Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pasca Pileg Ical Tergusur Gara-gara Skandal Video Ical-Marcella dan Keputusan MK Soal Lapindo

1 April 2014   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:13 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Video plesiran Ical-Marcella Zalianty, Aziz-Olivia Zalianty ke Maladewa ternyata berdampak sangat buruk bagi elektabilitas Ical sebagai capres. Selain itu, keputusan MK (Mahkamah Konstitusi) terkait kasus Lumpur Lapindo, dianggap mengingatkan kembali tentang tanggung jawab Ical pada derita korban lumpur yang akhirnya akan dibebankan kepada negara - alias Ical bebas dari membayar ganti rugi. Ternyata dua peristiwa beruntun itu justru kontra produktif bagi Ical dan pencapresannya. Kini Ical terancam tak akan maju sebagai capres Golkar. Mari kita ikuti analisis berikut ini tentang kegagalan Ical menjadi capres dan akibatnya bagi para capres lainnya.

Karena peristiwa tersebut, ingatan publik terhadap dua kasus itu semakin membuat elektabilitas Ical terus meluncur turun sejak dua tahun lalu. Terakhir berdasarkan survei, pasca skandal video study banding antara anak dan bapak serta keponakan duo Zalianty, maka elektibilitas Ical alias Aburizal Bakrie terus merosot. Kini elektabilitas ARB tinggal 9,3%. Elektabilitas yang rendah ini merisaukan elite Golkar tentunya.

Badai akibat video plesiran dan pembagian boneka teddy bear - yang digunakan untuk meredam kasus skandal plesiran Ical-Marcella, Aziz-Olivia - ternyata menyentak masyarakat. Apapun alasannya, plesiran itu menimbulkan pertanyaan besar tentang pribadi Ical di mata masyarakat - meskipun secara umum masyarakat tahu bahwa banyak pejabat dan anggota DPR/D yang memang terlibat urusan harta (korupsi), takhta (jabatan), dan wanita ketika dicocok oleh KPK seperti Akil Mochtar, Tulek Wawan, Rudi Rubiandini, Zaini, dsb. - tentang standard etika, moralitas, kepatutan, dan kesopanan ketika para manusia dewasa plesiran bersama - meskipun Marcella-Olivia adalah dianggap anak oleh keluarga Ical. Publik melihat hal tersebut aneh. Dan publik bukanlah kumpulan para manusia bodoh yang tak punya otak alias bebal menangkap suatu peristiwa dan skandal seperti yang tergambarkan dalam video Ical-Marcella dan Aziz-Olivia Zalianty.

Akibatnya, masyarakat melihat ada yang kurang elok di mata publik terkait terkait plesiran Ical. Persepsi itu tergambarkan dalam survei elektabilitas Ical di mata masyarakat pemilih. Keadaan ini dengan cepat direspons oleh elite Golkar seperti Yorris Raweyai yang akan mendorong untuk mengevaluasi pencalonan Ical sebagai capres Golkar. Agenda rakernas pimpinan Golkar pada April, tak hanya akan menentukan wakil presiden, namun kini justru akan mengevaluasi pencapresan Ical. Hal ini disadari adanya anomali politik bahwa elektabilitas Golkar meningkat, namun elektabilitas Ical menurun.

Golkar pun tak mau kehilangan kesempatan memenangi kursi presiden - dan salah satunya adalah dengan menggusur Ical dengan menetapkan calon lain. Namun calon lain itu pun belum jelas dan Golkar tak memiliki tokoh yang layak jual. Kondisi pergantian capres Golkar pasca penggurusan Ical dari pencalonannya tak akan serta merta membuat Golkar memiliki peluang menang dalam pilpres 2014.

Dalam dua kali pemilu, calon Golkar Wirano dan Jusuf Kalla kalah telak oleh SBY bahkan tak lolos ke babak pilpres putaran kedua. Siapa yang layak menjadi capres? Akbar Tandjung? Priyo Budi Santoso? Marcella Zalianty? Atau siapa yang pantas? Atau Golkar akan mencalonkan capres dari luar atau justru mendukung Prabowo Subianto misalnya. Menjadi PR berat bagi Golkar untuk menentukan capres pasca penggusuran Ical dari kursi capres .

Apakah dengan mundurnya Ical akan berpengaruh bagi Prabowo dan Jokowi sebagai dua calon paling potensial memenangi kursi kepresidenan? Tak terpengaruh sama sekali. Prabowo dan Jokowi tetap menjadi favorit terpilih sebagai presiden pada 2014 - dan sama sekali tak terkena maneuver Golkar yang menggusur Ical.

Yang menarik adalah, publik ternyata sangat memiliki moralitas dan ingatan yang kuat terkait catatan dan perbuatan serta kebiasaan para pejabat publik. Persepsi publik terhadap plesiran Ical-Marcella Zalianty dan Aziz-Olivia Zalianty serta kasus Lumpur Lapindo ternyata direspons dan ditanggapi oleh masyarakat dan elita Golkar pun tak tinggal diam terhadap keprihatinan masyarakat terkait pencapresan Ical yang dinilai tak layak oleh rakyat dan elita Golkar - buktinya elektabilitas pencapresan Ical terus turun dan cenderung rendah, meskipun elektabilitas Golkar meningkat.

Jadi tak mengherankan jika pasca pileg 9 April 2014, Ical tak akan lagi maju menjadi capres Golkar. Kita tunggu saja perang kepentingan dalam tubuh Golkar.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun