nostalgia saat kita sering luangkan waktu Nikmati bersama suasana Jogja (wah… rasanya benar-benar ingin menikmati Jogja lagi saat itu, tapi apa daya aku ada di Kyoto) Di persimpangan, langkahku terhenti (iya…memang sering suka berhenti di jogja, tapi aku harus jalan terus di Kyoto) Ramai kaki lima menjajakan sajian khas berselera (wah…sedih sekali karena kalau yang ini tidak ada di Kyoto) Orang duduk bersila (asiknya…ingin duduk seperti itu tidak ada tempatnya di Kyoto) Musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu (damainya musik musisi jalanan, tapi di jalanan Kyoto mana yang ada mereka?) Merintih sendiri, di tengah deru kotamu (sering berlinang air mata sendirian ingat Jogja, tapi Kyoto juga seperti Jogja karena bersaudara kan...makanya berhenti linangan air mataku) Selamat ulangtahun yang ke-254 Jogja, semoga semakin maju dan dicintai wargamu. Saudara kembarmu Kyoto, mendukungmu dari Jepang.   Salam persaudaraan dari Jepang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun