Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Dicatut, Teror Paris, Suhu Politik Naik dan Waspadai Ancaman Kolaborasi Mafia-Teroris

18 November 2015   09:14 Diperbarui: 18 November 2015   09:59 2530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Setya Novanto, Fadli Zon, Donald Trump I Sumber nyatnyut.com"][/caption]Suhu politik dipastikan naik dan memanas pasca sinyaleman pencatutan Presiden Jokowi oleh Setya Novanto terkuak. Peta politik menjadi compang-camping dengan kedua kubu Golkar saling berakrobat. Jusuf Kalla terpojok dan harus mengikuti arahan Presiden Jokowi. BIN, Polri dan koalisi Jokowi melakukan konsolidasi. Koalisi Prabowo pun melakukan perapatan dengan kewaspadaan untuk mengatur posisi politik ekonomi mereka aman. Suhu yang meningkat itu pun ditambah dengan adanya gerakan para mafia dan teroris untuk mendanai kegiatan terorisme seperti yang diputuskan di Atalya Turki. Mari kita simak rangkaian kewaspadaan meningkatnya suhu politik yang berakibat pada kewaspadaan tingkat tinggi dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita menari menyanyi tertawa selamanya senantiasa.

Pasca serangan teror di Paris dan Beirut, salah satu keputusan kelompok 20 negara kaya dan berkembang, Konferensi G20, di Antalya Turki adalah memotong pendanaan teroris yang begitu masif. Aliran dana dari Timur Tengah yang mengalir lewat Arab Saudi, Mesir, Yordania, UEA, Bahrain, dan juga uang hasil pencucian uang yang mengalir ke berbagai negara di Eropa dan Asia – Hongkong dan Singapura.

Peringatan yang disampaikan oleh Deddy Mizwar untuk meningkatkan kewaspadaan ancaman teroris perlu menjadi catatan. Kekhawatiran itu sangat beralasan dan memang sudah menjadi perhatian aparat keamanan Indonesia.

Indonesia harus waspada terhadap ancaman ISIS dan Indonesia adalah target berikutnya serangan teroris sekala besar. Catatan serangan Bom Bali I dan Bom Bali II serta Bom Kedutaan Besar Australia di Jakarta dilakukan pada saat kewaspadaan berkurang. Tekanan politik dimanfaatkan oleh mafia dan teroris yang berkolaborasi secara rapi untuk merusak stabilitas keamanan untuk kepentingan bersama mafia dan teroris.

ISIS menjadi organisasi teroris besar dan kaya karena bekerjasama dengan mafia dan menjalankan pasar gelap. Penjualan minyak mentah yang diselundupkan dan dijual oleh mafia memberikan keuntungan finansial sebesar US $ 34 miliar. Perkawinan dengan para mafia dan pedagang barang antic yang dicuri dan dijarah menghasilkan miliaran dollar. Pengusaan 40% ladang gandum di Iraq memberikan keuntungan luar biasa.

Mafia bergabung melakukan pemerasan pajak dan teror ala mafia terhadap 10 juta orang yang berada di bawah kekuasan ISIS memberikan keuntungan jutaan dollar. ISIS mampu membiayai teror jauh dari wilayah yang mereka kuasai karena kemampuan finansial yang luar biasa.

Indonesia adalah sasaran teror ISIS berikutnya karena komitmen Indonesia di Antalya. Jaringan teroris di Indonesia mirip dengan yang ada di Prancis. Kerjasama mafia dan teroris penyelundup manusia, penyelundup migas, bekerja dengan baik. Penyusupan melalui organisasi keagamaan juga patut dipetakan. Jamaah Islamiyah sebagai operator teror di Indonesia dan Asia Tenggara menjadi benih subur bagi para teroris.

Simpatisan teroris pun bertebaran di Indonesia dengan kedok agama dan perjuangan. Indonesia memberikan kontribusi keterlibatan sekitar 400 orang bergabung dengan Daesh alias ISIS di Syria dan Iraq. Ladang subur terorisme di Indonesia mulai sejak zaman Komando Jihad Imron bin Muhammad Zein yang melakukan pembajakan pesawat Garuda di bandara Don Muang Bangkok pada dekada 80-an. Perang Afghanistan 1980-1990-an memberikan momentum bagi terorisme di Indonesia dengan 980 bekas pejuang Afghanistan dengan kulminasi serangan bom di Indonesia seperti Imam Samudera, Amrozi, Muchlas, Hambali dan Santoso.

Jaringan teroris itu bisa bertindak karena pendanaan yang dilakukan oleh Jamaah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Baasyir. Pendanaan terorisme dengan berkedok agama dan ibadah yang dilakukan oleh jamaah Islamiyah berlaku juga di Malaysia, Filipina, Pakistan, India, dengan salah satu sumber pendanaan terbesar adalah Arab Saudi. Otoritas Arab Saudi baru belakangan terhenyak ketika menyadari bahwa sikap diam dan pembiaran terhadap Al Qaeda telah mengancam eksistensi Kerajaan Saudi.

Maka pemerintah Arab Saudi mulai bekerjasama dengan Amerika dan Barat untuk mendeteksi aliran dana terorisme dari Arab Saudi ke Eropa. Rusia secara jelas menyebutkan pendanaan teroris berasal dari negara G20 termasuk Arab Saudi.

Kini, Indonesia perlu mewaspadai gerakan terorisma internasional dan regional yang didukung oleh teroris lokal. Paham radikal yang mengatasnamakan agama selalu diwaspadai dan dipetakan oleh TNI/Polri dan aparat intelejen. Upaya destigmatisasi teroris akibat bom Mal Alam Sutra tak menyurutkan kewaspadaan TNI dan aparat keamanan pada akar terorisme di Indonesia yang bersumber dari ambivalensi masyarakat terhadap keyakinan teroris.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun