di keramaian pasar, bayangmu berjatuhan
dan tiba-tiba ada rindu membekap sekujur tubuhku.
suaramu, entahlah, kenapa menjadi sesuatu yang paling kutunggu
hei, kapan kau mengajakku melihat kunang-kunang di antara rimbun kenangan
gerimis menjatuhkan bulir-bulir rasa yang lama bertahta di kerasnya kepala
pada yang menabuh genderang di dada: kata-kata bertaburan permata
rindu berdentam
wajahmu mengarak kisah-kisah yang sering kita tuturkan
tentang surga;taman dan anak-anak
ah, masih aku masih mendekapnya
dan kau terus berjatuhan dari jemariku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H