Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Heboh Tuhan, Nabi, Saiton: MUI Tak Digubris Tuhan

27 Agustus 2015   20:56 Diperbarui: 27 Agustus 2015   20:56 2721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Saiton I Sumber Kompas.com"][/caption]

Benar-benar mencengangkan. Perintah Majelis Ulama (MUI) Jawa Timur tak digubris oleh Tuhan. Tuhan dari Banyuwangi tak memerdulikan perintah MUI. Pun demikian aparat Desa Pucung Banyuwangi juga tidak menindaklanjuti. MUI tambah pekerjaan. Kini dari Lombok muncul nama Nabi. Dari Palembang muncul yang tak kalah menyeramkan: Saiton. Lebih heboh lagi Saiton bergelar master: M.SI. Ini harus disikapai oleh MUI karena sudah semakin menjadi-jadi. Dari Tuhan ke Nabi sampai Saiton. Mari kita telaah sikap MUI yang menggelikan terkait nama tuhan dan implikasi reaksi MUI yang tak digubris dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia suka-cita pesta-pora riang selama-lamanya senantiasa.

Tuhan memang sudah sepantasnya tidak menggubris MUI Jatim. Alasan pertama karena MUI salah dalam berargumen tentang syirik. Nama Tuhan dikhawatirkan akan membuat syirik. Tidak ada alasan dari Al Qur’an menyekutukan tuhan itu syirik. Secara spesifik dalam hadist maupun Al Qur’an surah Al Ikhlas 1-4 menyebut menyekutukan Allah SWT. Bahwa Allah SWT adalah Tuhan, namun bukan berarti tuhan pastilah Allah SWT – dalam pemahaman netral.

Konsep ‘la illaha illallah’ tidak ada tuhan selain Allah SWT tidak bisa dibalik: harus tetap ‘la illaha illallah.’ Anak kalimat pertama yang menegasikan tuhan dengan ‘tidak ada tuhan,” lalu dilanjutkan selain Allah SWT, jelas menunjukkan esensi antara istilah yang umum ‘ilah’ atau ‘tuhan’ dengan Allah SWT yang mutlak secara spesifik menunjuk Dzat Pencipta alam semesta.

Alasan lain, aparat Pemerintah Desa tempat Tuhan berasal pun akan terkena pasal pelanggaran HAM jika memaksa Tuhan (1) mengganti nama, (2) mencabut KTP atau pun membekukan hak sipil Tuhan. Maka menjadi benar aparat juga tidak menanggapi suruhan konyol MUI Jawa Timur. Belum selesai heboh Tuhan yang menyita perhatian MUI, kini muncul nama Nabi di Lombok.

Nah, tidak seheboh Tuhan, yang dihubungkan dengan syirik segala, nama Nabi belum mendapatkan fatwa dari MUI Lombok dan MUI Pusat. Apakah dengan nama Nabi lantas akan disuruh mengganti pula? Kita tunggu keisengan MUI lagi soal nama Nabi.

Nah, lebih seru lagi, kini muncul jelas-jelas lawan MUI: Saiton. Saiton alias setan adalah musuh yang sangat dimusuhi dan diperangi oleh MUI. Maka apakah menjadi kewajiban MUI untuk memerangi saiton. Kini kesempatan bagi MUI untuk berhadapan dengan Saiton yang kelihatan, bukan dengan Tuhan atau dengan Nabi yang dianggap sudah tidak kelihatan. Ini ada perwujudan berupa orang bernama Saiton.

Kita tunggu reaksi MUI soal Nabi dan Saiton. Akankah sekonyol menanggapi Tuhan? Beranikan MUI memarangi Saiton? Menarik menunggu reaksi MUI soal Nabi dan Saiton, apalagi Saiton ini bergelar M.SI. Nah Saiton M.SI.

Salam bahagia ala saya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun