Nino Zayat Salfandha
Mahasiswa Universitas Siber Asia -- Prodi Sistem Informasi
Surel : n1n0z4y4t@gmail.com
Pada tahun 2019, dunia digemparkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang menyerang sistem pernapasan yaitu paru paru. Virus ini dapat menyebabkan sesak napas, pneumonia akut, bahkan hingga kematian. Wabah pertama kali muncul di kota Wuhan, Tiongkok lalu mulai menyebar hingga ke seluruh dunia termasuk Indonesia dan tentunya telah mengancam banyak jiwa. Hal tersebut dapat dibuktikan dari update survei satgas penanganan Covid-19 yang memberikan informasi jumlah pasien Covid-19 di Indonesia yang kian bertambah. Pada tahun 2021 angka pasien Covid-19 telah mencapai satu juta Jiwa. Hal ini tentunya menjadi urgensi bagi Negara Indonesia karena covid-19 tak hanya mengancam kesehatan masyarakat tetapi juga turut memberikan dampak bagi sektor lainnya, beberapa sektor yang terkena dampak Covid-19 adalah sektor perekonomian, sektor ekonomi, sosial dan budaya.
Pandemi ini menyebakan adanya konflik dalam perusahaan. Performa perusahaan dan bagian internal kian menurun, banyak saham yang jatuh hingga pengecilan jangkauan perusahaan. Permasalahan terus tumbuh dalam perusahaan sejak awal pandemi. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian sejumlah perusahaan ialah tingkat penyerapan tenaga kerja tidak akan sebesar jumlah tenaga kerja yang terkena PHK. Para calon pekerja juga diberatkan dengan perusahaan yang hanya akan merekrut tenaga kerja yang memiliki produktivitas tinggi dan mampu mengerjakan beberapa tugas sekaligus (multitasking). Perusahaan juga pekerja harus beradaptasi untuk mengurangi aktivitas mereka salah satunya dengan kegiatan WFH atau Work From Home dari kebijakan PPKM yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Berbagai perusahaan perlu memikirkan cara untuk tetap bangkit di saat pandemi. Salah satunya adalah industri retail yang mengalami penurunan penjualan pada seluruh komoditas. Selain karena penurunan daya beli, penyebab utamanya adalah terhambatnya pasokan. Hal lain yang menjadikan perusahaan perlu beradaptasi adalah dikarenakan terjadi perubahan pola komunikasi terhadap konsumen. Dalam hal ini, perusahaan perlu merubah strategi untuk tetap bangkit di saat pandemi. Saat kondisi saham menurun, maka hal yang dapat dijadikan elemen untuk menaikkan pemasukan adalah para konsumen. Pola perilaku konsumen yang mulai berubah, perlu diperhatikan beberapa perusahaan sebagai acuan untuk melakukan penjualan dan meningkatkan pendapatan.
Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan perubahan terhadap perilaku organisasi dalam hal budaya organisasi.
Budaya organisasi internal :
1. Cara berpakaian :
- Karyawan menggunakan masker 2 lapis
2. Perayaan / Seremonial :
- Aktivitas morning briefing dilakukan secara online
- Kegiatan seremonial dilaksanakan melalui Zoom, G-Meet atau sejenisnya
- Karyawan dilarang melaksanakan jumatan di masjid kantor selama masa pandemi.
3. Tata ruang kantor :
Setiap ruangan dikantor diberi sekat -- sekat, stiker X untuk tempat yang tidak boleh dipakai untuk duduk atau makan, setiap sisi diberi handsanitizer spray, meja receptionist diberi penyekat mika agar tidak terpapar virus pengunjung ataupun karyawan lain.
Budaya Organisasi Eksternal :
Beberapa hal lain yang dapat dilakukan oleh perusahaan antara lain untuk kegiatan eksternal adalah perusahaan harus mulai memperhatikan dan berfokus pada bisnis online.
Pertama adalah membuat alur transaksi yang jelas, mulai dari pemesanan hingga pengantaran. Langkah -- langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
* Membuat website perusahaan
* Menjual produk di online marketplace
* Menerima pesanan via chat Gencar melakukan kampanye pemasaran via akun sosial media.