Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

SBY Capres 2019: 4 Implikasi Politik dan Moeldoko Cawapres Jokowi

16 Mei 2015   18:23 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:55 3735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Susilo Bambang Yudhoyono akan maju nyapres lagi 2019. Demokrat sebagai partai milik SBY menargetkan 25% suara, menang pileg 2019. Dan .... Ini yang ajaib. Menang pilpres. Capresnya? Susilo BS. Mantap. Namun tantangan terhadap pencalonan juga besar. Ini menimbulkan implikasi politik. Salah satunya, bahkan majunya SBY akan memaksa Moeldoko menjadi pasangan wapres Jokowi. Terlebih lagi, sistem pemilihan presiden secara langsung dan serentak yakni pilpres dan pileg. Sangat menarik. Mari kita tengok mimpi SBY dengan hati gembira senang sentosa bahagia suka cita selamanya senantiasa.

Fenomenal. Demokrat yakin SBY masih dicintai keluarganya minimal. SBY akan maju dan memenangi kursi Presiden RI tahun 2019-2024. Hebat. Namun, jika dicermati, tentang SBY nyapres itu memiliki 4 implikasi makna penting: (1) Partai Demokrat dijadikan tameng politik dan hukum untuk membangun kekuatan keluarga SBY melalui politik, (2) meneruskan mimpi akibat SBY mengalami post-power syndrome, (3) membandingkan pencapaian sepuluh tahun SBY memerintah dengan lima tahun Jokowi di pemerintahan pada 2019, (4) Presiden Jokowi akan menggandeng Jenderal Moeldoko sebagai calon wakil presiden.

Pertama, Partai Demokrat sebagai tameng politik dan hukum. SBY yang dihubungkan dengan skandal Bank Century terus akan menguasai Partai Demokrat sebagai upaya untuk bargaining position alias tawar-menawar. Tanpa kekuatan politik, maka dipastikan SBY akan terpuruk dan dengan mudah kasus Century dan Hambalang akan menggelinding ke pengadilan. Bukan tidak mungkin SBY atau Ibas akan mengalami nasib kurang nyaman: terseret-seret kasus Bank Century atau Hambalang.

Strategi maju nyapres di 2019 adalah strategi yang unik. Pencapresan SBY 2019 tidak akan mudah. Umur SBY yang sudah tua akan menghambatnya menang. Selain soal umur, majunya SBY tahun 2019 membuat orang mengernyitkan dahi. Apa prestasi 10 tahun SBY selain membesarkan korupsi dan Indonesia berhutang Rp 2,600 triliun? Terlebih lagi, SBY pun tak akan didukung oleh partai-partai lain. Elektabilitas SBY pun tak akan melebihi dua digit.

Majunya SBY menguntungkan Presiden Jokowi. Majunya SBY pun akan menimbulkan reaksi dari Presiden Jokowi. Presiden Jokowi akan memainkan kasus hukum Ibas-Hambalang dan kasus Century sebagai alat penekan bagi SBY. SBY akan menjadi alat kampanye selama 10 tahun dengan tampilan kegagalan SBY. Pun Presiden Jokowi saat ini menjadi sapu bagi SBY yakni bersih-bersih rumah kotor akibat pemerintahan salah urus yang penuh dengan korupsi.

Kedua, majunya SBY untuk memenuhi mimpi post-power syndrome. Selama beberapa bulan ini, SBY selalu berada di garda depan mengritisi Presiden Jokowi. Ada-ada saja kelakuan SBY yang seolah sedang mendikte Presiden Jokowi. Namun, dengan tangkas Presiden Jokowi mampu menunjukkan borok-borok korupsi, nepotisme, pembangunan auto-pilot SBY, dan SBY yang tidak membangun NKRI. SBY hanya penumpuk hutang dan membangun bangsa manja: orang kaya pemilik mobil disubsidi Rp 4,6 juta per bulan sementara BLT orang miskin Rp 300 ribu per tiga bulan. Nah, SBY maju bermimpi nyapres 2019 adalah obat penawar post-power syndrome untuk SBY yang mulai sepuh dan kehilangan konsentrasi.

Ketiga, selama lima tahun ke depan, SBY akan menjadi pembanding prestasi Presiden Jokowi dan dirinya. Majunya SBY diyakini akan membuat kinerja Presiden Jokowi harus berbanding terbalik dengan prestasi SBY yang sangat jeblok. Fundamental ekonomi Indonesia rapuh karena hanya bersandar subsidi yang membebani negara dan menumpuk hutang sampai Rp 2,600 triliun. Hal ini tentu menguntungkan Presiden Jokowi.

Keempat, pencapresan SBY akan memaksa Presiden Jokowi untuk menggandeng Moeldoko sebagai cawapres 2019. Menggandeng Moeldoko dipastikan akan menenggelamkan SBY yang selama 10 tahun memerintah tidak memerhatikan kesejahteraan prajurit TNI. Di samping itu, majunya Moeldoko sebagai cawapres akan mengalirkan dukungan kepada Moeldoko dari TNI.

Jadi, majunya SBY sebagai capres 2019 akan menimbulkan dinamika politik yang justru menguntungkan Presiden Jokowi. Dan, majunya SBY akan mendorong Moeldoko akan maju menjadi cawapres mendampingi Presiden Jokowi. Di samping itu, majunya SBY juga pemenuhan dahaga post-power syndrome bagi SBY yang sekaligus membuka front persaingan terlalu dini pileg dan pilpres 2019.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun