[caption caption="Ahmad Kecil Pak Ogah 70 tahun I Dok Ninoy N Karundeng"][/caption]Â
Namaku Ahmad Kecil, kisah benar-benar orang kecil. Karena tubuhku memang kecil. Tentang namaku aku suka dipanggi: Ahmad Kecil. Aku memang orang kecil. Tapi aku bukan manusia kerdil.
Aku bekerja dari jam 06:00 sampai jam 09:00. Sistem kerja begini tanpa kerja kantoran. Aku tak punya seragam seperti kalian. Jujur aku kerja mengatur mobil di pertigaan. Tapi aku ikhlas mendapat rezeki pemberian Tuhan.
Aku juga pemuja kekayaan dan kejayaan. Namun aku puja dengan perbedaan. Ya kekayaan dan kemiskinan hanyalah persepsi perorangan. Karen aku puja kekayaan dan kejayaan tak serupa kalian. Tapi aku tak pernah merugikan.
Membaca? Aku buta aksara dan huruf tidak bisa membaca apa-apa. Koran baca? Aku tidak pernah sekolah jadi tak bisa baca. Buku baca? Apalagi buku aku tak tahu juga. Qur’an baca? Aku suka lari ketika harus mengaji Al Qur’an diajari Engkong saya. Tapi aku mampu membaca dengan jiwa dan hati sesuai peradaban manusia.
Rumah Engkong? Aku tinggal di rumah tinggalan Engkong. Di dekat tower di sebelah sungai di dekat tempat orang nongkrong. Hanya ada 4 rumah di dekat tower tanah kosong. Di situlah selama hidup 70 tahun ditemani anjing penggonggong. Loh, anjing kan najis Kong? Pelihara anjing untuk teman, daripada aku dibunuh garong. Oalah Kong.
Aku sudah di sini 10 tahun sejak jalan putar dibuat. Tiap hari aku sekitar 20 sampai 30 ribu dapat. Â Uang dua puluh ribu tiga puluh ribu terasa nikmat. Semua disyukuri agar bisa berkah dan sehat.
Lalu tentang travelling bagaimana? Engkong pernah ke Eropa? Boro-boro apa itu Eropa. Aku tak pernah pergi ke mana-mana. Nonton TV pernah juga? Gak suka juga. Radio? Iya dengarkan lagu Benyamin iya. Buat apa pergi-pergi ke Eropa duit tak ada. Kalau ada mending buat bantuin masjid saja. Amal ibadah dapat pahala biar masuk surga.
Trus Engkong bahagia? Wah bahagia hanyalah di hati dan rasa. Bukan tentang harta benda. Aku suka harta dan memuja harta. Tetapi harta kebetulan tak ada. Itulah hidup yang sesungguhnya. Ada miskin ada kaya. Ada sakit ada sehat ada bahagia ada sengsara.
Trus soal korupsi? Wah aku tak mau tahu dan tak mau urusi. Aku lebih suka cari rezeki agar bisa makan nasi. Korupsi aku juga tak begitu tahu lagi. Yang penting jam 6 aku ke sini. Aku dapat 30 atau 20 ribu pasti. Dan itu aku syukuri dan cukup makan sehari-hari.
Itulah kehidupan nyata Ahmad Kecil yang bekerja sebagai pengatur kendaraan di Karawaci. Dia pernah aku temui dan aku wawancarai. Aku belajar dari orang kecil yang bisa juga menginspirasi. Aku jelas tak bisa menari, menyanyi berpesta-pora tertawa bahagia suka-cita senang riang selain merenungi diri dari cerita dan kisah Engkong Ahmad Kecil ini.