Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Fadli Zon, Adian Napitupulu, Effendi Simbolon dan Fahri Hamzah Penerap Komunikasi Politik Text-book Pamer Kekuatan

30 November 2014   14:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:28 2056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sosok dan cara komunikasi politik Fadli Zon dan Fahri Hamzah selalu menarik diamati dan dibandingkan. Apa beda Rieke dan Budiman Sudjatmiko dengan Fadli Zon atau Adian Napitupulu, Effendi Simbolon dan Fahri Hamzah dalam komunikasi politiknya? Ternyata Fadli, Adian, Effendi, Fahri adalah contoh bagus untuk salah satu cara berkomunikasi politik text book yakni komunikasi politik pamer kekuatan dasarnya. Ada tiga cara komunikasi politik text book, salah satunya cara komunikasi politik pamer kekuatan. Dasar teori komunikasi politik ini akan sangat menarik diamati, baik cara maupun style, gaya dan dampak yang ditimbulkannya. Mari kita telaah gaya komunikasi politik text book dan dampaknya bagi Fahri Hamzah, Adian Napitupulu dan Fadli Zon dengan hati gembira ria.

Karena politik adalah tentang kekuasaan, maka komunikasi politik pun diarahkan untuk menghimpun dan menjaga kekuasaan. Salah satu cara untuk memertahankan kekuasaan adalah dengan melakukan komunikasi politik. Komunikasi politik bisa ke dalam dan ke luar dari parpol atau kelompok atau koalisi. Komunikasi politik yang keluar diperlukan untuk membuat atau menciptakan kesan dan persepsi publik tentang partai atau golongan.

Fadli Zon, Fahri Hamzah, Adian Napitupulu, dan Fahri Hamzah adalah contoh tepat penerap cara komunikasi politik text book dengan dasar pamer kekuatan. Artinya, sikap, cara dan tabiat politiknya bahkan komunikasi politiknya ditunjukkan untuk pamer kekuatan - baik kekuatan psikologi pribadi dan partai atau kelompoknya.

Fadli Zon dan Fahri Hamzah menampakkan kekuatan dengan dukungan Prabowo. Latar belakang Fadli Zon yang berusaha dari kasta rendah politik - dan hampir menjadi penguasa politik dengan mendompleng 100% Prabowo secara ekonomi dan politik - ke kasta ‘seolah berkuasa'. Fadli Zon mengalami kegoncangan psikologi dari hampir menang - menjadi biasa saja. Semua itu diawali dengan kampanye hitam - yang terus membayangi dirinya dan gagal keluar dari style dan gaya komunikasi politik yang lebih move on dan sadar - yakni komunikasi politik beneran, dan bukan komunikasi politik gaya kampanye. Fadli Zon kebablasan menikmati gaya komunikasi politik pamer kekuatan yang dibawa terus sampai ke alam komunikasi yang lebih luas. Gaya komunikasi Fadli Zon adalah pamer kekuatan bahwa dialah yang berkuasa. Dampak bagi Fadli Zon: publik melihat dia aneh dan kaki tangan Prabowo saja.

Setali dengan Fadli Zon, merasa didukung oleh kelompok yang merasa berkuasa, Fahri Hamzah, politikus kelas usroh yang pada masa mudanya mengalami gencetan kebebasan pada zaman eyang saya Presiden Soeharto, tiba-tiba mendapat kesempatan kue ekonomi yang sebenarnya biasa saja - namun luar biasa bagi Fahri Hamzah agar bisa keluar dari himpitan kondisi ekonomi yang menekan - sama dengan banyak orang PKS yang lupa asal-usul dan mabuk jabatan dan kekuasaan. Contoh Hidayat Nu Wahid yang berputar-putar mencari kekuasaan dari Cagub sampai wani piro. Contoh lainnya Nur Mahmudi Ismail dari menteri ke Walikota paling macet di dunia Depok tanpa pedestrian. Dampak bagi Fahri Hamzah dengan komunikasi politik pamer kekuatan ini: Fahri Hamzah kelihatan latar belakangnya yang dari kelas menengah ke bawah secara kasta politik dan ekonomi - pernah terpinggirkan, maka pamer kekuatan.

Adian Napitupulu, dia menempatkan diri seperti Fadli Zon. Kaget menjadi pemenang. Adian Napitupulu memiliki kesamaan dengan Fadli Zon. Orang dengan komunikasi politik pamer kekuatan seperti Adian Napitupulu - yang menganggap dirinya menang melawan Prabowo dan melawan dirinya yang sukses menjadi anggota DPR dengan penuh perjuangan Maka dengan kemenangan itu, Adian Napitupulu menampilkan komunikasi politik pamer kekuatan, ibarat cacing, jika diinjak akan bergerak. Adian Napitupulu rentan serangan, begitu diserang dengan ‘tidur di Senayan', maka Adian Napitupulu menjadi lumpuh.

Effendi Simbolon juga merupakan politikus semacam ini. Pengusaha dan politikus bernama Effendi Simbolon ini memiliki kekuatan belitan koneksi kekuatan ekonomi yang lumayan. Maka demi pamer kekuatan, Effendi Simbolon yang kehidupan ekonominya terganggu dengan langkah-langkah Jokowi, melakukan praktek politik pamer kekuatan. Tentangan terhadap Jokowi dengan mudah dipatahkan dengan ditegur ‘siapa Effendi Simbolon sesungguhnya' yang terkait dengan berbagai usaha politik-ekonomi terkait proyek dan migas yang tidak seratus persen ideal. Maka ketika terjadi ancaman ekonomi - dan berdampak politik - Effendi Simbolon pun bereaksi untuk pamer kekuatan. Gaya komunikasi pamer kekuatan seperti Effendi Simbolon ternyata ditegur oleh senior di Golkar dan bahkan oleh Presiden ke-5 Megawati sendiri. Dampak untuk Effendi Simbolon dengan komunikasi politik pamer kekuatan adalah: Effendi Simbolon tak akan mampu terpilih menjadi pejabat publik dengan cara komunikasi politik nyinyir.

Itulah gaya komunikasi politik pamer kekuatan yang dilakukan oleh Fahri Hamzah, Adian Napitupulu, Effendi Simbolon, dan Fadli Zon. Gaya komunikasi politik seperti ini cocok diterapkan di negara seperti Inggris, Amerika Serikat, Turki, Mesir, Eropa Barat dan Amerika Latin - namun tak cocok di Indonesia karena gaya komunikasi politik yang santun tetap menang di hati rakyat. Contoh, politik santun SBY - meskipun bobrok - telah membuat SBY berkuasa 10 tahun. Effendi Simbolon dengan komunikasi politik pamer kekuatan kalah dalam Pilgub Sumatera Utara. Pendeknya, para komunikator politik pamer kekuatan tak akan mendapatkan tempat untuk investasi politik jangka panjang.

Sejalan dengan keempat orang di atas, gaya komunikasi politik semacam Nurul Arifin, Tantowi Yahya yang menerapkan komunikasi politik sangat berbeda dengan Budiman Sudjatmiko dan Rieke Dyah Pitaloka yang sebenarnya militan. Budiman dan Rieke memilih berkomunikasi politik yang lebih beradab dan dampaknya pun dalam jangka panjang akan berbeda. Nurul Arifin pun terpental dari parlemen akibat komunikasi politik pamer kekuatan.

Jadi komunikasi politik pamer kekuatan tak akan pernah menghasilkan kekuatan sesungguhnya yang dibutuhkan dalam politik. Kenapa? Tercipta kesan sombong, nyinyir, aneh, asal berbeda, yang tidak menunjukkan diri sebagai manusia yang berkepribadian dan memiliki kesantunan sikap dan tingkah laku.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun