Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi Genapi Ramalan Jayabaya Melenggang ke Istana Presiden RI

11 Juli 2014   20:57 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:38 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jokowi berhasil menggenapi ramalan Jayabaya dan akan melenggang menuju Istana Presiden RI. Memang, soal pemenang Pilpres 9 Juli 2014, ternyata Ki Sabdopanditoratu secara tepat meramalkan Jokowi sebagai pemenangnya dalam pemahaman NOTONEGORO. Sejak awal, Ki Sabdopandiratu telah menetapkan Jokowi sebagai presiden. Lalu bagaimana dan apa tanda-tanda politis dan mistis kemenangan Jokowi menurut Ki Sabdopanditoraru?

Kemenangan Jokowi akan dilegitimasi pada tanggal 22 Juli 2014. Namun, pada tanggal 15 sesungguhnya hasil pemilu sudah diketahui begitu hasil rekapitulasi di kabupaten telah selesai dilakukan. Anda akan melihat hasil pemenangnya karena rentang 5% atau 4% jika dikurangi margin of error 1%, maka pasangan mana pun akan kesulitan mengejar. Relawan Jokowi akan dengan cepat merekapitulasi hasil berdasarkan formulir C1. Dengan demikian dipastikan akan menang.

Satu. Tanda mistis. Ramalan Ki Sabdopanditoratu - jika masih mau menunggu pengumunan silakan - telah lama diindikasikan bukan hanya oleh pribadi Jokowi namun justru oleh pesaingnya yakni Prabowo. Kenyataannya, kehadiran Jokowi dalam kancah perpolitikan dan pemimpin nasional benar-benar bak satrio piningit: muncul hanya dalam kurun waktu yang sangat pendek, kurang dari sepuluh tahun. Jokowi menggenapi diri sebagai yang dimaksudkan oleh Jayabaya justru disebabkan oleh ketidakmampuan Prabowo memenuhi prasyarat yakni menikah kembali alias rujuk dengan Titiek Soeharto. Itu tanda pertama mistis Jokowi menang dalam pilpres.

Dua. Tanda mistis kedua. Di luar itu, kemenangan Jokowi itu ditandai dengan latar belakang mistis. Didoakan oleh Ulama Utama Masjidil Haram. Jokowi menjadi orang kedua sosok pemimpin Indonesia setelah Bung Karno.

Tiga. Tanda politis. Prabowo-Hatta - dengan komporan Aburizal Bakrie dan Hary Tanoesoedibjo - melakukan usaha terakhir dengan berharap melakukan ‘psywar' kepada KPU. Kondisi ini bagai pisau bermata dua. Tajam. Kondisi ini dibaca oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang dengan tandanya ‘menerima Jokowi-JK' ketika mereka ingin menemui SBY terkait ‘perbedaan hasil quick count pilpres yang di-claim oleh kedua pasangan. Kenapa SBY memberi tanda? SBY adalah sosok yang sangat paham dengan survei dan meyakini survei sebagai kebenaran mutlak.

Namun karena posisi Hatta Rajasa sebagai besan membuat SBY menahan diri dan berupaya menutupi kemaluan besan sampai upaya terakhir yakni tanggal 22 Juli 2014 dengan berdasar pada penetapan pemenang pemilu: Jokowi-JK.

Empat. Tanda politis. Prabowo-Hatta berubah sikap setelah bertemu dengan SBY. Perubahan sikap itu tergambar secara menyeluruh. Bahkan Golkar telah mewacanakan untuk mengadakan munas. Apa artinya? Artinya di dalam kalangan Golkar tahu bahwa Prabowo-Hatta kalah. Kekalahan itu akan membawa konsekuensi pergantian kepemimpinan Golkar.

Lima. Mistis. Jerman menang melawan Brasil. Omongan adalah doa. Jangan mencla-mencle. Jelang pertandingan doa Prabowo aneh. Dukung Brasil tapi lebih suka Jerman yang menang. Itu mirip dengan ‘aku maju nyapres, tapi aku yakin Jokowi menang' dari Prabowo. Tidak tegas siapa yang diinginkan dan siapa yang didukung dan diharapkan dalam hati. Mendua. Kemenagan Jerman atas Brasil yang 7-1 menggenapi nama Jokowi sebagai presiden Indonesia yang ke-7. 7okow1.

Demikianlah jangka atau ramalan NOTONEGORO Jayabaya tentang Jokowi yang diuraikan oleh Ki Sabdopanditoratu benar-benar menjadi kenyataan. Sebelum pengumuman tanggal 22 Juli 2014, kita menyaksikan berbagai tanda termasuk ucapan selamat dan dukungan Presiden Barack Obama yang membuat SBY netral dalam perhitungan suara dan membiarkan KPU menghitung secara manual dan Timses Prabowo dan Jokowi dihimbau untuk menahan diri.

Andai pemenangnya Prabowo disampaikan oleh 7 lembaga survei kredibel, maka dapat dipastikan ucapan SBY akan berbunyi: "Untuk sementara saya ucapkan selamat kepada Bapak H. Prabowo Subianto dan Bpk Muhammad Hatta yang telah memenangi Pilpres 2014 hari ini tanggal 9 Juli 2014 versi Quick Count. Namun demikian kepada para pendukung Prabowo-Hatta untuk menunggu kepastian pada tanggal 22 Juli 2014 berdasarkan keputusan KPU yakni real count"

Dan itu tidak terjadi. Apa maknanya? SBY dalam hati tahu bahwa pemenang sebenarnya Jokowi-JK, bukan Prabowo-Hatta. Sementara menunggu sampai tanggal 22 Juli 2014 hanyalah sebagai hiburan dan akan dijadikan alat bagi Prabowo-Hatta untuk melakukan perang terakhir dengan memberikan data-data pribadi yang akan dibawa ke Mahkamah Konstitusi. Upaya itu dilakukan dengan cara untuk membuat hasil survei tandingan seperti yang telah dibuat, juga data-data C-1 pribadi yang akan dipakai untuk memenangi kursi RI melalui Mahkamah Konstitusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun