"Papi, kenapa Foke itu berkarakter dan bertingkah-polah seperti Mitt Romney? Mohon pencerahan," kata Monahara, si jelita putri Sabung tukang sabung ayam Bangkok tetangga saya.
"Loh Om malah nggak tahu maksud Monahara. Gimana ceritanya?" tanyaku berbalik.
"Begini Om, tuh karakter Foke cenderung menyerang, menilai, memerintah, dan mengritik," sahut Monahara sambil menyilangkan kakinya. Dia tetap berjilbab.
"Terus..." kataku.
"Foke juga tidak dekat dengan masyarakat, out of touch from common people, dan cenderung plastis!" kata Monahara.
"Wah, apa maksudnya Monahara?" tanyaku mengelaborasi.
"Foke kalau mendekati masyarakat berjarak, tidak tulus. Tida menyentuh masyarakat umum. Cara bicaranya juga cenderung tanpa fokus," jelas Monahara.
"Looh kok bisa begitu. Kenapa?" tanyaku lebih lanjut.
"Lihat saja video Foke yang ngomong ngawur soal kebakaran. Lihat saja gaya menyerang sok pintar Foke dalam debat. Lihat saja gaya Foke dalam debat yang sangat arogan dan merasa paling hebat! Ini penilaian saya lho Om!"
Foke cenderung primordialistis. Mirip Mitt Romney. Keduanya kebocoran video yang dua-duanya negative. Cenderung rasis dan sectarian. Mitt Romney sangat membenci kelas menengah dan bawah. Mitt Romney dengan video itu ketahuan aslinya. Foke juga ketahuan karakter aslinya yang tidak menjadi gubernur orang kelas bawah. Foke juga berteman dengan pengusaha semacam Hartati Murdaya yang sekarang meringkuk di bui. Mit Romney berteman dengan 1% orang kaya yang menguasai ekonomi Amerika di Wall Street sana.
"Kalau Jokowi. Jokowi rendah hati mirip Obama. Menjelaskan dengan tenang dan terbukti dekat dengan rakyat. Obama dan Jokowi jika bertemu dengan siapapun ada rasa hangat dan tidak berjarak. Dua minggu lalu Obama secara mendadak mengunjungi kedai kopi. Di situ Obama dipeluk-peluk layaknnya teman. Jokowi juga ke mana pun dielukan oleh masyarakat, berebut berfoto bersama. Bukti pemimpin yang dicintai rakyat kebanyakan! Istilahnya tidak berjarak!" jelas Monahara lebih jauh.