Kecelakaan pesawat Rusia Superjet 100 di puncak Gunung Salak II Bogor Jawa Barat pada tanggal 9 Mei 2011 yang lalu dan sempat menewaskan seluruh penumpang dan kru pesawat tersebut pasti masih menyisakan duka yang mendalam bagi banyak orang terutama keluarga para korban.
Berbagai dugaan penyebab kenapa pesawat yang sedang melakukan "Joy Flight" dalam rangka promosi kecanggihan teknologi pesawat Rusia itu banyak bermunculan baik di media cetak maupun elektronik dari berbagai sumber terutama para ahli penerbangan baik dari dalam maupun luar negeri.
Dugaan penyebab pesawat yang menabrak puncak gunung yang kemiringannya sekitar 85 derajat dan berjurang dengan kedalaman sekitar 500 meter tersebut semakin menjadi misteri karena belum terbacanya FVR (Flight Voice Recorder) ataupun Black Box nya yang kini masih diterliti oleh KNKT (Komisi Nasional Keselamatan Transpotasi).
Dugaan penyebab jatuhnya pesawat yang paling banyak dibicarakan orang yaitu karena adanya beberapa penumpang pesawat sukhoi yang mengaktifkan handphone nya pada saat naik dan terbang saat itu. Hal tersebut kabarnya dikuatkan dengan kesaksian keluarga atau kerabat korban yang katanya masih bisa berhubungan komunikasi dengan korban pada saat itu walau ada sambungan telepon yang tidak sempat diangkat korban.
Dugaan yang lain yaitu kabarnya petugas ATS (Air Trafic System) Bandara Soekarno-Hatta yang mengijinkan sang pilot untuk turun terbang dari ketinggian 10.000 kaki menjadi 6.000 kaki yang kenyataannya lebih rendah dari ketinggian puncak Gunung Salak.
Masih banyak dugaan-dugaan yang lainnya atas musibah tersebut dari banyak orang. Saya pun juga punya dugaan tersendiri kenapa pesawat Sukhoi Superjet 100 tersebut bisa jatuh menabrak tebing Gunung Salak menjadi hancur berkeping-keping.
Dasar dari dugaan saya yang seperti judul tulisan ini, siapa tahu penumpang lah yang mengendalikan pesawat Sukhoi Superjet 100 dalam misi "Joy Flight" nya di Indonesia tersebut.
Dugaan saya itu berdasarkan setelah saya melihat tayangan acara salah satu televisi Jepang tadi malam (24 Mei 2012).Acara televisi tersebut membicarakan kecelakaan pesawat Aeroflot dengan dengan nomor penerbangan 593 pada tanggal 23 Maret 1994. Kecelakaan pesawat penumpang Aeroflot jenis Airbus A310-304 itu, dengan kode registrasi F-OGQS jatuh di perbukitan Siberia dengan korban tewas seluruh 75 penumpang termasuk kru pesawat. Dari perekam suara kokpit diketahui bahwa anak sang pilot yang masih berumur 15 tahun, Eldar Kudrinsky, mengendalikan kontrol pesawat pada awal insiden dan secara tidak sengaja mengaktifkan suatu fitur otomatis dari autopilot A310. Pilot tidak menyadari hal tersebut dan tidak ada alarm yang bisa menginformasikan pilot akan hal itu.
Jet Aeroflot saat itu sedang dalam perjalanan dari Bandara Internasional Sheremetyevo Moscow ke Bandara Kai Tak Hong Kong. Kebanyakan penumpang adalah para pekerja dari Hong Kong dan Taiwan yang sedang mencari pekerjaan di Rusia.
Sang pilot, Yaroslav Kudrinsky, juga membawa anaknya sebagai penerbangan pertama mereka dan akhirnya dibawa ke kokpit saat ia sedang menerbangkan pesawat. Dengan autopilot aktif, Kudrinsky, bersama dengan keluarganya, mempersilahkan mereka duduk di kokpit. Anak perempuannya Yana duduk di kursi kokpit depan. Kudrinsky mengaktifan autopilot sehingga anak perempuannya mengira ia menerbangkan pesawat walaupun sebenarnya tidak. Setelah itu, anak lelakinya Eldar Kudrinsky duduk di kursi pilot. Dan akhirnya mengendalikan seluruh kontrol pesawat.
Saya membaca peristiwa yang tergolong tragis dan penyebab tak terduga tersebut diatas, maka penulis sempat terbersit pikiran bahwa kecelakaan pesawat Sukhoi Superjer 100 di Gunung Salak 2 minggu yang lalu itu bisa saja disebabkan oleh karena adanya penumpang yang dipersilakan oleh pilot atau memohon untuk diijinkan masuk ruang kokpit dan mencoba mengendalikan pesawat, dan dalam kegiatan coba-coba tersebut terjadi kesalahan fatal yang tak terduga dan tak teratasi oleh pilot.
Hal itu memang bisa dikatakan suatu keanehan atau kejanggalan, tetapi bila melihat visi terbangnya pesawat Sukhoi dan berbagai jenis profesi penumpangnya bisa masuk akal juga.
Di dalam pesawat itu terdapat seorang atau mungkin beberapa orang yang masih berprofesi sebagai pilot pesawat terbang, pengusaha penerbangan, karyawan perusahaan penerbangan, wartawan dan juga fotografer.
Dengan berbagai profesi penumpang tersebut tidak menutup kemungkinan ada beberapa diantara mereka yang masuk ruang kokpit dan melakukan berbagai kegiatan dengan melibatkan pilot atau co-pilotnya.
Penerbagan gembira yang singkat tersebut, kira-kira hanya 30 menit rencana terbangnya pesawat, kemungkinan juga jika penumpang tidak mencoba mengendalikan pesawat, mungkin dimanfaatkan beberapa penumpang untuk mendapatkan berbagai data dan informasi sehingga di menit ke 20 setelah lepas landas terjadi kecelakaan tragis di puncak Gunung Salak.
Dugaan saya sepeti tersebut diatas, saya tulis di media ini dengan alasan karena sepanjang saya mengikuti berita-berita dan komentar di berbagai media atas jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, tidak ada seorangpun yang mengatakan dan memperkirakan peran-peran para penumpang pesawat sehingga mengalami kecelakaan.
Terlepas dari benar atau tidaknya pendapat dan dugaan saya tersebut di atas, seperti juga berbagai dugaan banyak orang selama ini, tim KNKT akan meneliti dan mencari penyebab sesungguhnya jatuhnya pesawat Sukhoi yang dikatakan super canggih tersebut setelah bisa membaca rekaman penerbangan dan kotak hitamnya.
Akhir kata saya ingin mengatakan semoga dugaan saya di atas tidak benar terjadi, dan seandainya benar terjadi maka merupakan peristiwa bersejarah baru dalam kecelakaan pesawat di Indonesia.
Salam dari Jepang
Kyoto, 25 Mei 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H