Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Skenario Pemakzulan Jokowi oleh Koalisi Prabowo Gagal, Lahirkan Demokrasi Baru

10 Desember 2014   15:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:37 2598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Skenario pemakzulan Presiden Jokowi gagal. Namun, koalisi Prabowo melahirkan demokrasi baru. Masih ingat perkataan Hashim yang akan menjungkalkan Presiden Jokowi? Masih ingat tawaran Aburizal Bakrie dua minggu lalu yang menyampaikan kepada Agung Laksono untuk memilih Ketua Umum Golkar pada Oktober 2015 sementara Munas IX Golkar diadakan Desember 2014? Masih ingat gaya kampanye Prabowo dengan tokoh sentralnya Fadli Zon dengan mengamini kekuatan kampanye hitamnya? Itu rangkaian pernyataan yang terkait dengan rencana pemakzulan Presiden Jokowi pada September - Oktober 2015. Bagaimana rencana pemakzulan itu menjadi gagal dan mati suri muda dan justru melahirkan para tokoh politik berkarakter khusus dan aneh? Mari kita simak demokrasi urakan yang justru bukan memakzulkan Jokowi namun hanya melahirkan tokoh-tokoh istimewa fenomenal yang menandai karakter demokrasi (baca: demokrasi urakan) berdasarkan pengaruh Prabowo dengan hati gembira ria bahagia senang sentosa.

Terima kasih Prabowo. Ada yang menarik terkait Prabowo. Prabowo melahirkan tokoh Fadli Zon, Mahfud MD, Ical, Nurul Arifin, dan SBY serta lainnya. Prabowo pun tercatat pernah mewarnai demokrasi di Indonesia. Prabowo menjadi sosok yang menarik selama enam bulan terakhir sejak kampanye pilpres sampai rontoknya koalisi Prabowo bulan ini. Namun yang paling menarik adalah lahirnya demokrasi urakan yang tergambarkan dalam koalisi Prabowo dengan tokoh-tokoh di atas.

Prabowo pada masa kampanye mampu membangun karakter seorang demokrat yang baru. Karakter Prabowo yang temperamental pun memengaruhi sikap dan tabiat kesehariannya. Berawal dari kampanye dengan kegagahan menunggang kuda di Senayan, menaiki jeep dengan memeriksa barisan pasukan, mengendarai kendaraan mewah terbuka, diarak dan digendong, memimpin upacara HUT Kemerdekaan tandingan, sampai membentuk koalisi permanen.

Prabowo pun mengawali kampanye dengan cara yang baru: menyerang langsung ke jantung sasaran. Yang diserang pun tak tanggung-tanggung: Megawati yang dikatakan berkhianat. Tak hanya Prabowo, juga Hashim menjadi corong nyata suara Prabowo yang mengungkit dan mencerca perjanjian Batutulis antara Mega dan Pra. Selain mencerca Mega, serangan langsung ke Mega dan Jokowi pun dilancarkan secara sistematis dengan corong bicara paling manis dan hebat: Fadli Zon dengan media sosial yang digawangi oleh Noudhy Valdryno - hallo Noudhy kalah ya sama kami? - dengan Puisi Boneka yang disebar secara masif melalui media sosial.

Mendapat angin surga dengan meroketnya elektabilitas Prabowo dengan kampanye hitamnya, Noudhy Valdryno semakin bersemangat. Maka lahirlah ribuan meme, karikatur, tautan, kartun, pernyataan, fakta palsu, aneka macam model materi kampanye hitam melalui media sosial. Kampanye hitam dianggap berhasil mendongkrak elektabilitas Prabowo. Fadli Zon pun semakin bersemangat. Rob Allyn ahli strategi kampanye hitam dari Amerika Serikat pun disewa oleh Prabowo. Hasilnya?

Berbondong-bondong para tokoh mengidentifikasi diri seperti Fadli Zon: keras, tegas, berani berbicara, yakin menang, dan tampak berkuasa - sebagai gambaran ilusif, delusif kehebatan Prabowo. Dari mulai Amien Rais, Mahfud MD, Aburizal Bakrie, Tantowi Yahya, pengamat politik Siti Zuhro menyerang secara frontal bahwa Jokowi tak pantas menjadi presiden dan akan kalah telak. Gambaran kemenangan itu sampai merasuk menjadi semacam ilusi: muncul pernyataan mendahului kehendak Tuhan yakni ‘tidak ada skenario kalah bagi Prabowo'.

Maka, keyakinan menang karena didukung oleh PAN, Gerindra, PPP, PKS, Golkarr, PBB, dan Demokrat dengan mayoritas kursi di parlemen 64%, menjadi semakin besar. Pun elektabilitas semakin meningkat. Para tokoh partai dari mulai partai PKS sampai Golkar berebut berbagi kursi ketika Prabowo nanti berkuasa. PKS mendapatkan 8 kursi strategis kabinet. Golkar yang terakhir masuk mendukung Prabowo karena sudah kehabisan kursi maka diberi hadiah berupa: Menteri Senior atau sekelas Perdana Menteri. Wah-wah. Ya ya. Namun, mereka lupa membangun basis dukungan pemilih dan strategi kampanye. Mereka lupa daratan karena telah menguasai 80% media televisi dengan TVOne dan MNC Group, sementara Jokowi hanya menguasai 8% media televisi MetroTV plus TVRI yang setengah netral dengan 4% pangsa pasar pemirsa.

Perlawanan terhadap Prabowo oleh Jokowi pun berlangsung. Denny JA pun turun gunung mendukung Jokowi dengan strategi jitunya - Denny JA meloloskan SBY dua kali menang sebagai presiden. Denny JA head to head dengan Rob Allyn. Cara Denny JA melawan kampanye Prabowo adalah menjerumuskan kampanye hitam menjadi semakin dalam dan menjadi trade-mark Prabowo. Hasilnya?

Dalam dua bulan pertama popularitas Prabowo meningkat pesat mengejar popularitas Jokowi yang merosot tajam. Kemenangan Prabowo dianggap keniscayaan. Maka lahirlah gaya komunikasi demokrasi berbasis kekuatan, gaya demokrasi pamer kekuatan ala Fadli Zon yang lugas. Tak puas dengan lahirnya kekuatan itu ditambah lagi dengan Fahri Hamzah. Kurang kuat, maka Mahfud MD pun tampil menjadi sangat tidak obyektif dengan menyebut debat capres Jokowi selalu kalah sampai terjadi peristiwa Hatta Rajasa tak bisa membedakan Kalpataru dan Adipura pun Mahfud MD masih mengalami delusi kemenangan Prabowo. MMD kehilangan daya kritisnya sebagai cendekiawan dan mulai mengecam Jokowi secara serampangan.

Di luar itu, lahirlah Suryadharma Ali yang dengan tanpa malu dan menganggap diri benar dengan menjadi pentolan mafia haji dan ditetapkan sebagai koruptor, selalu bersama-sama mengawal Prabowo berjamaah sholat: upaya mendongkrak popularitas dengan atas nama agama - yang kubu Jokowi juga pernah terpancing dengan memaksa Jokowi menjadi imam sholat di PP Muhammadiyah. Pencitraan kedua capres yang tak perlu gara-gara PKS yang mengompori Prabowo.

Demi memenangkan perang kampanye, utusan corong Golkar pun dikirimkan. Lahirlah Nurul Arifin dengan pernyataan-pernyataan politik pedas dan jorok seperti ‘mau muntah', ‘menjijikkan', dsb yang menggambarkan dirinya sebagai artis kelas paha dengan akting kaku pada masanya. Tak cukup dengan Nurul, dikirimkanlah Fahri Hamzah yang membawa gerbong PKS dan menguatkan dampak fenomena Prabowo. Prabowo semakin berkibar-kibar dengan demokrasi urakannya sampai Hashim pun setelah kekalahan pilpres menyatakan akan melakukan pemakzulan terhadap Presiden Jokowi dalam 1,5 tahun setelah Jokowi berkuasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun