Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rhoma Tersingkir, PKB Pertimbangkan Jokowi-Muhaimin atau Jokowi-Mahfud MD

14 April 2014   15:45 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:42 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rhoma Irama tersingkir dari persaingan menjadi cawapres PKB. PKB tengah memertimbangkan antara Muhaimin Iskandar atau Mahfud MD untuk menjadi cawapres pendamping Joko Widodo. Itulah perkembangan dramatis koalisi capres yang mengarah kepada bergabungnya PKB mendukung PDIP setelah NasDem maju dengan dukungannya terhadap Jokowi. Perkembangan itu terjadi akibat pernyataan KH Said Aqil Sirajd yang menepiskan ajakan pembentukan Poros Tengah II. Bagaimana implikasinya?

Perkembangan lain ajakan PKS untuk menyatukan para partai Islam dengan enteng telah dipatahkan oleh Ketua Umum PB NU KH Said Aqil Siradj. Dengan demikian Poros Tengah yang digagas oleh PKS - partai yang tengah mendekati Golkar dan Gerindra - gugur. Ketidaksetujuan Said Aqil karena persoalan bangsa tentang agama-negara di Indonesia telah selesai. Pengutuban Islam dan Nasionalis ditentang oleh KH Said Aqil karena bersifat primordialis dan jauh dari cita-cita NU. Artinya, PKB tak akan mendukung Poros Tengah II.

Dampak dilarangnya PKB ikut PKS membentuk Poros Tengah adalah PKB akan mendukung Jokowi. Kedekatan PDIP dan Megawati yang selalu mengedepankan Nahdliyin dalam bekerjasama seperti pernah mengusung KH Hasim Muzadi dalam pilpres 2004 menunjukkan akar kerjasama dan ideology NU lebih dekat dengan PDIP.

Pun tampaknya KH Said Aqil juga alergi dengan bau agresifitas militeristik yang ditiupkan oleh Gerindra juga merupakan pertimbangan lain dukungan NU kepada PDIP dibandingkan dengan Gerindra. Gaya NU yang damai, sejahtera, tawadhu, mutmainah, dan tenang lebih sejalan dengan gaya kampanye Jokowi yang sejuk dibandingkan dengan gaya kampanye brangasan dan tampak gagah-gagahan sok-sokan gaya geng motor. Nahdliyin tak sejalan dengan gaya kampanye yang demikian.

Termasuk yang menjadi pertimbangan adalah arah negara yang dikuasai oleh orang yang sangat ambisius dan dapat menggunakan segala cara juga akan memengaruhi pilihan warga Nahdliyin alias warga NU yang meliputi 100 juta penduduk Indonesia.

Pernyataan KH Said Aqil yang mengarahkan PKB agar bergabung dengan PDIP sungguh menyejukkan dalam rangka melawan politik transaksional - yang digagas oleh Gerindra yang jelas-jelas menyatakan akan membagi-bagi kursi. Tindakan Gerindra ini wajar dilakukan mengingat posisi 11% sebenarnya bukanlah posisi kuat sebagai pemimpin koalisi. Posisi tawar yang rendah menyebabkan Gerindra ditekan oleh calon anggota koalisi.

Pasca pernyataan KH Said Aqil ini, maka PKB secepatnya akan bergerak mendukung Jokowi. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sosok tepat yang akan ditawarkan oleh PKB menjadi cawapres. Rhoma Irama dipastikan akan tersingkir karena elektabilitasnya yang jeblok. JK pun diyakini tak menarik untuk Jokowi dan internal PKB. Kini tersisa Mahfud MD dan Muhaimin Iskandar sendiri sebagai cawapres. Momentum Cak Imin dan Mahfud MD kini sama-sama mengemuka dan tampil di permukaan. Cak Imin diyakini hanya akan memutuskan setelah berkonsultasi dengan PBNU. Dan, gelagat PBNU akan mendukung Mahfud MD sebagai cawapres mendampingi Jokowi.

Perkembangan lain dengan Gerindra sungguh aneh. Ya. Gerindra semakin mendekat ke Partai Demokrat yang telah dihukum oleh rakyat. Kampanye Gerindra yang dengan garang menyerang Demokrat kini ditelan sendiri oleh Gerindra. Itulah politik. Gerindra tengah mengincar Demokrat, PKS, PAN, untuk membangun koalisi besar dengan pimpinan Gerindra. Modalnya 11% suara. PKS dan PAN tentunya akan sangat berperan dan tak menginginkan posisi lain selain cawapres. Di sinilah terjadi cakar-cakaran. Dukungan PAN, PKS, Demokrat harus dibayar dengan pengaplingan dan jatah kursi dan cawapres yang sangat a lot.

Sementara itu, Golkar juga membutuhkan PAN atau Demokrat agar pencalonan Ical mulus - akan terjadi kejutan bahwa pencapresan Ical akan dievaluasi. Bisa terjadi Ical akan mendapatkan calon wakil presiden dari Demokrat antara Anies Baswedan, Pramono Edhie Wibowo atau bahkan Gita Gutawa. Impilkasi dengan bergabungnya PAN dan Demokrat menyisakan PPP, Hanura, PKS. PPP, Hanura, PKS akan mengalami kehilangan identitasa jika mendukung Prabowo yang partainya juga kecil.

Skenario lain, jika demikian, maka Gerindra bisa jadi justru akan bergabung dengan Ical dan konsekuensinya terjadi koalisi besar: Golkar, Gerindra, PPP, Hanura, PKS dengan mengorbankan Prabowo sebagai cawapres Ical.

Jadi, implikasi gagalnya Poros Tengah II yang digagas PKS sebagai akibat pernyataan KH Said Aqil adalah (1) membuat arah PKB jadi mendukung Jokowi dengan mengajukan cawapres pendamping seperti Cak Imin dan Mahfud MD adalah kompromi yang tepat bagi PBNU dan Cak Imin. Keputusan itu sejalan dengan keinginan para kiai dan warga nahdliyin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun