Mohon tunggu...
Tori Minamiyama
Tori Minamiyama Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Dari Negeri Sakura berusaha menghapus segala unsur kesedihan, bahaya dan kotor demi kehidupan yang lebih berarti. Suka bepergian kemana suka demi semburan nafas yang dahsyat dan sebuah semangat kehidupan...Menulis dan membagi pengalaman untuk bangsa!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Buku Yang Membuat Seorang Anak Seperti Bisu

11 April 2011   14:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:54 1780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13025333291736215707

Cerita berikut ini terjadi di Negara Jepang yang menceritakan seorang anak kecil yang menjadi seperti orang bisu setelah membaca satu jilid buku. Sebut saja anak perempuan kecil tersebut bernama Kirana yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak di Kota Kyoto Jepang. Kirana lahir dan tumbuh sampai usia 6 tahun di Jepang walau ayahnya seorang Warga Negara Indonesia. Satu hal yang membuat Kirana lain dibanding dengan teman-teman seusianya yaitu dia mempunyai badan bongsor atau berbadan lebih besar tapi bukan gendut daripada anak lainnya. Adapun sesuatu yang umum dan hal yang menyamakan dirinya dengan anak-anak Jepang yang lain yaitu dia berbicara Bahasa Jepang fasih sebagai penutur asli dan hanya sedikit kata-kata Bahasa Indonesia yang dia punyai. Kemampuan Bahasa Jepangnya memang tergolong lebih banyak dan cepat, khususnya dalam pemakaian kata-kata dibandingkan dengan anak-anak seusianya, tapi kenapa dia menjadi seperti anak bisu setelah membaca satu jilid buku? Kejadian yang dialami Kirana itu diawali saat dia bersama kakak laki-lakinya yang bernama Hiroki yang baru saja menginjak usia 9 tahun dan kedua orang tuanya yang mengajaknya mengunjungi sebuah acara matsuri atau perayaan kebudayaan tahun yang lalu di Kota Kyoto. Di dalam acara matsuri tersebut terdapat beberapa stand dari pihak pemerintah dan lembaga-lembaga swasta lainnya termasuk organisasi NPO (Non Profit Organization) untuk meramaikan acara tersebut. Seperti kebiasaan di Jepang, stand-stand dalam acara seperti tersebut di atas biasanya mereka menyambut para pengunjung layaknya tamu-tamu agung yang disambut dan dilayani dengan baik dengan cara-cara khusus, salah satunya memberikan kenang-kenangan kepada tamu pengunjungnya. Dalam kesempatan tersebut Kirana mendapatkan pembagian berbagai buku, salah satunya buku Pengenalan Belajar Bahasa Isyarat atau dalam Bahasa Jepang disebut "Shuwa Nyuumon". Jepang memang dikenal sudah sejak lama merupakan negara buku, jadi memang bisa dipastikan di negara tersebut sangat gampang sekali mencari dan mendapatkan berbagai buku baik lewat pembelian di toko buku, meminjam di perpustakaan kota atau menerima pembagian dari pihak atau lembaga lain. Kirana karena masih tergolong anak dalam peristiwa di matsuri tersebut tidak terlalu menghiraukan khususnya tentang jenis buku yang didapatnya. Ibunya pun yang merupakan orang Jepang asli juga tidak menganggap hal itu aneh atau berpikir macam-macam, karena seperti itulah kehidupannya sejak kecil yang akrab dengan banyak buku yang didapat dan dibacanya. Tetapi hal tersebut tidak dianggap hal biasa oleh ayah Kirana yang orang Indonesia. Ayah Kirana berpikir, kenapa buku bahasa isyarat untuk orang bisu dibagikan kepada anaknya yang normal bisa berbicara dengan Bahasa Jepang dan kenapa pula para petugas dari sebuah organisasi non pemerintah itu dengan antusiasnya membagi-bagikan buku tersebut? Kebingungan ayah Kirana tidak terjawab sampai tiba waktunya untuk pulang meninggalkaan acara festival yang dikunjungi bersama keluarga tersebut. Mereka selanjutnya dalam perjalanan pulang dari mengunjungi acara festival dengan mampir berkunjung ke rumah adik perempuan ibu Kirana yang mempunyai dua orang anak laki-laki dan perempuan yang usianya lebih tua daripada Kirana. Dua anak dari saudara tersebut adalah keponakan yang juga sering belajar dan bermain bersama-sama. Kunjungan ke rumah saudara yang bertepatan pada saat jam makan malam tersebut terasa sangat akrab dan ramai sekali karena ternyata mereka makan malam bersama-sama dengan mengadakan janji terlebih dahulu. Keramain tersebut bukan saja di ruang makan itu ada empat orang anak yang berteriak-teriak sambil makan tapi juga karena mereka ramai sibuk membaca daftar huruf bahasa isyarat dengan simbol-simbol jari-jari tangan yang ditempel di salah satu sisi tembok sebelah meja makan. Begitu meriahnya acara makan malam dan belajar bahasa isyarat empat bersaudara tersebut. Pada saat itu, mendadak ayah Kirana dan Kirana berbarengan mengambil buku bahasa isyarat yang baru saja diterimanya di acara matsuri yang ada di dalam tas ayahnya untuk ditunjukkan kepada dua orang keponakannya itu. Dengan begitu, setelah acara makan malam bersama, keempat anak yang tidak bisu itu melanjutkan belajar bersama tentang bahasa isyarat di ruang lain dan para orang tuanya mengadakan sharing di ruang makan sampai malam semakin malam dan akhirnya Kirana dan keluarganya pulang ke rumahnya sendiri. Melihat minat Kirana belajar dengan membaca buku khususnya bahasa isyarat itu, di hari libur minggu berikutnya, ayah Kirana mengajaknya berlibur  dan bermain dengan cara menunjungi perpustakaan kota untuk sekedar mencari dan meminjam buku bahasa isyarat jika Kirana masih berminat membaca buku yang lain. Di Jepang, mengisi acara hari libur dengan mengunjungi perpustakaan bersama keluarga atau teman itu merupakan hal yang biasa, karena selain perpustakaan yang ada di kota-kota Jepang lengkap koleksinya, nyaman suasananya dan tentu saja gratis untuk meminjamnya. Hal yang unik yaitu minat baca orang Jepang memang tinggi sejak masih kecil dan ditunjang dengan berbagai fasilitas kemudahan dari pemerintahnya. Kembali membicarakan Kirana yang juga bisa memainkan alat musik violin dan buku bahasa isyaratnya yang selalu dibaca dan diminatinya memang menarik. Suatu hari, ayah Kirana tersadarkan akan adanya sebuah acara televisi Jepang NHK yang sering menyiarkan acara televisi dengan nama "Minna no Shuwa" atau “Bahasa Isyarat Untuk Semua” yang pernah dilihatnya bersama Kirana. Acara yang dihususkan untuk pemirsa tuna runggu dan wicara tersebut ternyata sering dilihat dan ditirukan gerakan-gerakan jarinya oleh Kirana. Acara tersebut dipandu oleh seorang laki-laki yang memang tuna wicara dan Hayashiya Shozo, seorang lagi seniman laki-laki "Rakugo" atau “ Seni bercerita menolog” yang lucu. Pada suatu sore menjelang acara acara "Minna no Shuwa" di televisi NHK itu, ayah Kirana mencoba bertanya kepada Kirana, apakah ingin melihat acara shuwa itu nanti dan apa yang menarik di acara itu? Kirana dengan bahasa Jepangnya ternyata menjawab acara shuwa yang dimaksud ayahnya itu memang menarik dan mungkin akan melihatnya tetapi ada acara shuwa yang lain yang lebih menarik katanya. Kirana menjelaskan lagi acara shuwa yang lain yang dimaksud itu yaitu program acara "Minna no Shuwa" di televisi NHK dengan pembawa acaranya seorang penyanyi perempuan anggota grup musik "Speed" bernama Imai Eriko yang pintar berbicara bahasa isyarat dengan jari-jari tangannya dan juga pintar menyanyi seperti artis normal pada umumnya. Ternyata penjelasan Kirana itu membuat semakin sadar ayahnya kenapa anak perempuannya gemar mempelajari bahasa isyarat lewat buku yang diterimanya di acara festival beberapa waktu yang lalu, dan ternyata juga sebelumnya anaknya sudah tertarik dengan acara bahasa isyarat di televisi yang disampaikan dengan sangat menarik oleh seorang penyanyi terkenal. Menurut kabar, Imai Eriko memang belajar secara serius bahasa isyarat sampai akhirnya bisa bekerja menjadi pembawa acara bahasa isyarat di televisi NHK hanya dengan satu alasan yaitu karena anak yang dilahirkannya ternyata tuna wicara, dan untuk bisa mengajar anaknya itu supaya bisa hidup dengan masa depan yang baik dia berpikir dan memutuskan harus bisa bahasa isyarat juga. Suatu hari, keluarga Kirana berkesempatan datang di Taman Kanak-kanak tempat Kirana belajar karena saat itu ada acara "Seikatsu Happyookai" atau acara pentas hasil belajar di TK selama periode tertentu. Di acara itu dipertunjukkan acara drama, menari dan menyanyi semua anak didik taman kanak-kanak itu. Satu pentas yang mengejutkan yaitu pentas menyanyi Kirana bersama teman-teman sekelasnya yang menyanyikan sebuah lagu bersama-sama dengan gerakan tarian tangan dan jari yang merupakan bahasa isyarat terjemahan dari kata-kata syair dalam lagu yang sedang mereka nyanyiakan di depan para orang tua murid. Sesuai dengan penjelasan Kirana kepada ayahnya, bahasa isyarat yang dia peragakan sambil menyanyi tadi hasil dari pelatihan guru TK nya dan juga ternyata di perpustakan TK tersebut terdapat beberapa jilid buku-buku dasar bahasa isyarat. Ternyata di Jepang, buku isyarat tidak hanya dikhususkan untuk para penyadang tuna wacara saja tetapi sudah meluas dibaca orang sejak masih usia anak-anak. Ternyata sejilid buku bahasa isyarat itu bisa menjadikan seorang anak bernama Kirana mengagumkan orang terutama ayahnya yang terkadang merasakan seakan anaknya seperti bisuketika mempraktekkan bahasa isyaratnya seperti dalam buku pelajaran bahasa isyarat yang didapatnya di acara festival kebudayaan itu. Suatu ketika, tepatnya pada acara liburan akhir tahun 2010 yang lalu, Kirana bersama keluarganya mengadakan perjalanan liburan ke Indonesia yang berangkat terbang dari Bandara International Kansai yang ada di Kota Osaka. Kebiasaan keluarga itu, terutama ibu Kirana setelah masuk pintu bandara selalu menuju ke kantor asuransiuntuk mendaftarkan seluruh anggota keluarganya untuk mengikuti asuransi jaminan perjalanan ke luar negeri. Perlu diketahui bahwa orang Jepang sangat terbiasa dengan sistem asuransi dan tidak mau mengambil resiko apapun terutama menyangkut hal kesehatan dan keselamatan diri dan keluarganya. Pada saat pengurusan asuransi di bandara tersebut, ibu tersebut kaget karena mendapati Kirana yang pada akhir bulan ini akan mengadakan pentas tari balet dan yang selalu berjalan membuntutiibunya itu tidak ada disampinynya. Setelah dilihatnya tempat sekitarnya, sang Ibu merasa lega karena Kirana hanya berada di depan counter informasi bandara yang berada bersebelahan dengan kantor asuransi tersebut. Hal yang tak terduga terjadi, yaitu ternyata Kirana sedang membantu seorang calon penumpang pesawat perempuanmuda yang kebingungan mencari toilet dan sedang bertanya kepada petugas informasi bandara dengan bahasa isyarat. Kirana dengan jari-jari kecilnya berbicara bahasa isyaratkepada perempuan tuna wicara itu yang berarti, “ toilet ada disebelah utara”setelah menanyakan kepada petugas informasi. Peristiwa menarik yang sangat mengagumkan karena seorang anak kecil yang masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak bisa menolong petugas informasi bandara menerangkan kepada calon penumpang pesawat yang kebingungan mencari toilet berkat sejilid buku bahasa isyarat yangdidapatnya di acara matsuri kebudayaan. Memang Kirana belum pintar berbahasa isyarat dan hanya kata-kata sederhana saja yang dia pelajari sendiri dan bisa, tetapi kemauan untuk belajar dengan buku dan kemauan untuk memakai ilmunya untuk menolong orang lain sejak kecil itulah yang perlu dihargai dan ditiru. Buku itu memang telah membuat anak seperti bisu, tetapi membuat hati berbicara. Penulis merasa sangat beruntung dan bahagia dengan lahir dan adanya Kirana, karena sebenarnyapenulislah yang merupakan ayah kandung Kirana dalam cerita di atas. Salam dari Kyoto yang sedang penuh bunga sakura.........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun