Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

JK the King of Diplomacy, Ubah Peta Politik, Sisihkan Ical dan Rangkul SBY

11 Desember 2014   15:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:32 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jusuf Kalla memang luar biasa. Pengusaha besar ini jagoan diplomasi. Lima strategi politik Jokowi melawan koalisi Prabowo dijalankan dengan baik juga berkat kemampuan mumpuni JK. Perubahan besar - atau tanda-tandanya - dalam kontestasi kekuatan politik dengan menghancurkan Ical dan merangkul SBY. Apa latar belakang Jusuf Kalla (baca: bersama Jokowi) memilih menghancurkan Ical dan memelihara (baca: bahkan berkompromi) dengan SBY meskipun JK dan Jokowi tahu keduanya memiliki kelemahan - dan juga kekuatan? Mari kita telaah alasan memilih SBY dibandingkan Ical dan perang head to head antara JK dengan Ical dengan hati gembira ria bahagia sepanjang masa.

Raja diplomasi itu bernama Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI jilid II - kayak nggak ada orang lain sampai wapres dua kali. JK menghasilkan pejanjian damai RI-Aceh. Damai di Poso, Maluku, Kalimantan dan Papua adalah bagian dari diplomasi the king of diplomacy. Reputasi dan pengalaman hebat itu menjadikan JK pernah dijuluki sebagai the real president of Indonesia yang menyebabkan SBY ngambek karena kalah pamor. Kini keadaan serupa muncul. JK tampil bekerja.

Syukurnya tandemnya Jokowi bukan pemimpin peragu dan lembek. Jokowi bilang JK cepat namun Jokowi lebih cepat. Ini rasa percaya diri yang tak dimiliki oleh SBY sehingga pada periode kedua JK disingkirkan dan diisi oleh pengangguran yang diberi hadiah karena berperan dalam kasus Centry - Boediono.

Melihat gelagat tidak beres ancaman politik koalisi Prabowo, Jusuf Kalla turun tangan dengan melakukan perhitungan politik cerdas. Kunci koalisi Prabowo adalah Ical dan si peragu SBY. Yang perlu dibenahi pertama adalah SBY yang licin, licik, mmencla-mencle dan bahkan dijuluki sebagai pengkhianat demokrasi. Caranya?

Publik mesti tahu bahwa di dalam politik ada istilah ‘tak ada makan siang gratis'. Maka, kompromi politik-hukum itu akan dilakukan dengan menjual kasus Century. Kasus Century akan berhenti di Boediono yang gelar perkaranya minggu depan paling lambat. Kasus Century ini pas. Gelar perkara menunggu Budi Mulya mau menerima atau tidak keputusan 12 tahun penjara dalam banding di Pengadilan Tinggi DKI. Jika tidak menerima di tingkat kasasi atau PK akan ditambah hukumannya. Kasus century ini juga menjadi target kinerja Abraham Samad dan KPK. Di luar itu Hatta Rajasa juga memiliki masalah dengan mafia migas dan juga kereta bekas Jepang. Nah, lengkap penekannya.

SBY yang sebelumnya - atau masih - memercayai Jokowi akan gampang dilengserkan dengan interpelasi, makanya begitu BBM dinaikkan si Ibas anak SBY kegirangan nggak karuan. Kegirangan Ibas tak lepas dari kondisi dan keyakinan politik keluarga tentang kekuatan Jokowi yang dianggap ayam sayur yang akan mudah ditekan dan dijungkalkan oleh koalisi Prabowo. Ibas seakan melakukan koor dan naynyian merdu bersama pentolan koalisi Prabowo semacam Fahri Hamzah dan jelas si culun Fadli Zon.

Perhitungan SBY salah. Kenaikan harga BBM tidak menimbulkan gejolak di masyarakat. Justru gerakan penerapan 5 strategi Jokowi terhadap koalisi Prabowo menekan SBY. Kasus demi kasus diungkap. Gerak maju para mafia migas, pupuk, haji, pajak, kelautan, kehutanan, narkoba, hukum mulai merangsek ke seluruh penjuru.

Tuan besar KH Fuad Amin Imron politisi Gerindra yang selama satu dekade tak tersentuh hukum dicokok KPK. Kasus Fuad ini akan menghantam ‘koruptor besar lain di Jatim' yang menyediakan pasokan batubara dan jasa di Paiton, Semen Gresik, dll di Jatim yang hanya dikuasai oleh satu orang dengan kroni yang banyak.

SBY melihat kekuatan Jokowi-JK menguat. SBY jelas tertekan dengan kasus Century dan Hambalang yang dikaitkan dengan Ibas. (Saat ini Nazaruddin dan Anas tengah didekati untuk mengungkap lebih dalam dengan interogasi oleh salah satunya penyidik cerdas Noval Baswedan.)

Jusuf Kalla yang memiliki instink politik tajam menjadikan SBY sebagai pintu masuk untuk merusak soliditas koalisi Prabowo. Hasilnya? Ibas diam dan manggut-manggut. (Fadli Zon dan Fahri Hamzah masih berusaha memertahankan bahwa koalisi Prabowo solid. Biarkan anak-anak kecil itu bernyanyi karena mereka sama sekali tak memiliki kekuatan politik dan koneksi kekuatan. Prabowo tidak memiliki kekuatan apapun alias keropos.)

Konsesi politik-hukum itu berbunyi demikian. SBY keluar dari koalisi Prabowo dan berkoar menjadi penyeimbang. Ibas diam saja tak usah banyak mulut agar aman dari Hambalang. Kasus Century berhenti di Boediono. Deal. Kasus Hambalang digantung agar Ibas diam. 2-0. Selesai urusan SBY. Ical?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun