Dua kericuhan terjadi dalam Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI. Pertama, 18 pengurus Pemprov PSSI yang sudah dipecat oleh Djohar datang ke lokasi KLB PSSI di Hotel Borobudur hari ini (17/03/2013). Mereka protes dan berteriak-teriak seperti orang mabuk meminta Djohar Arifin Husin keluar.
Saga kedua adalah keluarnya enam Exco dari arena Kongres yakni Farid Rahman, Sihar Sitorus, Bob Hippy, Widodo Santoso, Mawardi Nurdin, dan Tuty Dau.
Ketiga, Roy Suryo bertindak sebagai wasit menengahi dan menyetujui tambahan agenda Kongres untuk diatur dalam Perubahan Statuta. Kenapa ribut dan ricuh Kongres kali ini?
Kericuhan itu dipicu oleh Kongres Luar Biasa PSSI - yang mayoritas dikuasai oleh kubu KPSI, meskipun hanya memiliki empat Exco pendukung KPSI - membahas tentang agenda tambahan. KLB ini sungguh aneh. Kenapa agenda pokok sesuai surat FIFA, penyatuan liga, revisi statuta, dan penetapan kembali Exco PSSI yang dipecat oleh Djohar Arifin - Roberto Rouw, Erwin Dwi Budiawan, Tony Apriliani dan La Nyalla Mattalitti tidak diselesaikan lebih dahulu? Kalau menilik surat FIFA hanya itu agendanya. Kenapa La Nyalla memaksakan dalam Kongres ini ditentukan waktu Kongres Tahunan segala dan apa tujuannya? Sikap La Nyalla ini sungguh aneh. Apa susahnya ISL dan IPL bersatu. Kedudukan sudah didapatkan kembali.
Rupanya La Nyalla bertindak ngawur selama ini hanya memiliki satu tujuan: menggantikan Djohar Arifin Husin secara sah atau Indonesia dikenai sanksi. Kenapa? Sekali lagi sumbernya adalah La Nyalla tak ingin ada audit atas PSSI dan Liga Indonesia (PT. LI) di masa lalu. Mereka tetap merasa tidak aman selama masih bukan diri mereka yang memegang PSSI.
La Nyalla rupanya tidak menginginkan penyatuan liga yang dengan sendirinya akan menghapus KPSI. La Nyalla menyampaikan bahwa sesuai dengan MoU Kuala Lumpur, pembubaran KPSI melalui Kongres Tahunan. Pintar benar La Nyalla ini. Maka KLB pun disandera dan dianggap tidak sah membubarkan KPSI.
La Nyalla juga akan memanfaatkan suara Kongres untuk menentukan waktu pelaksanaan Kongres Tahunan secepatnya. Tujuannya jelas akan mengganti kedudukan Djohar Arifin dengan agenda yang tak jelas, dengan suara Kongres Tahunan tersebut. La Nyalla tidak menginginkan acara Kongres Tahunan ditentukan oleh Exco PSSI yang KPSI kalah suara. Maka satu-satunya kesempatan adalah mengubah dan menentukan semuanya saat KLB hari ini.
Anehnya lagi, Roy Surya sebagai wasit justru memberikan lampu hijau agar agenda tersebut diputuskan dalam kerangka Perubahan Statuta - yang jelas tidak diatur dan dimintakan untuk dibahas dalam KLB sesuaisurat FIFA. Suatu sikap yang aneh.
Sikap La Nyalla ini sungguh aneh. Apa susahnya membiarkan ISL dan IPL bersatu? Kedudukan jabatan hebat di dunia akhirat sebagai Exco sudah didapatkan kembali. Rupanya La Nyalla bertindak ngawur selama ini hanya memiliki satu tujuan: menggantikan Djohar Arifin Husin secara sah atau illegal atau Indonesia dikenai sanksi. Kenapa? Sekali lagi sumbernya adalah La Nyalla tak ingin ada audit atas PSSI dan Liga Indonesia (PT. LI) di masa lalu. Mereka tetap merasa tidak aman selama masih bukan diri mereka yang memegang PSSI.
Kaburnya enam Exco yang melihat KLB melenceng dari agenda sesuai titah FIFA juga mengisyaratkan bahwa KLB sudah dibajak oleh gerombolan KPSI pimpinan La Nyalla Mattalitti. Djohar Arifin sendiri sekarang tampak mengikuti semua permintaan KPSI termasuk pembentukan BTN yang amburadul dan menghinakan para pemain sepakbola itu - sekaligus menghinakan Timnas Indonesia.
Dagelan KLB antara PSSI-KPSI-Roy Suryo hari ini besar kemungkinan akan membuahkan impian La Nyalla selama ini: Indonesia disuspended alias banned dan dikenai sanksi pada tanggal 20 Maret 2013 mendatang. Semoga ini tidak terjadi.