Mundurnya Hatta Rajasa sebagai Menteri Koordinator Perekonomian hanyalah upaya merayu Prabowo agar Prabowo memastikan Hatta sebagai pendampingnya. Langkah Hatta Rajasa ini dinilai sebagai upaya mendahului kehendak Prabowo yang tengah bimbang dan ragu soal cawapres. Upaya PAN ini tentu akan menimbulkan masalah karena sebenarnya hanya PPP yang sudah pasti menjadi pendukung Gerindra. PKS belum secara definitif menetapkan dukungan kepada Gerindra. Kepastian Gerindra mengangkat Hatta Rajasa sebagai cawapres Prabowo bisa menjadi prahara politik dan merugikan Prabowo. Bahkan ditengarai majunya Hatta Rajasa merupakan jebakan politik Demokrat. Kenapa?
Penetapan secara sepihak dengan mundurnya Hatta Rajasa sebagai menteri adalah upaya memaksa Prabowo untuk menunjuk Hatta Rajasa. Dengan demikian tidak ada konsultasi dan pembicaraan dengan PKS dan PPP. Hal ini diyakini akan menimbulkan perpecahan dalam koalisi. Istilahnya PPP dan PKS tidak diorangkan - ora diuwongke. Santun politik telah dilanggar oleh Hatta Rajasa.
Pengunduran Hatta Rajasa ini juga menjebak dan memaksa Prabowo menunjuk Hatta. Padahal komunikasi politik Prabowo lebih memilih pasangan Aburizal Bakrie atau cawapres yang disodorkan oleh Golkar seperti Ginandhar Kartasasmita yang memiliki basis dukungan lebih. Cawapres dari Golkar akan memerkuat parlemen. Ginandjar pun akan memerkuat suara dibandingkan Hatta Rajasa.
Dukungan untuk Hatta Rajasa yang Muhammadiyah pun - dengan stir dan stang ada pada Amien Rais - tidak begitu membuat PKS yang beridiologi Ikhwanul Muslimin tidak begitu antusias mendukung Hatta Rajasa. Demikian pula PPP sebagai pendukung awal resmi koalisi dengan Prabowo merasa kecil dan tak dianggap jika Hatta Rajasa ditetapkan sebagai cawapres pendamping Prabowo tanpa konsultasi dengan mereka.
Akibat tindakan merayu Hatta ini Prabowo menjadi serba salah. Menetapkan Hatta Rajasa berarti menutup peluang dukungan Golkar yang sangat besar. Di sisi lain, legowonya Demokrat, namun kemungkinan Demokrat tetap mendukung PDIP - dan Golkar juga mendukung PDIP pada akhirnya - merupakan taktik cerdas Demokrat dan Golkar menyingkirkan Prabowo dari mendapatkan dukungan Hanura. Hanura diyakini akan merapat ke PDIP - mengikuti Golkar. Jika Hanura mendukung Gerindra itu akan merugikan Hary Tanoesoedibjo yang tidak sejalan ijtihad politiknya dengan Prabowo, kecuali Wiranto ingin islah dengan Prabowo.
Jadi mundurnya Hatta Rajasa dan penetapan terpaksa Hatta Rajasa menjadi cawapres Prabowo secara politis merugikan. PKS dan PPP merasa ditinggalkan dan tak dianggap oleh PAN. Bahayanya adalah para kader PKS dan PPP - yang bertolak belakang agenda dan platform politiknya dengan Gerindra - setengah hati mendukung Prabowo.
Di sisi lain, tampaknya penyodoran Hatta Rajasa yang besan SBY adalah upaya Demokrat untuk bermain dan menjadi key player yang memainkan kartu dengan memasukkan Hatta Rajasa - sekaligus menghapus dukungan Golkar yang lebih besar. Golkar dan Demokrat dipastikan akan merapat ke PDIP pasca penetapan dan maneuver PAN dengan mundurnya Hatta Rajasa.
Salam bahagia ala saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI