Ini kejutan yang saya sendiri bingung mau percaya atau tidak. Namun mendengarkan paranormal sekelas Ki Sabdopanditoratu sangat menarik. KI Sabdopanditoratu secara tepat memridiksi Pilkada DKI dengan kemenangan Jokowi-Ahok pada 2 jam sebelum Quick Count. Dengan berani Ki Sabdopanditoratu menyampaikannya. Ini unik. Buat saya sekedar permainan saja. Namun nyatanya benar.
Nah, sekarang Ki Sabdopanditoratu sedang membaca dialog batin Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY. Apa yang ada dalam pikiran dan batin SBY? Mari kita simak!
Nurani SBY: Kasus ini sungguh membuat hati saya tidak nyaman. Ini mengganggu ketentraman dan persiapan untuk pemilu 2014. Wah, saya mendapatkan tambahan pekerjaan. Tidak benar nih detail pekerjaan Polri. Seharusnya pekerjaan rapi seperti kasus Antasari Azhar, Soesno Duadji dan bahkan kita harus contoh seperti kasus lama misalnya Dietje yang menjebloskan Siradjudin alias Pak De.
Bisik SBY: Ini demi kepentingan menghambat KPK untuk terus mengejar banyak korban. Jika dibiarkan nanti bisa jadi penindakan akan terus merangsek. Bisa-bisa saudara, anak dan Bapak sendiri tersentuh oleh KPK yang walaupun menghukum cuma 3 tahunan namun lama juga 3 tahun. Waktu 3 tahun bisa digunakan untuk berpesta pora. Kan rugi hidup membuang waktu. Lalu uang artinya apa kalau tidak bisa membeli hukum.
Nurani SBY: Rakyat telah melihat. Kejadian ini saya endapkan untuk melihat reaksi rakyat. Biasanya rakyat akan berhenti dan kehilangan energi. Panas-panas tahi ayam. Rakyat akan melupakannya. Namun menilik kasus yang gagal yakni Chandra-Bibit, maka kejadian ini mirip. Kesalahan Polri terlalu cepat bergerak. Begitu Djoko Susilo disidik oleh Novel, dengan semangat '45 Polri merangsek persis seperti menangkap Soesno Duadji. Ini jelas suatu kesalahan. Seharusnya rapi.
Bisik SBY: Kita harus bertindak cepat. Kompol Novel Baswedan menyidik kasus-kasus besar yang rumit Bapak Presiden. Lihatlah nasib Miranda Goeltom, Hartati Murdaya, beberapa anggota DPR, Wa Ode Nurhayati, Amran Batalipu. Itu semua menderita gara-gara orang yang sok pahlawan semacam Novel itu. Rencana sudah disusun dan tuduhan secara lengkap sudah disusun rapi. Termasuk bukti-bukti dan arah dari tuntutan dan hukuman yang akan direncanakan untuk kasus pembunuhan yang dikenakan kepada Novel. Jadi bisa dipahami kepanikan. Kami sudah kepung KPK namun ternyata rakyat tampaknya justru mendukung KPK.
Nurani SBY: Justru di situ salahnya. Seharusnya kalau mau melakukan operasi harus dengan kecerdasan tingkat tinggi. Bukan reaktif model begini. Ini agak tidak tepat. Seharusnya tidak serta-merta begitu Djoko Susilo disidik, lalu malamnya akan menangkap Novel. Ini sangat riskan dan kasat mata. Saya percaya kekuatan Polri. Nah masalahnya nanti yang kena dampak saya. Saya. Saya! Polri itu langsung di bawah perintah saya. Saya yang repot. Rakyat menuntut saya berpihak ke KPK. Sementara kepentingan banyak justru ada di luar KPK. Saya harus bagaimana hayo?
Bisik SBY: Jangan kuatir. Kasus-kasus seperti Antasari, Soesno Duadji dengan baik berhasil, meski bukti hanya sms yang tidak jelas sumbernya. Itu sudah cukup. Nah, khusus untuk Novel ini tidak akan serumit Antasari. Khusus untuk Novel, kelasnya jauh di bawah Soesno. Jadi tidak terlali berat. Ini soal kecil saja. Jadi jangan kuatir.
Nurani SBY: Saya punya kepentingan untuk sampai 2014. Itu penting. Citra saya dan keluarga yang penting. Juga sejauh mana arah perlawanan terhadap KPK harus jelas dan tidak menimbulkan masalah bagi pemerintahan saya. Jelas kasus ini akan membesar menjadi seperti Bibit-Chandra jika tidak ditangani dengan baik.
Bisik SBY: Justru kasus KPK Vs Polri ini sebenarnya menguntungkan bagi Bapak. Kejadian ini mengalihkan kasus Century. KPK juga senang. Kasus Hambalang, Wisma Atlet juga sudah jelas akan minimal terlupakan. Energi KPK akan tersedot ke kasus Novel. Ini sangat bermanfaat untuk mengulur waktu. Golkar dan PKS pun sementara diam karena ada mainan. Namun yang merugikan juga ada Bapak Presiden. Gerakan partai baru semacam Nasdem - sempalan Golkar - akan memanfaatkan citra yang merosot tentang pemberantasan korupsi.
Nurani SBY: Saya mau tahu persis duduk perkara kasus Novel. Apakah tuduhan itu cukup kuat dan tak akan menimbulkan gerakan rakyat? Masalahnya sekarang ini, bau dan rasa pengarahan dan rekayasa dan bahkan kriminalisasi KPK sudah terlanjur muncul di masyarakat. Gimana hayo?