Mohon tunggu...
Akhmad Zulfikar
Akhmad Zulfikar Mohon Tunggu... -

Baca. Lalu simpulkan sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Usang

31 Oktober 2011   14:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:14 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Puisi usang
di awal malam berkarat
mata ini bernanah mengeja huruf-hurufnya yang rapuh
ukiran tanganmu yang dulu selalu kuciumi punggungnya.

aku ingat juga ini
: suatu ketika saat purnama di pesisir Teluk Kendari
motor hitam peot bisingku mengantar kita menghirup batuk angin tua,
hanya demi memejamkan mata lalu memohon sesuatu pada bintang-bintang konyol yang jatuh.
aku lebih senang tenggelam di bibirmu
saat asmaraku risau berpisah dengan cintamu.

oh, Jakarta,
sungguh malang gerangan ia yang merana
tertindih rindu : obral di pasar loak.
mengusap-usap dadanya, debu-debu terbang ketakutan.

puisi usang,
bait-baitnya berayap.
kuingat di ujungnya kutulis namamu.
dengan tinta yang tak pernah pudar : cinta.

Jakarta, 31 Oktober 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun