Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obama, Donald Trump dan Ketololan Demokrasi Amerika Serikat

8 November 2012   04:33 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:46 1255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barack Obama menang. Donald Trump meradang. Hal ini disebabkan oleh kekecewaan akibat kekalahan Mitt Romney. Kekesalan Donald Trump juga ditumpahkan dengan mengecam sistem pemilihan presiden AS yang menganut sistem electoral votes (EV). Donald Trump mengungkapkan bahwa Dunia menertawakan sistem pemilihan presiden di AS yang tidak menganut suara terbanyak sebagai pemenang pemilihan presiden. Khusus untuk pemilihan kemarin, Trump salah - dan dia menghapus pesan Twitter-nya yang salah - Obama memenangi baik suara terbanyak maupun electoral votes (EV).

Duopoli Demokrat dan Republik telah mengungkung kemungkinan berdirinya banyak partai. Secara teori dimungkinkan adanya banyak partai atau bahkan calon independen untuk semua level pejabat publik, senator, anggota DPR, walikota, gubernur, bahkan presiden. Namun, pada akhirnya calon independen biasanya pada akhirnya bergabung dengan Demokrat atau Republik dalam legislasi dan pengambilan keputusan. Praktis para calon pejabat publik selalu harus beraliansi dengan salah satu dari kedua partai.

Sistem duopoly telah memaksa penyederhanaan partai secara nasional. Partai, organisasi kemasyarakatan dan individu yang memiliki aliran politik independen dan berbeda pada akhirnya harus bergabung dengan Republiken atau Demokrat. Khusus pemilihan presiden, Amerika menganut sistem electoral votes (EV) yang berasal dari perwakilan menurut proporsi penduduk di suatu wilayah. Masing-masing Negara Bagian di Amerika Serikat memiliki jumlah EV-nya masing-masing.

Hanya di Amerika Serikat bisa terjadi, seorang calon presiden yang dipilih oleh sebagian besar rakyat bisa kalah oleh calon yang menduduki posisi kedua dalam pemilihan. Tahun 2000, Al Gore (Demokrat) dikalahkan oleh George W Bush meskipun Al Gore memenangkan dan mendapatkan suara terbanyak. Hal ini disebabkan oleh sistem EV yang dianut dalam demokrasi AS. George Bush memenangi Gedung Putih meskipun kalah jumlah suara popular (popular vote) dari Al Gore. Bush melenggang dengan memenangi Florida dengan kelebihan suara kurang dari 550 suara. Dengan memenangi Florida, George Bush unggul dalam pengumpulan EV dibanding Al Gore.

Banyak pengamat melihat kebijakan dan penentuan EV dalam pemilihan presiden AS merupakan peninggalan sejarah panjang AS yang ingin mendudukkan dan menggabungkan antara demokrasi dan representasi wilayah. AS dilihat sebagai bagian dari gabungan negara-negara bagian. AS tidak dilihat sebagai kesatuan wilayah. Hal ini disebabkan dalam sejarah AS yang menggabungkan 13 Negara Bagian Awal dan banyak negara-negara bagian lain.

Negara Bagian memiliki kebijakan dan hukum yang saling berbeda untuk kebijakan tertentu. Hanya hukum dan Undang-undang Federal yang pokok harus dijalankan oleh negara bagian seperti UU Pendidikan, Kesehatan, Pajak, Imigrasi, Pertahanan yang secara nasional harus dijalankan oleh semua negara bagian.

Oleh sebab itu, mengingat sejarah AS tersebut sistem electoral votes berdasarkan jatah masing-masing negara bagian adalah jalan terbaik menghargai eksistansi negara bagian. Sistem ini sekarang mulai dipertanyakan oleh banyak tokoh baik Republik maupun Demokrat. Salah satu tokoh itu Donald Trump. Seharusnya Donald Trump memertanyakan hal ini ketika George Bush menang atas Al Gore tahun 2000. Bukan kemenangan Obama atas Romney yang secara meyakinkan memenangi baik popular votes maupun electoral votes.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun