[caption caption="Makan Siang di Istana I Dok Rusman_Biro Pers, Media, dan Informasi, Sekretariat Presiden"][/caption]Habis Papa Minta Saham, dan kasus Setya Novanto, lalu ada Papa Minta Makan di Istana. Lengsernya Setya Novanto tak lepas dari dukungan rakyat. Lalu apa korelasi antara lengsernya Setya Novanto dalam kasus yang melibatkan mafia Petral dan migas Riza Chalid dengan makan siang di Istana? Energi positif bagi Presiden Jokowi dan rakyat yang diundang. Mari kita telaah hal yang terkait dengan energi positif rakyat dan Presiden Jokowi dengan makan siang di Istana Negara bersama Presiden Jokowi dengan hati gembira ria riang sentosa bahagia suka-cita senang menari menyany pesta-pora selamanya tetap tawadhuk dan istiqomah senantiasa.
Makan siang, malam, sarapan bersama Presiden Jokowi sangat positif dan membanggakan bagi rakyat banyak: rakyat jelata. Makan bersama Presiden Jokowi di Istana Negara mau tidak mau suka tidak suka pasti membanggakan bagi rakyat jelata; yang diundang. Namun, ada yang lebih penting lagi adalah bahwa undangan makan bersama Presiden Jokowi memberi energi positif bagi Presiden Jokowi dan juga bagi rakyat yang diundang.
Bagi Presiden Jokowi langkah mendekat dengan rakyat dan bergembira dengan rakyat jelas menjadi energi positif yang akan tetap membuat Presiden Jokowi tetap istoiqomah, sederhana, dan memikirkan rakyat.
Bagi rakyat jelata pun, peristiwa bersama Presiden Jokowi adalah bagian kebanggaan dan kebahagiaan yang tak terkira bisa makan bersama Presiden Republik Indonesia.. di Istana Negara, rumah dan kantor Presiden Republik Indonesia yang selama ini tak terinjak oleh rakyat jelata. Jelas energi kebanggan positif itu akan membekas selamanya di dalam sanubari yang diundang – kalau yang diundang bukan manusia nyinyir lho… hehehe.
Makan siang dan makan malam bahkan sarapan pagi di Istana Negara dengan mengundang rakyat jelata sungguh membanggakan. Makan bersama Presiden Republik Indonesia siapapun presidennnya pasti akan membanggakan dan rakyat pasti merasa terhormat. Kehormatan besar rakyat biasa diundang untuk bertemu Presiden Republik Indonesia. Hanya ada dua presiden Republik Indonesia yang pernah mengundang rakyat jelata, biasa, tanpa prestasi apa-apa: Presiden Gus Dur dan Presiden Jokowi.
Rakyat Indonesia bersyukur memiliki Presiden Jokowi yang berkalakuan sama dengan Presiden Gus Dur. Istana Negara menjadi rumah rakyat. Tidak disakralkan. Masa Gus Dur berkunjung ke Istana sekali. Masa SBY karena oposan keras terhadap SBY, maka tidak hadir di Istana Negara. Karena Istana Presiden RI bukan lagi menjadi tempat angker dan menyeramkan yang hanya bisa disentuh oleh orang besar, orang kuat, orang kaya, pejabat, yang berjasa.
Apalagi selalu undangan disertai makan. Makan dalam budaya apapun adalah tingkatan peradaban tertinggi yang bisa mencairkan suasana. Selalu acara Presiden Jokowi dimulai dengan makan dulu baru berbincang. Kelaparan akan membuat orang beringas. Maka caranya agar kalem dan senang, beri makan dulu lalu suruh berbicara biar tenang. Mau tahu hasilnya?
Setelah makan dan kenyang para undangan akan (1) tenang, (2) tidak marah-marah, (3) ngantuk. Nah kalau sudah demikian kan menjadi enak pembicaraan antara Presiden Jokowi dengan para undangan yang sudah ngantuk, tenang dan nyaman yang sudah lupa untuk menyampaikan yang di rumah atau dijalan ke Istana Negara sudah dirancang akan blab la bala bla . Begitu kenyang dan makan di Istana daya kritisnya hancur berantakan. Ngantuk dan nyaman.
Dalam beberapa kesempatan makan di Istana, diamati selalu tidak dimulai dengan doa makan bersama. Ke depannya, ini pesan untuk Presiden Jokowi, kalau ada undangan makan sebaiknya dimulai dengan doa makan bersama. Caranya pilih orang tertua atau termuda untuk memimpin doa, cukuplah 1, 2, atau 3 menit berdoa agar makanan yang masuk ke dalam perut itu barokah dan bermanfaat bagi tubuh, jiwa dan rohani para pemakan makanan, yakni yang terhormat para undangan rakyat biasa. Allahumma bariqlana fima rodzaqtana wakinna adzabbannar. Selesai.
Ada yang menyelutuk yang biasa tidak berdoa: “Lho kan doa bisa masing-masing.” Ya. Namun faktanya, doa yang dipanjatkan oleh banyak orang akan lebih mustajab dan memberi ruang gema di alam keilahian yang lebih sepektakuler. Juga dengan berdoa bersama sebelum makan di Istana Negara akan memberikan kesan bahwa Istana Negara adalah Istana yang berkeilahian dan Istana Negara menjadi rumah, eh, Istana yang diridhoi oleh Allah SWT Tuhan Yang Mahaesa.
Presiden Jokowi sangat menyadari bahwa dengan bersatu dengan rakyat jelata, maka akan menghilangkan sikap megalomania. Presiden Jokowi menyadari dekat dengan rakyat akan menghindari Presiden Jokowi menjadi presiden yang hanya mementingkan orang kaya, pengusaha, pemilik modal, politikus, yang sejatinya harus bersama-sama membantu para rakyat jelata untuk agar berbahagia menikmati kehidupan.