[caption caption="SBY I Sumber nahimungkar.com"][/caption]
Publik dibuat terperangah oleh pernyataan Ibas: I want SBY back. Itu komunikasi politik ditengah political repositioning Presiden Jokowi. Di tengah ekonomi yang melesu, Ibas tampil dengan kegegagahan dan kemegahannya. SBY pun dikatakan oleh Ibas sebagai berhasil berkarya di Indonesia. Dan … Ibas menginginkan SBY kembali. Sebagaimana ditulis oleh Ki Sabdopanditoratu tahun lalu, SBY dipastikan menginginkan maju sebagai capres 2019. Nah, mantan SBY itu kini berencana maju pada pilpres 2015. Mari kita tengok kelakuan Ibas dan SBY dalam peta politik berupa political repositioning Presiden Jokowi serta niatan KPK baru yang akan mengejar kasus Century, Boediono, dan Hambalang dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora senantiasa selamanya.
Dalam teori komunikasi politik, komunikasi politik harus selalu dilakukan oleh politikus kapan pun untuk merespons keadaan, peristiwa, situasi, dan fakta. Komunikasi politik dilakukan untuk menghantam lawan politik. Setiap peristiwa dan keadaan dimanipulasi dan dipelintir untuk menguntungkan kepentingan politikus untuk menghantam lawan politik. Maka seluruh daya dan upaya digunakan untuk menjatuhkan lawan.
Hakikat politik adalah fenomena. Politik adalah kebohongan. Politik adalah seni menipu rakyat. Politik adalah cara mengelabui rakyat dan mengulur waktu dan berkuasa untuk diri sendiri dan golongan. Politik adalah candu yang memaksa politikus merindukan kekuasaan selamanya. Maka para politikus selalu ingin menjadi penguasa dengan cara apapun juga.
Vladimir Putin mengelabui rakyat Russia dengan mengubah konstitusi. Pengubahan itu memberikan kekuasaan kepada Putin sebagai perdana menteri – dengan Medvedev – sebagai presiden. Selang 5 tahun, Vladimir Putin kembali menjadi Presiden Russia dengan kekuasaan penuh memangkas kekuasaan perdana menteri. Vladimir Putin selain sebagai politikus juga sebagai pemimpin besar Russia.
Ibas dan keluarganya termasuk SBY adalah manusia politis: politikus. Kehidupan mereka adalah kehidupan politis. Cara berbicara mereka dipenuhi oleh sifat dan sikap politis. Maka semua pernyataan mereka, tingkah laku, perbuatan, sikap, melek dan tidur mereka adalah politis. Cucu, anak, mantu, besan suami dan istri adalah politis. Tak heran maka mereka berbesan sesama politikus. Semuanya adalah politis.
Ibas dan keluarganya sedang berakrobat politik di tengah kondisi ekonomi melesu. Kenapa? Mereka orang kaya yang tak merasakan rasanya miskin. Yang menarik bagi mereka adalah politik dan politik. Fatsun politik yang mereka percayai adalah bahwa segala peristiwa adalah peluang mengeluarkan pernyataan politik.
Maka melihat pernyataan Ibas, biarkan saja karena itu pernyataan politis dari politikus gurem dengan partai gurem. SBY dan Ibas adalah potret politikus. Biarkan saja politikus berbicara ngomong sak kerepe udele dewe ke sana ke mari nggak karuan menggigau. Pernyataan-pernyataan aneh ala Ibas itu terjadi di tengah perubahan politik.
Rakyat tak ada yang menginginkan SBY kembali. Rakyat tahu sifat dan tabiat politik SBY hanya untuk kepentingan diri dan kroninya. Bahkan SBY senang memanfaatkan orang lain untuk kepentingan politiknya. Lah riwayat pentolan Demokrat isinya para koruptor Nazar, Angie, Andi, Wacik, Hartati Murdaya Poo, Sutan, dan jelas Anas. SBY adalah politikus sejati – bukan pemimpin sama sekali – karena mengorbankan orang-orang dekatnya menjadi pesakitan sementara dirinya bebas merdeka suka-cita hahaha.
Ibas dan SBY tak usah membayangkan SBY diinginkan oleh rakyat seperti eyang saya Presiden Soeharto. Benar rakyat menginginkan kesejahteraan plastis masa eyang saya Presiden Soeharto. Tetapi rakyat sama sekali tak menghendaki SBY apalagi Ibas sebagai penguasa lagi di Indonesia. Tidak akan laku. Kenapa? Lah 10 tahun tak membangun apa-apa kok. Hanya membuang-buang waktu saja.
Nah, di lain isu, pernyataan Ibas itu digunakan untuk membuat move. Dalam politik, ketika akan ada serangan, lebih baik menyerang dulu. Mengeluarkan pernyataan untuk menunjukkan posisi; memberi gambaran dan kekuatan – biarpun lemah harus menunjukkan seolah-olah ada kekuatan. Selain itu, pernyataan Ibas dan SBY hanyalah dagelan di siang bolong saja di tengah keruntuhan dan tidak bergunanya Partai Demokrat sebagai partai banci yang tidak mengambil sikap sebagai oposisi. Tidak ada dalam dunia politik di seluruh dunia yang disebut partai penyeimbang: yang ada cuma oposisi. Sikap Demokrat sama dengan sifat pribadi SBY dan keluarganya yang tidak berani mengambil risiko dan peragu.