Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ironi Dolly: Praktik Pelacuran Beda Kasta

21 Juni 2014   01:44 Diperbarui: 20 Juni 2015   02:57 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat Maharany Suciono? Apa hubungannya dengan Dolly? Ikuti tulisan ini. Kontroversi penutupan Dolly terus berlangsung. Pro dan kontra. Faktanya Dolly dan Jarak telah ditutup secara resmi. Ditutupnya Dolly tak memengaruhi bisnis esek-esek di Surabaya dan jaringan prostitusi kelas atas di Jakarta, Bandung, Jogjakarta, Bali, Batam dan Surabaya. Dari penelusuran, ada kisah keberhasilan dan maraknya bisnis seks yang dikendalikan oleh seorang perempuan biasa yang omsetnya melebihi Rp 1 miliar per malam - menyaingi Hartono Prapanca. Maka Dolly hanya noktah kecil dibandingkan dengan puluhan boss ‘penjual wanita' secara sukarela yang marak dan telanjang di depan mata.

Dolly adalah prostitusi kelas bawah penuh pemerasan. Namun betapa Dolly dijadikan proyek tebar pesona. Padahal dalam Dolly dan Jarak ada kisah air mata suka dan duka manusia dengan berbagai tingkat kehidupan.

Ada kisah mengharukan. Mucikari dan boss mengambil uang ‘kerohiman' para PSK. Kenapa? Para PSK alias pekerja seks komersial - apa ada pekerja seks tidak komersial? - mengambil uang yang cuma Rp 5 juta. Untuk apa? Bayar hutang germo. Kenapa? Semua PKS memiliki hutang ijon yang puluhan juta rupiah. Maka penutupan Dolly dan Jarak hanya akan memindahkan PSK ke daerah lain. Kenapa? Ya mereka sebenarnya adalah para perempuan muda yang ‘telah dibeli' oleh germo dan tak akan bisa keluar dari cengkeraman mucikari, germo, pimp!

Maka tak mengherankan, para PSK berbondong mengambil uang ditemani boss dan mucikari. Karena uang kerohiman yang tak seberapa itu akan diambil oleh mucikari dan boss. Uang itu untuk membayar hutang kepada para germo dan bos bos bos yang selalu berpakaian parlente dan mondar-mandir di dalam ruangan etalase PSK berupa tubuh-tubuh penuh pesona plastis, duduk berjajar bagai pajangan sepatu atau snack di supermarket. Itu prostitusi kelas teri. Kelas etalase. Padahal ada prostitusi di jaringan internet, facebook, yang kasat mata. Mari kita tengok pelacuran tingkat atas ini.

Ini kisah Mami - sebut saja begitu. Tampak di aliran uang ada aliran transaksi keuangan antara Rp 3 juta sampai 10 juta yang mengalir deras ke rekening seorang perempuan 30-an tahun bermobil Ferrari - ternyata dia germo kelas atas.

Bagaimana awal kisahnya? Awalnya Mami bekerja sendirian. Namun karena kewalahan, maka dia mulai yang memasarkan teman-teman awalnya, karena dia asalnya adalah seorang PSK sejak masa SMA. Awal perempuan ini menjadi ‘Mami' bagi ratusan perempuan dimulai saat ‘dia kewalahan' melayani para hidung belang kelas atas: arti kelas atas bertarif ‘short time' Rp 3,000,000,- sampai Rp 7,000,000,- selama dua jam. Prakteknya pun di hotel berbintang. Bayar di depan, transfer lewat rekening bank. Maka perempuan yang diinginkan datang. Perempuan pelacur kelas ini tak menampakkan diri sebagai pelacur menor. Justru mereka tampil ‘keren' dan alamiah: cantik, bersih, terawat. Hampir semua PSK kelas ini datang bermobil ke tempat pelanggan di hotel berbintang yang bebas razia.

Mami ini kini memiliki ratusan perempuan muda yang berprofesi sebagai PSK kelas atas. Latar belakang mereka bermacam-macam: pelajar SMA, mahasiswi, ibu rumah tangga muda, karyawati, dan bahkan pegawai negeri honorer. Mami muda kaya raya ini memulai usaha dengan dirinya. Tak mampu melayani sendiri, maka Mami ini mulai menawarkan teman-temannya. Awalnya dia tidak menjadi germo, namun karena ‘berita dari mulut ke mulut' ketenaran layanan PSK Mami, maka Mami mulai membuat bisnis pelacuran itu secara professional. Mami mengendalikan secara langsung dan menerima uang dari pelanggan: benar-benar para PSK yang dikenal sangat cantik-cantik itu dipekerjakan oleh Mami.

Kenapa praktek pelacuran kelas atas seperti ini tak tersentuh? Padahal jelas jaringan ini tampak jelas menghiasi ‘kehidupan' hotel kelas atas. Kalau Dolly dan Jarak, yang datang ke sana adalah warga kelas menengah dan ke bawah, namun warga kelas bawah.

Mami ini kini melebihi kejayaan Hartono - germo kelas atas di Prapanca dulu. Kenapa? Dalam sekali transaksi Mami mendapatkan 50% dari harga PSK. Bayangkan jika seorang PSK melayani ‘escort' selama beberapa hari bahkan sampai sebulan dengan tariff per hari Rp 5 juta - itu harga diskon sampai 80% harga normal. Ingat Maharany Suciono yang ‘dibooking' oleh Ahmad Fathanah selama 2 jam dengan harga Rp 10,000,000 juta? Itu salah satu contoh anggota jaringan PSK kelas atas yang dikendalikan oleh jaringan independen sukarela.

Bedanya PSK asuhan Mami dengan PSK Dolly dan Jarak adalah PSK asuhan Mami melakukan pekerjaan sambilan dan mereka berasal dari seluruh lapisan masyarakat: pelajar, mahasiswi, karyawati, pegawai negeri, ibu rumah tangga. Persyaratannya, mereka cantik-cantik. Mereka bekerja sukarela dan fleksibel tanpa diasramakan oleh Mami. Mereka tinggal bebas dan bisa bekerja sesuai jam kerja mereka bisa.

Sementara PSK Dolly adalah para perempuan marjinal yang terbelit oleh hutang dan kehidupan buruk dan kumuh dalam lingkaran setan kekuasaan para germo, mucikari dan pimp. Mereka adalah korban perdagangan manusia, perdagangan daging mentah. Dan mereka ini yang digusur, yang diusir, yang dimarjinalisasikan. Sedangkan ratusan pelacuran seperti yang dikendalikan oleh Mami yang sangat mudah untuk ditelusuri dan kasat mata, dibiarkan berkeliaran. Di mana praktek mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun