Profesor Lapan Thomas Djamaluddin, ahli astrofisika, dengan tepat menjelaskan 4 X 6 dan 6 X 4 sesuai perspektif satu arahnya. Profesor Lapan itu, dengan cara pandangnya, mampu dengan tepat menjelaskan logika Prabowo dan koalisi permanen. Logika Profesor Lapan itu merupakan logika perspektif tunggal satu arah yang sama dengan yang dimiliki oleh Prabowo dan koalisi permanen. Bagaimana kesamaan logika itu dibangun yang dijelaskan oleh Profesor Lapan dan juga oleh Prabowo dan koalisi permanen?
Kesamaan 4 x 6 pertama. Profesor Lapan itu dengan tepat menggambarkan sejarah manusia sejak zaman purba yang membangun imajinasi konsep dan logika manusia dengan benda di sekelilingnya. Profesor itu menunjukkan bahwa konsep angka (4X6) dan (6X4) sebagai simbol jejeran benda atau binatang seperti batu, kerikil, kucing, babi, ayam, ikan yang ada di alam tempat tinggal mereka. Kesamaan dengan logika Prabowo dan koalisi permanen adalah bahwa dengan jejeran 6 parpol pengusung atau 63%, maka dalam cara pandang Prabowo maka akan menghasilkan kemenangan lebih dari 90 juta pemilih. Maka logika Prabowo protes di Mahkamah Konstitusi (MK) dan curhat bagaimana mungkin di satu TPS perolehan Prahara 0 (nol).
Kesamaan 6 X 4 kedua. Sejarah sembilan angka (1 sampai akhirnya 0) adalah sejarah peradaban manusia yang luar biasa dalam upayanya membuat atau membangun imajinasi atau logika terkait benda-benda atau binatang di sekeliling mereka. Kesamaan dengan Prabowo adalah sejarah Prabowo yang luar biasa untuk membangun imajinasi dan logika terpilih menjadi presiden dengan mengumpulkan jumlah suara manusia di Indonesia.
Kesamaan 4 X 6 ketiga. Menarik membahas perbedaan 4 X 6 dan 6 X 4. Profesor Lapan hanya menjawab perbedaan berupa fakta imajinasi konsep berupa urutan polkadot (titik-titik berjumlah empat dari atas ke bawah berjejer enam lajur dan titik-titik berjumlah enam dari atas ke bawah berjejer empat lajur). Profesor Lapan dengan tepat menggambarkan logika primitif ini. Prabowo dan koalisi permanen dalam tuntutan dan gugutannya ke MK terkait Pilpres hanya mampu menjawab beberapa kejadian yang sama (misalnya kecurangan di beberapa TPS) yang diimajinasikan ke dalam konsep sebagai terjadi di semua tempat merata di Indonesia.
Kesamaan 6 X 4 keempat. Yang disampaikan oleh Profesor Lapan itu sebenarnya tak salah dan juga tak benar. Tak salah jika angka dilihat sebagai bangunan obyek imajinasi atau angka dianggap obyek yang diwujudkan dalam imajinasi bentuk lain. Namun tak benar atau tak sahih jika angka dianggap konsep abstrak hasil dari ekstraksi wujud benda atau obyek yang diimajinasikan dalam bentuk simbol. Prabowo tak salah jika menggambarkan imajinasi sebagai presiden Republik Indonesia telah terbentuk ketika didukung oleh mayoritas partai, karena para parpol adalah perwakilan partai dan kursi parpol dianggap sebagai jumlah pemilih yang sama akan memilihnya sehingga akhirnya menghasilkan simbol bentuk lain: presiden RI yang dia gambarkan dan imajinasikan.
Kesamaan 4 X 6 kelima. Profesor Lapan itu hanya dengan tepat menjelaskan perbedaan pandangan atau perspektif satu arah. Jika jejeran dan barisan polkadot (atau titik-titik jejeran, sebagai pengganti jejeran kucing, atau binatang buruan) dilihat dari arah berbeda, bukan hanya dari depan, namun dari atas, maka penjelasan Profesor Lapan itu runtuh. Prabowo dan koalisi permanen dalam membangun kepentingan mereka mendasarkan pada kepentingan diri sendiri yakni para partai dengan satu perspektif diri mereka sendiri. Prabowo tak pernah memandang koalisi permanen dari perspektif di luar para partai anggota koalisi permanen apalagi rakyat. Maka logika kepentingan Prabowo dan koalisi permanen dipastikan akan runtuh.
Kesamaan 6 X 4 keenam. Profesor Lapan itu hanya memandang angka yang diimajinasikan dengan jumlah benda (titik-titik) sebagai konsep imajiner yang diwujudkan. Ini adalah logika dasar manusia sejak zaman perkembangan tentang ditemukannya angka, karena menggambarkan atau penggambaran jumlah benda tidak mampu lagi menampung kebutuhan manusia yang lebih imajinatif daripada sebelumnya. Prabowo secara primitif melihat rakyat sebagai deretan manusia dan Prabowo gagal membangun perspektif tentang kebutuhan rakyat yang semakin imajinatif dan ekspektatif daripada sebelumnya.
Kesamaan 4 X 6 ketujuh. Jika pada awalnya, manusia tidak menghitung benda dan binatang di sekelilingnya dan hanya menandai kesamaan benda, maka pada tahapan berikutnya kesamaan benda itu menimbulkan dibangunnya logika tentang jumlah dan angka. Awalnya adalah karena manusia membutuhkan benda (atau binatang dan tumbuhan) sesuai dengan kebutuhannya. Maka jumlah benda atau obyek hidup dan mati mulai dihubungkan dengan jumlah manusia. Misalnya, memburu binatang untuk seluruh kelompok akan ‘dihitung' secara alamiah. Prabowo meyakini dnegan kampanye yang masif selama 15 tahun dengan menandai atau memberi tanda keanggotaan partai Gerindra kaan menghasilkan kesamaan pilihan yakni memilih Prabowo secara alamiah.
Kesamaan 6 X 4 kedelapan. Yang menarik adalah penjelasan Profesor Lapan itu menjelaskan dengan tepat perspektif atau cara pandang kebenaran, kesahihan, dan perspektif satu arah: yakni arah depan titik-titik berjejer dengan 6 lajur dan 4 lajur sebagai pembeda di atas kertas. Prabowo hanya memiliki perspektif satu arah dan tidak memandang dari berbagai arah sehingga kemenangan (atau kekalahan) hanya dihitung di atas kertas.
Demikianlah kesamaan pembenaran logika Profesor Lapan yang sangat cocok dengan logika Prabowo dan koalisi permanen dari perspektif logika politik.
Salam bahagia ala saya.