Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Shooting Sinetron dan Kematian Ayu di RS Harapan Kita

28 Desember 2012   11:25 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:54 1908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13566997861543291807

[caption id="attachment_231969" align="aligncenter" width="550" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption]

Seperti dilansir Kompas.com (28/12/12), omongan yang dilontarkan oleh Direktur Utama RSAB Harapan Kita Achmad Soebagjo. "Pasien meninggal bukan karena adanya shooting yang dilakukan di ICU, tapi memang karena penyakitnya. Pelayanan rumah sakitpun sudah sesuai SOP," katanya dalam konferensi pers di Kementrian Kesehatan, Jumat (28/12/12) perlu dicermati.

Publik harus paham maknanya. Pelayanan bertujuan memberikan rasa nyaman, aman dan bahagia pasien. Kalau yang disebut Standard Operating Procedures hanya mengatur tata urutan sehingga menghilangkan unsur kenyamanan yang dialami pasien, maka SOP itu perlu dipertanyakan.

Pertanyaan selanjutnya apakah shooting sinetron itu juga sudah termasuk dalam SOP. Achmad sendiri mengakui adanya ketidaknyamanan pasien akibat shooting hiburan yang menjadi ‘pembangun karakter' bangsa sinetron. Rasanya pernyataan Achmad Soebagjo hanya melakukan pembenaran sendiri. Seharusnya dalam pelayanan di rumah sakit yang paling penting adalah empati dan simpati dari Rumah Sakit Harapan Kita dan rumah sakit lainnya.

Memang kita semua paham dalam dunia medis, rumah sakit, nyawa manusia hanyalah bagian dati bisnis itu sendiri. Setiap kematian satu nyawa hanya dianggap peristiwa biasa. Ribuan orang setiap hari meninggal di rumah sakit. Dan bagi petugas medis semua itu hanya peristiwa biasa. Ada gap atau jurang pemisah antara para petugas medis, perawat, dokter dan pegawai rumah sakit dengan para pasien dan keluarga pasien.

Pihak rumah sakit memandang apa yang mereka kerjakan adalah pekerjaan dan rutinitas biasa sehingga unsur-unsur kejiwaan, ketenangan dan kenyamanan dikalahkan oleh hiburan misalnya iklan lewat sinetron. Nyawa yang tengah meregang dikalahkan oleh hiruk-pikuk dunia kosong tanpa nyawa yang disebut sinetron.

Semua tahu di dunia seni semua sebagian besar adalah anak-anak muda atau yang berjiwa muda yang slengekan dan tak karuan. Membayangkan yang disampaikan oleh ibu Ayu jelas tidak ada empati para kru sinetron. Bahkan RS Harapan Kita pun ikut larut dalam sinetron dan menganggap shooting sinetron tak diatur sebagaimana mestinya sehingga mengganggu kenyamanan pasien dan keluarganya.

Sekali lagi hal aneh terjadi. Kenyamanan dan ketenangan meregangnya nyawa Ayu dikalahkan oleh tujuan iklan dan shooting sinetron yang hanya berguna bagi kalangan industry sinetron yang plastis itu. Nyawa Ayu pergi dengan drama sinetron RS Harapan Kita.

Achmad seharusnya mengakui ketidaknyamanan sebagai kesalahan prosedur. Achmad mengakui kelaian dalam membiarkan pengambilan gambar yang mengakibatkan ketidaknyamanan pasien. Itu artinya tidak memiliki prosedur untuk mengatur kegiatan semacam pengambilan gambar alias shooting sinetron. Achmad dan RS Harapan Kita yang tidak memiliki SOP dan lalai harus meminta maaf secara terbuka kepada publik dan terlebih lagi orang tua Ayu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun