Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Filosofi Begal dari Zaman Ken Arok ke Ahok dalam Sejarah Kekuasaan

14 Maret 2015   13:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:40 2461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Fenomena filosofi begal sebagai hukum dan kekuatan dimulai sejak zaman Ken Arok.  Rupanya filososi fenomena begal dengan beberapa perwujudan itu kini tengah terjadi dalam kisruh KPK versus Polri, kisruh Golkar, dan DPRD DKI Jakarta melawan Ahok. Semua itu berawal dari kisah panjang sejarah begal di Nusantara sejak zaman kuno, bahkan jauh sebelum masa Ken Arok. Mari kita telaah sejarah filosofi begal  dalam lima perwujudan dan juga sebagai alat kekuasaan dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia senantiasa.

Inilah kelima perwujudan filosofi begal. Kini, fenomena filosofi begal mewujud dipraktekkan menjadi alat (1) tirani kekuasaan, (2) kejayaan golongan, (3) kekuatan ekonomi, (4) stratafikasi sosial, (5) dan hukum.

Fenomenal. Ken Arok sebagai peletak dasar keturunan raja-raja di Jawa dan Nusantara adalah pelaku filososi begal paling terkenal. Jauh sebelum itu, hampir semua perebutan kekuasaan dilakukan dengan pembegalan. Para kerajaan direbut dan dikuasai dengan pertumpahan darah. Namun, memang yang paling fenomenal adalah filosofi begal ala Ken Arok.

(Sejarah para raja sejak Ken Arok, Pajang, Mataram Islam, sampai perebutan kekuasan oleh eyang saya Presiden Soeharto dilalui dengan perilaku filosofi begal: pertumpahan darah. Sekitar 1 juta nyawa menjadi korban pembegalan politik paling kelam dalam sejarah Nusantara. Semua itu bermula dengan pembegalan pelintiran Supersemar yang disalah-artikan dan disalahgunakan oleh eyang saya Presiden Soeharto.

Peralihan kekuasan dari eyang saya Presiden Soeharto ke Habibie pun dilakukan dengan pembegalan kekuasaan dengan mana menurunkan eyang saya Presiden Soeharto secara paksa: filososi pembegalan hukum, atas nama reformasi.

Gus Dur pun dibegal oleh Amien Rais dan poros tengah yang memaksanya turun; dosa noda ini menetes di Amien Rais dan tak termaafkan oleh warga Nahdliyin sampai kapan pun. Maka PAN tidak akan pernah menjadi partai besar.

Pun, kekuasan SBY didapatkan dengan secara filosofis membegal nama baik Mega yang dikesankan medzolimi SBY sehingga SBY menang. Mega tak memaafkan SBY karena merasa kehormatannya dibegal oleh SBY.

Peralihan kekuasaan auto-pilot SBY ke Presiden Jokowi pun diwarnai oleh perilaku filosofi perlawananan begal. Perlawanan terhadap capres Prabowo yang didukung oleh begal ekonomi alias calon koruptor seperti Suryadharma Ali, Jero Wacik, Sutan Bhatoegana, dan lain-lain. Prabowo yang hebat itu kalah Pilpres karena adanya begal ekonomi dan korban filosofi begal.

Kini, upaya memertahankan kekuasaan pun Presiden Jokowi dengan sempurna memraktekkan perilaku filososi begal melalui keturunannya: raja Mataram dan darah Majapahit Jokowi. Devide et impera digunakan untuk menghancurkan lawan politik. Itu hakikat kekuasaan dan penggunaan kekuasaan yakni dengan membegal untuk kepentingan kekuasaan itu sendiri. Dan, lagi-lagi, itu sah.)

Ken Arok dengan filososi begalnya menjadi sangat fenomenal karena memenuhi semua unsur kebutuhan manusia. Kisah Ken Arok adalah wujud manusiawinya manusia dan penguasa. Ken Arok adalah anak seorang pendeta atau resi dengan selingkuhan keturunan putri Akuwu atau raja kecil. Untuk menutupi aib, Ken Arok dibuang dan akhirnya dibesarkan oleh pemimpin perampok alias begal: Lembu Gajah Sora. (Lembu Gajah Sora ini yang diyakini juga menjadi akar keturunan maha patih terhebat Majapahit yakni Gajah Mada.)

Sempurna sudah lingkungan Ken Arok yakni kalangan (1) darah suci pendeta atau resi, (2) keturunan kerajaan, dan (3) begal. Dalam diri Ken Arok menjelma mitos sebagai keturunan orang suci (resi), keturunan terhormat raja kecil, dan kekuatan yakni begal. Intrik mengangkat pencitraan Ken Arok sebagai keturunan dewa Siwa untuk publik dibangun dengan bantuan resi (yang sebenarnya ayah kandung Ken Arok). Kekuatan dibangun dari perlindungan oleh pentolan begal: yang melahirkan filosofi begal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun