Intervensi tim kami berhasil menggagalkan mertua SBY menjadi pahlawan. Bung Tomo adalah pahlawan. Jenderal Mallaby pun pahlawan di mata Inggris. Syukur Alhamdulillah. Bung Tomo berhasil membunuh Jenderal Aubertin Mallaby. Indonesia bersorak. Inggris meradang seorang jenderalnya terbunuh oleh gerilyawan di Surabaya. Kasus Sarwo Edhie juga sama: pembunuhan terhadap manusia. Namun, satu alasan yang membuat dia gagal menjadi pahlawan: pro kontra terkait peran kepahlawanan itu sendiri yang menimbulkan kontroversi. Maka, kini dia gagal menjadi pahlawan. Bagaimana makna sesungguhnya gelar pahlawan ditinjau dari hakikatnya sendiri? Mari kita telaah kegagalan mertua SBY disemati gelar pahlawan, kepahlawanan Bung Tomo dan Jenderal Mallaby dan hakikat makna pahlawan dengan hati gembira ria.
Sarwo Edhie Wibowo adalah pelaksana lapangan dari otak di balik pembunuhan besar-besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur terhadap rakyat atas suruhan eyang saya Presiden Soeharto. Sekitar 600.000 sampai 1 juta rakyat tewas akibat aksi penumpasan kepada simpatisan atau anggota PKI. Bukti-bukti pembunuhan yang juga melibatkan Banser NU adalah ketika Presiden Gus Dur secara terbuka telah meminta maaf atas keterlibatan dalam pembunuhan paling sadis dalam sejarah Indonesia dan Nusantara.
Bung Tomo berhasil membunuh banyak tentara Inggris. Bung Tomo dan laskarnya berhasil menewaskan ratusan orang. Pasukan di bawah Bung Tomo pun banyak yang tewas. Inggris menganggap Bung Tomo dan ribuan pejuang Republik Indonesia yang tewas sebagai ekstrimis. Indonesia menganggap serdadu Inggris sebagai musuh yang harus dibasmi.
Maka kedua pihak memiliki cara pandang ‘palsu' terkait ‘pembunuhan'. Pembunuhan dianggap legal dalam pertempuran. Anehnya, setiap yang tewas akan mendapatkan gelar ‘pahlawan' dari kubunya dari negaranya. Pada saat yang bersamaan kubu atau negara yang kehilangan nyawa menganggap yang membunuh serdadu atau pejuangnya adalah penjahat: pembunuh dan musuh.
Pahlawan adalah persepsi dan cara pandang. Dalam sejarah makna pahlawan adalah pembunuh yang kebetulan menang dalam perang. Para pembunuh yang kalah disebut pecundang: bahkan yang tewas membela kubu atau negaranya jika kalah akan disebut sebagai pecundang. Sungguh kejam.
Maka, gelar pahlawan kepada mertua SBY yakni Sarwo Edhie Wibowo pun akan menimbulkan pro dan kontra. Yang di kubu ‘pembasmi dan pembunuh' para orang simpatisan atau bahkan rakyat yang tak tahu karena hanya menjadi anggota Gerwani dan PKI di kelas bawah, akan menganggap Sarwa Edhie sebagai pahlawan. Kubu keluarga ‘yang dibasmi dan dibunuh' akan menganggap Sarwo Edhie Wibowo tak layak menjadi pahlawan.
Sungguh posisi Sarwo Edhie Wibowo untuk mendapatkan gelar pahlawan sangat unik. Alasan pemberian gelar pahlawan adalah berperan dalam pemberangusan PKI dan pembunuhan besar-besaran di Jawa Tengah dan Jawa Timur dalam peta persaingan politik - bukan perang melawan kepentingan antar negara. Sepak terjang Sarwo Edhie mengakibatkan tewasnya anak-anak negeri.
Berbeda dengan Bung Tomo atau Jenderal Mallaby - meskipun seperti di atas disebutkan tentang pahlawan adalah persepsi sepihak - Bung Tomo melakukan pembunuhan terhadap musuh. Sarwo Edhie sepak terjangnya menimbulkan luka menganga kepada anak bangsa hanya karena perbedaan pandangan politik dan Sarwo Edhie pun hanya kaki tangan eyang saya Presiden Soeharto ketika itu. Maka sangat tak layak Sarwo Edhie Wibowo menjadi pahlawan. Itulah intisari alasan tim kami mampu menggagalkan Sarwo Edhie Wibowo menjadi pahlawan.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H