Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Senjakala Fahri Hamzah, Gagal Lawan Presiden Jokowi, Lawan Rektor UNJ

7 Januari 2016   15:07 Diperbarui: 7 Januari 2016   15:31 4698
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Fahri Hamzah dan para konconya I Sumber Kompas.com"][/caption] Memang ada-ada saja manusia yang satu ini. Senjakala yang tengah menimpa Fahri Hamzah tak menyurutkannya berkiprah. Gagal melawan Presiden Jokowi dengan bermodal koalisi permanen yang tengah bubar – koalisi Prabowo – Fahri Hamzah melawan Rektor Universitas Negeri Jakarta.

Mari kita lihat sepak terjang Fahri Hamzah yang tengah melakukan ijtihad politik dengan menjadi kompor para mahasiswa setelah gagal memraktikkan politik dan demokrasi ugal-ugalan bersama skondannya yang juga tengah rontok Fadli Zon dengan hati gembira riang ria suka-cita bahagia suka-suka pesta-pora menari menyanyi berdansa menertawai dan ngakak melihat kelakuan Fahri Hamzah yang menjadi kompor bagi mahasiswa selamanya senantiasa.

Senjakala Fahri Hamzah tak pelak membuat dirinya galau. Posisi sebagai pimpinan DPR hanya akan menjadi hiasan semata. Dukungan partai agama PKS terhadap Fahri Hamzah tinggal beberapa persen. Pun ambruknya koalisi Prabowo dan juga jatuhnya pendukung koruptor besar pentolan mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid yang banyak menyokong gerakan aneh pun membuat peta kekuatan politik bergeser. Koalisi Prabowo sekarang tinggal nama.

Terkait masa keemasan 8 bulan sejak Presiden Jokowi dilantik, Fahri Hamzah dan Fadli Zon menjadi pentolan para orang yang memraktikkan politik dan demokrasi ugal-ugalan: berdasar rancangan kejahatan politik bernama UU MD 3. Itu awal upaya strategis yang sangat luar biasa yakni menguasai seluruh kekuasaan di parlemen dengan meninggalkan pemenang pemilu PDIP tanpa kekuasaan di DPR RI.

UU MD 3 sebenarnya adalah Plan B antisipasi pengambilalihan kekuasaan berupa pemakzulan terhadap Presiden Jokowi yang sempat didengungkan begitu kalah pilpres 2014 oleh Hashim Djojohadikusumo. Catatan lain dalam kisruh Golkar – Ical pada 2014 secara tak sengaja menyebutkan bahwa dia bersedia mengadakan Munas Golkar pada Oktober 2015 yakni waktu yang diperkirakan penjatuhan Presiden Jokowi akan berhasil.

Di kalangan terbatas tersebar dengan jelas berkali-kali bunyi ‘pemakzulan, interpelasi’ didengungkan baik oleh Fahri Hamzah, Fadli Zon, Tantowi Yahya, Bambang Soesatyo, dan pula di kalangan PDIP muncul pemercaya kejatuhan Presiden Jokowi yakni Effendi Simbolon dan tentu si aneh Rieke Dyah Pitaloka. Begitu percayanya kalangan terbatas akan adanya pemakzulan itu membuat kegalauan dan ketidakyakinan dari para pendukung Presiden Jokowi di parlemen.

Mereka sama sekali tidak memerhitungkan bahwa Presiden Jokowi dikelilingi oleh para penasihat yang luar biasa oke. Sebut saja tokoh sekelas Syafe’I Ma’arif, Sofyan Wanandi, Hashim Muzadi, BJ Habibie, Abdul Malik Fadjar, Suharso M. Belum lagi kalangan militer sepenuhnya mendukung Presiden Jokowi. Hasilnya, Presiden Jokowi mampu melakukan konsolidasi politik yang menghancurkan koalisi Prabowo.

Akibatnya, bahkan pentolan dan skondan praktik politik dan demokrasi ugal-ugalan yakni Setya Novanto jatuh. Kejatuhan Setya Novanto mengubah arah politik dan melemahkan Fahri Hamzah – dan tentu Fadli Zon. Pimpinan DPR hanya akan menjadi boneka palsu karena kekuatan sebenarnya ada di tangan para partai dan anggota DPR yang serta-merta mendukung Presiden Jokowi. Maka esensi omongan dan teriakan oleh Fahri Hamzah dan Fadli Zon sekarang ini hanya akan semakin menjadikan pepesan kosong kehilangan segalanya.

Maka gagal melawan Presiden Jokowi, untuk menyalurkan hasyrat dan keinginan Fahri Hamzah untuk berteriak-teriak tak karuan dan praktik politik dan demokrasi ugal-ugalan ala Fadli Zon dan Fahri Hamzah, maka Fahri Hamzah pun beralih dari urusan Presiden Jokowi ke urusan setingkat jabatan gurem dibandingkan presiden atau menteri: Rektor UNJ.

Silakan urus itu rektor UNJ karena itu pas dan cocok buat Fahri Hamzah setelah tersingkir pengaruhnya di DPR dan juga di kalangan partai agama PKS yang semakin menyadari kelakukan dan omongan Fahri Hamzah seperti sinting dll. kontra-produktif dengan citra partai agama PKS. Jadi menarik melihat Fahri Hamzah membela mahasiswa dan menjadi kompornya. Sudah tepat sebenarnya Rektor UNJ memecat mahasiswanya. Ha ha ha.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun