Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

ISIS Incar Arab Saudi dan Indonesia: TNI Tindak Tegas Embrio ISIS

11 Agustus 2015   09:44 Diperbarui: 11 Agustus 2015   09:44 3983
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Merah Putih I Dok Pribadi"][/caption]

Dokumen yang dirilis oleh BBC, berdasarkan intelejen Inggris, Prancis, Israel dan Amerika Serikat membenarkan bahwa ISIS akan menghancurkan Arab Saudi dan Indonesia. Di Arab Saudi, Kerajaan Arab Saudi kini berusaha mendekati Russia – setelah Inggris dan Amerika berdamai dengan Iran. Di Indonesia, sejak awal ISIS mulai menyeruak, dokumen dan selebaran beredar di kawasan Sukabumi-Puncak-Cianjur. Cianjur adalah salah satu pusat gerakan keras. Hambali adalah tokoh di daerah itu. Anasir teror masih menguasai daerah itu. Tak heran pada Februari 2014 sudah tersebar dukungan kepada ISIS. Mari kita tengok alasan Arab Saudi dan Indonesia menjadi target ISIS dengan hati jauh dari gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora suka-suka senantiasa selamanya.

Indikasi pertama Indonesia menjadi target ISIS adalah beredarnya video perekrutan ISIS dalam bahasa Indonesia. Target ISIS ini diperkuat lagi dengan ancaman langsung ke Jenderal Moeldoko dan Kapolri Jenderal Sutarman pada saat itu. ISIS melakukan ancaman pula kepada GP Ansor yang dengan tegas menolak ISIS.

Reaksi ISIS yang marah dan geram dengan umat Islam Indonesia sangat beralasan. Setelah serangkaian upaya Al Qaeda Asia Tenggara Hambali dan Jamaah Islamiyah pimpinan Abu Bakar Ba’asyir gagal menarik simpati, dengan aneka pemboman gereja dan pemboman BEJ, Bali I dan Bali II, serta serangan seporadis lainnya, maka target berikutnya adalah soft war: lewat media sosial. Tindakan tegas pemerintahan Presiden Jokowi memberangus paham Islam radikal di media sosial tak ayal menuai protes. Pemerintah jalan terus. Tak ada ampun. ISIS sampai saat ini hanya bisa mengirimkan sekitar 500 orang Indonesia. (Bayangkan Inggris dan Prancis saja bisa mengirimkan wakil ISIS di Syria dan Iraq sebanyak 7,000 dan 5,000 warganya.

Alasan ISIS menargetkan Indonesia sebagai target karena sebagai simbol negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia – yang akan segera digeser oleh India dengan jumlah muslim akan melebihi 300 juta dalam 10 tahun ke depan.) Selain itu di Indonesia – sebagaimana di Arab Saudi – ada kalangan radikal Islam Al Qaeda dan Jamaah Islamiyah yang berafiliasi dengan Osama bin Laden.

Mayoritas umat Islam di Indonesia menolak ISIS. Beberapa gelintir ormas mendukung ISIS. Ormas besar NU dan Muhammadiyah menolak ISIS. Aparat keamanan pun tegas: memberantas ISIS dari mulai embrionya. Kondisi ini justru menjadi penyemangat ISIS yang tak akan menyerah. Itu terbukti dengan ancaman ISIS langsung terhadap TNI, Polri dan bahkan Banser NU.

Keadaan yang berbeda terjadi di Arab Saudi. ISIS mengincar Arab Saudi dan akan lebih mudah merontokkan Kerajaan Arab Saudi. Intelejen Inggris dan Amerika Serikat mendapatkan data yang mencengangkan. Di dalam Kerajaan Arab Saudi tengah berlangsung gerakan untuk menjatuhkan Kerajaan.

Penyebabnya adalah akibat (1) diskriminasi terhadap warga negara yang bukan keturunan dari klan kabilah yang dinikahi berjumlah 22 suku utama di Jaziarah Arab, (2) diskriminasi terhadap warga Arab Saudi berkulit gelap dan hitam (dengan membolehkan perempuan hitam menikah dengan warga asing, wanita Saudi yang berkulit putih dilarang menikah dengan warga asing, sebagai contoh. Lalu (3) pendukung kekuatan Al Qaeda di Arab Saudi yang besar.

Oleh karena itu Inggris dan Amerika Serikat melihat bahwa sudah saatnya mendamaikan Iran dengan Israel. Amerika Serikat dan Barat – yang lebih menghitung kekuatan Iran – akhirnya memberikan konsesi dan melakukan perjanjian Nuklir dengan Iran. Kini, Iran menjadi pilihan bagi AS dan Barat. Saudi ditinggalkan karena potensi kehancuran dan ambruknya Arab Saudi ternyata lebih cepat dari yang dibayangkan. Faktor ISIS yang radikal berbeda dengan Wahabi yang condong menjadi antek anggota Kerajaan Saudi.

Jadi, sangat beralasan jika kewaspadaan tinggi dilakukan oleh TNI, Polri, dan BIN yang didukung oleh NU dan Muhammadiyah menggelorakan Islam Nusantara untuk melawan ideology radikal ISIS yang memiliki basis pendukung di Indonesia. Kondisi yang mirip dengan di Arab Saudi namun dengan parameter alasan yang berbeda. Presiden Jokowi harus tegas terhadap gerakan ISIS agar tidak seperti Arab Saudi yang akan ambruk tidak lama lagi: unsur kehancuran Arab Saudi dari dalam sendiri dengan ISIS memanfaatkan kesempatan.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun