Mohon tunggu...
ninyomansriwahyuasriani
ninyomansriwahyuasriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketenangan Nyepi, Cerminan Harmoni Keberagaman di Bali

1 Januari 2025   14:21 Diperbarui: 1 Januari 2025   14:21 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Perayaan Hari Raya Nyepi merupakan perayaan yang tidak terlewatkan bagi umat Hindu, karena merupakan bagian dari hari besar umat Hindu yang dirayakan setiap pergantian Tahun Baru Saka dan dilakukan selama 24 jam. Sebelum mencapai puncak Hari Nyepi, terdapat beragam serangakaian upacara yang dilakukan sebagai tradisi dari Hari Raya Nyepi tersebut.

Hari Raya Nyepi bukan saja menjadi sebuah perayaan agama, melainkan tradisi budaya Bali  yang menjadi salah satu momen keunikan Bali sebagai Pulau Dewata dengan berbagai hasil seni dan budaya. Bali sebagai pulau tujuan pariwisata yang memiliki reputasi internasional, telah mendatangkan berbagai wisatawan domestik dan mancangara untuk menikmati keindahan wisata, alam, serta budaya yang ada di Bali. Tidak hanya menjadi wisatawan, tidak sedikit warga dari luar Bali yang berpindah dan menjadi penduduk di Bali, yang membuat keberagaman umat di Bali tumbuh sebagai suatu fenomena sosial budaya karena menciptakan sebuah perpaduan unik dalam berumat serta berbudaya. Lantas bagaimana tampak keberasaan fenomena sosial budaya ini dalam perayaan Nyepi?

Perayaan Hari Raya Nyepi dilakukan dengan menepikan diri dari segala aktivitas keduniawian yang dikenal sebagai Catur Brata Penyepian atau empat pantangan. Catur Brata ini meliputi Amati Geni dengan tidak menyalakan api dan segala yang bersifat menerangi, Amati Karya dengan tidak melakukan aktivitas fisik atau bekerja, Amati Lelanguan dengan tidak berpergian ke luar rumah dan Amati Lelungaan dengan tidak mengadakan hiburan untuk bersenang-senang, dengan melakukan Catur Brata Penyepian, membuat umat Hindu menghentikan segala aktivitas selama 24 jam atau seharian penuh. Hal ini juga dilakukan oleh umat non Hindu yang berada di Bali, sebagai bentuk untuk menjaga keharmonian umat beragama di Bali

Keharmonian keberagaman telah dicerminkan pada saat Hari Raya Nyepi, dapat dilihat pada umat-umat yang tidak merayakan Nyepi ini telah menjaga ketenangan dan kedamaian sebagai makna dari perayaan Nyepi ini, seperti saat umat muslim membantu umat Hindu yang sedang menjalankan Perayaan Nyepi dengan menjaga keamanan rumah-rumah milik umat Hindu, sebagai wujud toleransi beragama, umat-umat non Hindu di Bali ketika Nyepi juga menjaga agar kondisi rumah tetap sunyi dan tidak mengganggu warga sekitar yang sedang khusuk melakukan perayaan Nyepi, kemudian ketika perayaan Nyepi ini bertepatan dengan Ramadhan, Pemerintah Daerah Bali juga mengimbau umat Muslim untuk melakukan salat Tarawih pada hari itu tanpa pengeras suara atau lampu secara terang benderang yang diterapkan oleh umat Muslim sehingga tetap menjaga ketentraman dan keharmonian Hari Raya Nyepi

Secara keseluruhan, keharmonian keberagaman umat beragama dan berbudaya di Bali yang tercerminkan dalam pelaksaan Hari Raya Nyepi telah menunjukkan bagaimana nilai-nilai luhur dan kesadaran kolektif menjadi komponen mendasar untuk turut mendukurang dan menghormati perayaan Nyepi bukan hanya oleh umat beragama Hindu, tetapi seluruh warga bali meskipun memiliki perbedaan agama, budaya, dan latar belakang. Keberagaman yang ada di Bali telah membentuk perilaku sosial untuk saling menghormati antar keberagaman agama dan budaya. Di tengah modernisasi ini, Perayaan Nyepi menjadi momen penting yang menghidupkan harmoni keberagaman yang memberikan refleksi dan juga momen yang dinantikan bagi orang-orang yang menganggumkan keberagaman budaya yang ada di Bali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun