Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Seri Meninggal Dunia: Sebab Benci

30 November 2012   06:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:26 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

***lalu kalian tanyakan tentang meninggal dunia sebab benci
oh mati karena benci sungguh suatu malapetaka sekali
karena mati sebab benci bukan mati yang berwarna pelangi
semua mati karena benci adalah tragedi
ketika tubuh diambil dari rumah sunyi
ketika badan dengan mudah dikenali
ketika jaringan internet bukan tempat bersembunyi
ketika sumber daya kecerdasan tinggi berbagi
mengejar satu tubuh jumawa hebat tak terperi
ketika cabikan pistol mencabik menembus dahi tak mati
ketika tubuh anggun dikoyak cemeti dengan keji
ketika mata indah tertembus belati
ketika tangan dan kaki dipotong tebas sekali
ketika karung berisi batu dilempar ke laut pulau pari
karung yang berisi tubuh dengan napas sekali-kali
dilemparkan dengan sekali lempar ke laut tak bertepi
maka erangan dan napas itu akan berhenti
dalam kedalaman laut dihuni ikan pari
maka janganlah kalian jumawa setengah mati
dan jangan ciptakan rasa benci dalam jiwa dan hati
maka ketika si hina dan si tolol tak berakhlak bernyanyi
dan nyanyian itu berubah menjadi choir koor lagu mati
saat itulah rasa sesal sudah pergi
dan karena benci itu seonggok tubuh mati
hanya karena pesan yang sok suci hina diri
yang dibagi di internet seakan tak tersentuh api
tak sangka kritik hinaan itu berubah menjadi kartu mati
hingga mati dipeluk oleh benci
yang tak pernah dipikirkan lagi
jangan mati dalam benci dan dibenci
kematian itu tak elok dan tak indah lagi
selamat menikmati sisa-sisa hari dalam benci
sampai mati menjemput kamu sendiri dalam benci
dan itu pilihanmu sendiri bukan pilihan ilahi robbi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun