Timnas U-23 Indonesia sekali lagi memerankan peran sebagai ‘pengalah'. Indonesia tak pernah menang selama 22 tahun dalam ajang Sea Games. Timnas U-23 menemukan musuh sesungguhnya. Pada pertandingan pertama babak penyisihan Indonesia dibantai oleh Thailand dengan skor telak: 4-1 untuk kemenangan Thailand. Sesuai dengan prediksi terdahulu, Timnas U-23 lolos ke final setelah menghempaskan Malaysia. Kini melawan Thailand ,Indonesia kalah. Kekalahan ini disebabkan oleh dua faktor utama: faktor teknis dan non teknis.
Faktor teknis Timnas U-23 tidak memiliki penyerang sehebat pemain Thailand. Ini hal yang aneh. Indonesia tak memiliki penyerang yang handal. Dalam dunia sepakbola dunia dan akhirat, dalam sepakbola diperlukan penyerang. Namun Indonesia tak memiliki. Ini keanehan luar biasa. Sementara Timnas Indonesia tak memiliki kemampuan setara dengan para pemain Thailand.
Sementara banyak pemain Thailand memiliki skill individu yang lebih baik daripada Timnas U-23. Kemenanga Thailand atas Singapura menunjukkan tajamnya lidi depan Thailand.
Faktor non-teknis lainnya adalah Timnas Thailand akan menghadiahkan kemenangan atas Indonesia kepada Raja Bumibol Adulyajed yang tengah berulang tahun. Semangat pemain Thailand dilandasi oleh keinginan luhur penghormatan untuk Raja Thailand. Rakyat Thailand memiliki symbol pemimpin yang dihormati yakni Raja Thailand - seperti rakyat Jogjakarta menghormati Sultan Hamengkubuwono X.
Untuk Indonesia, kemenangan Timnas U-23 itu akan dipersembahakan kepada La Nyalla Mattalitti - pentolan KPSI. Hal ini jelas tidak diridhoi oleh tuhan yang maha kuasa karena rekonsialiasi KPSI-PSSI menghasilkan PSSI rasa KPSI. Jelas motivasi memberikan penghargaan kepada La Nyalla tak begitu memberi semangat kepada para pemain Indonesia.
Memertimbangkan motivasi non teknis tersebut, Timnas U-23 Indonesia kalah. Kenapa? Niat PSII ala La Nyalla Mattalitti membangun sepakbola tak lebih dari mengadirkan drama sepakbola ala tarkam yang jauh dari tingkat standard permainan Asia Timur dan Asia Barat atau Australia. Selain non-teknis tadi, faktor teknis yang telah disebutkan Timnas Indonesia akan kalah: dan benar kalah. Faktor spesialis runner up Timnas Indonesia yang ditangani oleh Coach Rahmad Darmawan menjadi faktor non teknis penentu. Pelatih Timnas U-23 ini hanya beruntung lolos ke final. Dan keberuntungan tak datang dua kali. Emas sepakbola Sea Games hanyalah mimpi selama 22 tahun dan akan tetap menjadi 24 tahun.
Salam bahagia ala saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H