Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Lawan Australia, Timnas U 19 Mirip Timnas Inggris, Berbekal Teori Nyaris

12 Oktober 2014   15:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:22 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1413093400345350477

[caption id="attachment_365891" align="aligncenter" width="624" caption="Timnas U-19, Evan Dimas dan Kawan-kawan (Kristanto Purnomo)"][/caption]

Jelang menghadapi Australia, setelah kalah dari Uzbekistan 1-3, asa Timnas U 19 tiba-tiba menurun. Indra Sjafri tiba-tiba menyebut sepakbola bukan hanya menang dan kalah - juga seri tentunya. Padahal, sebelumnya, sebelum turnamen, Timnas U 19 Indonesia, sangat optimis dan diproyeksikan Indonesia lolos ke Piala Dunia U 20. Harapan yang wajar untuk menciptakan semangat, seperti dalam kehidupan.

Apa yang terjadi dengan U 19 yang jauh dari harapan dan untuk mengalahkan Timnas U 19 Australia bukan pekerjaan mudah. Namun semuanya bisa terjadi: bisa menang, bisa seri dan bisa kalah. Namun, ada satu hal yang jarang diamati yakni predikat nyaris: nyaris menang, nyaris seri, dan nyaris kalah. Di mana letak posisi Indonesia dalam teori dan kenyataan ‘nyaris'? Mari kita telaah ‘nasib kehidupan' Timnas U 19 jelang Indonesia kontra Australia agar Timnas U 19 tetap nyaman dalam menghadapi pertandingan.

Timnas U 19 memiliki kesamaan dengan Timnas senior Inggris. Sama dengan Inggris, Timnas U 19 dibangun berdasarkan beberapa hal baik terkait dengan sepakbola dan hal di luar sepakbola. Hasilnya adalah potret sepakbola yang prestasinya berada di antara kenyataan dan harapan. Dan, dengan tepat Timnas U 19 menggambarkan realita sepakbola sebagai potret kehidupan yakni ‘teori nyaris'.

Kemenangan Timnas U 19 atas Korsel dijadikan sebagai momentum untuk bangkit dari tidur panjang - dalam kehidupan banyak orang suka tidur panjang. Timnas U 19 belum pernah tampil sejak 2004. Maka euphoria pun tercipta. Sejarah U 19 dan Timnas Indonesia sangat mirip dengan Inggris. Inggris adalah negara dengan timnas-nya yang selalu bernasib ‘nyaris' dengan segala kemenangan dan kekalahannya.

Sejak kali pertama main sepakbola 1870, Inggris hanya memiliki pijakan memori indah Piala Dunia abad ke-20 lalu: 1966 sebagai alat untuk menggambarkan kebesarannya. Dengan Piala Dunia 1966, Inggris selalu tampil dan menjadi Timnas yang ‘nyaris' berhasil. Inggris tak pernah memenangi Piala Eropa. Catatan Inggris di Piala Dunia tak lebih bagus dari Belanda - meskipun belum pernah Juara Piala Dunia - yang selalu tampil prima dan menarik. Inggris dalam berbagai pertandingan banyak mengalami ‘nyaris menang'. Inggris dikalahkan Argentina dengan gol tangan Tuhan Maradona - padahal jika tak kalah dari Argantina diyakini Inggris akan bisa melaju.

Indonesia pernah tampil di Piala Dunia 1938 Prancis dengan nama Hindia Belanda Timur (Dutch East Indies) dan ditaklukkan oleh Hongaria. Sejak saat itu Indonesia belum pernah tampil di Piala Dunia. Di tingkat Asia, Asian Games 1958 Indonesia meraih hasil medali perunggu. Untuk Olympic, catatan Indonesia hanya mampu menahan Uni Soviet 0-0 sebelum dikalahkan 0-4 dalam pertandingan ulangan. Dalam pertandingan di tingkat Asean Indonesia masuk final Piala AFF sebanyak 4 kali dan nyaris menang.

Sepakbola adalah gambaran kehidupan yang sesungguhnya. Dalam kehidupan ada berbagai peran, kalah, menang, berhasil, gagal, seri, sama kuat. Di antara kemenangan dan kekalahan ada peran lain yang disebut ‘hampir atau nyaris': untuk sepakbola dan kehidupan tetap berlaku tiga kepastian yakni, (1) nyaris menang, (2) nyaris seri dan, (3) nyaris kalah.

Seperti Timnas Senior Indonesia dan Timnas Inggris, Timnas U 19 juga tampaknya akan mengikuti ‘arus besar' gambaran ‘keturunan' mereka: Timnas Senior. Predikat Indonesia yang selalu berperan sebagai timnas nyaris: yakni nyaris lolos ke babak final, nyaris seri dan nyaris menang diturunkan kepada Timnas U 19.

Dalam kehidupan, penyebab peran menjadi ‘nyaris' adalah karena (1) tidak memiliki kekuatan dan modal yang sebenarnya, (2) lebih banyak membanggakan masa lalu dibandingkan dengan kekuatan sesungguhnya, (3) bergantung kepada nasib dan takdir dibandingkan dengan usaha, (4) ketakutan kepada diri sendiri dan tak yakin kemampuan atau terlalu yakin pada kemampuan, dan (5) gampang menyalahkan dan memuji media massa untuk mendukung.

Sepakbola sebagai gambaran kehidupan, maka menghadapi turnamen Piala Asia U 19, Timnas U 19 menggambarkan kehidupan dan realitasnya dengan menggenapi 4 poin di atas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun