[caption id="attachment_380578" align="aligncenter" width="546" caption="Nurdin Halid saat memberikan keterangan pers di sela Munas IX Partai Golkar di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12/2014)"][/caption]
Politik itu kejam. Bahkan Nurdin Halid dengan kejam menyingkirkan pesaingnya dengan memecat para pendukung Presidium Penyelamat Partai Golkar dalam Munas Golkar IX di Bali. Harga politik memang mahal. Terlibat politik pun bisa mahal harganya. Kasus 27 Juli 1996 pun menelan puluhan aktivis hilang. Maka politik itu kejam. Bahkan, kematian adalah bayaran dari aktivitas politik. Selain harta, maka takhta dan istri bisa menjadi alat untuk suksesnya seorang politikus meraih jabatan. Harga yang harus dibayar untuk bermain politik dengan segala kesempatan penikmatan dan perebutan kue korupsi sungguh kejam. Bagaimana kekejaman politik bisa merenggut nyawa orang penting dari Adjie Massaid, Munir, Lopa bahkan Yasser Arafat? Mari kita telaah dengan hati riang gembira.
Sesungguhnya korupsi yang dikakukan oleh pejabat publik dilakukan dengan penuh intrik. Sifat rakus koruptor menjadi titik lemah soliditas para mafia. Para mafia pun rentan terhadap persaingan. Strategi kuno keculasan politik seperti yang disampaikan Nurdin Halid dengan memanfaatkan kekuasaan di DPR untuk kepentingan pentolan partai di DPD I dan DPD II yang akan di-plot menjadi gubernur dan bupati/walikota melalui UU Pilkada DPRD sungguh mencengangkan. Namun, itu masih hanyalah satu di antara puluhan trik dan intrik konvensional dan inkonvensional.
Kekuatan uang yang berlimpah melibatkan para ahli kejahatan kimia tingkat tinggi yang melibatkan para peneliti yang sengaja dibayar untuk tujuan politik. Aneka kejahatan memanfaatkan kandungan racun dari mulai yang berbahan baku radioaktif sampai bahan baku konvensional yakni bahan kimia.
Di Papua ada tumbuhan yang memiliki kemampuan mematikan jika getah pohon itu dibubuhkan ke dalam minuman. Getah itu bisa diawetkan dan tidak berasa dan tidak berbau. Anehnya, tanaman ini memiliki penangkal persis di sekitar pohon pembunuh. Jadi racun itu bisa ditawar oleh penawar pohon di sebelahnya. Persaiangan politik di Papuan sering memanfaatkan ramuan ini untuk tujuan politik halus yang sangat kejam. Racun dari pohon ini tidak berbau dan tidak berasa. Mirip dengan racun arsenic yang dikonsumsi Munir dalam jumlah besar dari kandungan obat penyakit liver yang tak jelas sumber perolehannya. Hati-hati dengan obat liar.
Jika ada kematian mendadak, di sisi lain, dukungan kedokteran dan politikus-dokter pun bisa dibeli dengan berbagai pernyataannya. Kekuatan mafia pun menaklukkan para dokter atau ahli kesehatan yang berani menjual keahliannya untuk kepentingan mafia, misalnya dengan memberikan pernyataan standar.
Adjie Massaid. Politikus muda yang dimanfaatkan popularitasnya tewas sehabis bermain futsal. Berbagai jenis kematian mendadak dengan tanda-tanda penyakit jantung; dengan tubuh membiru dan membengkak dianggap sebagai jenis kematian yang wajar. Namun, sesungguhnya setiap kematian mendadak memiliki sebab yang pasti. Riwayat kesehatan prima Adjie Massaid menjadikan kematiaannya diliputi oleh misteri. Tak ada otopsi dilakukan terhadap Adjie Massaid. Pun rangkaian peristiwa kematian Adjjie Massaid secara pribadi sebagai politikus, dan juga istrinya sebagai politikus layak diperhatikan.
Lopa pun meninggal persis seperti Adjie Massaid. Catatan kesehatan Lopa tak menunjukkan adanya sakit dan gejala jantung, dokter yang sudah dibeli dan dipesan oleh mafia pun mengeluarkan pernyataan yang normative dan standard. Misalnya dengan mengatakan: penyakit jantung terkadang tak menunjukkan tanda-tandanya. Tak ada dilakukan otopsi.
Munir tewas secara alamiah. Namun karena dia terkait dengan aktivitas yang bersentuhan dengan politik, maka kematiannya menjadi bahan dagangan politik: dari mulai organisasi LSM Kontras sampai dunia kampus memanfaatkan momen kematian Munir sebagai jualan obat mereka: penegakan HAM. Ini menunjukkan intrik politik yang memanfaatkan semua momentum kamatian untuk dijadikan komoditas jualan isu politik yang saling berkepentingan di dunia politik yakni kasus ekonomi, politik, keamanan, dan lain-lain.
Wafatnya Yassir Arafat pun diduga dibunuh dengan memasukkan zat radioaktif polonium 210. Bahan ini bisa ditempelkan ke perlengkapan pribadi dan masuk ke dalam tubuh melalui kulit, penghirupan, dan makanan serta minuman. Fungsi radio aktif ini adalah melumpuhkan syaraf secara konsisten dalam kurun waktu tertentu. Dalam tubuh Arafat terdapat kandungan polonium ini dalam jumlah yang besar. Diyakini pekerjaan Mossad atau Hamas yang melakukannya. Karena adanya Yasser Arafat menghalangi Israel untuk mencaplok tanah lebih banyak. Sementara bagi Hamas, Yasser Arafat adalah pemersatu Tepi Barat dan Jalur Gaza. Disingkirkannya Arafat akan memberi kekuasaan kepada Hamas. Diduga tewasnya Arafat melalui operasi kerjasama Mossad dan Hamas.
Nah, itulah politik yang memang kejam. Nurdin Halid belum kejam. Dia hanya memecat jabatan. Bukan memecat nyawa. Untuk itu sudah menjadi risiko politik jika terjun di dunia politik. Pecat-pecatan antara Presidium Penyelamat Partai Golkar dan kubu Ical adalah hal yang wajar - sewajar penghilangan dan pemusnahan karir, jabatan bahkan nyawa dalam politik. Sekali lagi, setuju. Politik memang kejam ya Nurdin Halid.