ku kumpulkan kembali berlembar kisah yang berserakkan di sudut-sudut kamarku
kala malam datang
dan kesunyian mengepul bagai asap rokok memenuhi dadaku.
ada selembar kusut penuh coretan tertindih paling bawah
tak ada lagi yang bisa ku baca selain namamu tertulis agak tebal di bagian bawahnya
dan aku pun tak lagi ingat ada apa dengan bekas tikaman pena di sekujur huruf-huruf gemetar itu.
entah hujan telah menghapus kenangan yang sengaja ku jejakkan dalam-dalam agar tak sesat menuju pulang
atau waktu bahkan tak mengizinkanku mengintip ke masa itu, kala seluruh sajakku bermuara padamu
kukumpulkan semuanya, kekasih
lembaran-lembaran berdebu yang tak pernah kusentuh setelah menodainya
lalu kumasukkan ke dalam sebuah amplop tanpa nama
kepada malam
ku kirimkan kisah itu.
agar bulan selalu membacakannya untukku di malam-malam yang lain
saat lembaran-lembaran kusut lain kumpulkan dan hendak kukirimkan lagi.
Jakarta, Januari 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H