[caption caption="Ical dan Golkar I Sumber Tribunnews.com"][/caption]Kini, kasus Papa Minta Saham terkait PT Freeport tentang pencatutan nama Presiden Jokowi dan Wapres Jusuf Kalla tengah bergulir. Setya Novanto tengah hadir diperiksa oleh Kejaksaan Agung. Hanya perlu satu alat bukti lagi Setya Novanto akan dijerat. Namun, publik khawatir dan mengingatkan bahwa barter dukungan Golkar bisa melemahkan posisi Presiden Jokowi terhadap Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid. Kegagalan memenangi perang melawan mafia Petral dan Migas Riza Chalid dan Setya Novanto dipastikan akan mengarah pada kehilangan dukungan rakyat dan bisa mengarah pada pemakzulan terhadap Presiden Jokowi. Kenapa? Kekalahan politik yang tidak sempurna akan membangkitkan dendam politik dan kebangkitan lawan politik.
Mari kita ikuti bahaya yang mengancam jika Presiden Jokowi terkecoh dan keluar dari pakem awal peringatan bahaya politik Golkar dengan hati gembira ria senang sentosa bahagia pesta pora suka-cita senang sentosa riang ria menari menyanyi selamanya.
Cengkeraman terhadap pengaruh politik terhadap Setya Novanto – yang jatuh dari gebyar kursi Ketua DPR – tampak mengendor. Golkar yang dijadikan alat kompromi politik oleh Setya Novanto-Nurdin Halid dan Ical serta Muhammad Riza Chalid bisa menjadi alat gali lubang bagi Presiden Jokowi.
Golkar tengah dijadikan alat melemahkan keteguhan Presiden Jokowi dalam memerangi korupsi. Kasus Papa Minta Saham memasuki tahap paling krusial. Namun, kini semuanya tergantung kepada Presiden Jokowi. Sikap tidak tegas Presiden Jokowi dan menganggap tidak ada penyelesaian hukum dan hanya sampai menjatuhkan Setya Novanto dari kursi Ketua DPR sudah selesai, akan sangat berbahaya bagi Presiden Jokowi dengan bisa kehilangan dukungan rakyat.
Dukungan Golkar tidak bisa menjadi alat menibobokkan Presiden Jokowi karena sebenarnya Golkar tengah melakukan penggalangan kekuatan. Golkar adalah partai paling cerdas dan oportunis sejati. Di dalam tubuh pemerintahan Presiden Jokowi telah ada Jenderal Luhut Pandjaitan dan Wapres Jusuf Kalla. Untuk itu tak ada alasan bahwa masuknya Golkar menjadi sesuatu yang harus mengendorkan penyelesaian kasus Papa Minta Saham.
Kasus Papa Minta Saham ini menjadi kasus yang dinilai oleh publik terhadap keteguhan Presiden Jokowi dalam pemberantasan korupsi. Kasus Papa Minta Saham ini pun melibatkan Setya Novanto – orang terkuat di Indonesia dengan julukan the mighty, the untouchable and the unstoppable. Punya kekuatan maha kuat, tidak tersentuh oleh hukum, dan tidak bisa dihentikan. Selain itu skondannya pun tak tanggung-tanggung mafia Petral dan migas Indonesia dengan kekayaan ratusan triliun rupiah dalam bentuk pencucian uang dan pemegangan asset lewat para kroni yang luar biasa rapi: Muhammad Riza Chalid.
Bangunan kasus Papa Minta Saham akan menjadi titik menentukan bagi Presiden Jokowi. Dukungan Golkar yang dibarterkan dengan kasus Papa Minta Saham dengan menyampingkan keterlibatan hukum Setya Novanto dan Riza Chalid – dengan alasan tidak ada bukti misalnya, atau Presiden Jokowi berkelit sudah diserahkan kepada Kejaksaan Agung – akan membuat posisi Presiden Jokowi mudah dijatuhkan. Presiden Jokowi harus tegas dan memerhatikan bahwa dukungan dari Ring 1, Ring 2, dan the Operators dikarenakan Presiden Jokowi memiliki ketegasan dalam bersikap.
Sekali Presiden Jokowi (1) kalah atau (2) mengalah atau (3) berkompromi terhadap Setya Novanto dan Riza Chalid dalam bidang hukum – apapun alasannya dan kelitan yag disampaikan oleh Presiden Jokowi – akan mengakibatkan kehilangan dukungan dari all-out Ring 1, Ring 2, the Operators yang sangat memercayai Presiden Jokowi. Pun rakyat dan media akan melihat Presiden Jokowi sebagai pribadi lemah yang gampang dikibuli oleh maneuver Golkar dan Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid.
Presiden Jokowi harus memerhatikan dengan saksama bahwa sejak awal dalam sidang  Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR, Muhammad Riza Chalid telah melarikan diri – dengan tujuan mengaburkan saksi. Kini Setya Novanto pun masih mengatur DPR dengan adanya Panja Papa Minta Saham yang akan melawan Kejaksaan Agung. Ini membuktikan bahwa mafia migas dan Petral tetap melakukan perlawanan untuk membebaskan diri dari tuduhan sebagai pemburu rente.
Pun Presiden Jokowi tidak perlu terlena dengan dukungan Golkar dalam pemerintahan. Namun, publik akan menilai sikap Presiden Jokowi yang dengan tegas menyampaikan: tidak terima namanya dicatut. Namun, jika Presiden Jokowi (1) kompromi, atau (2) mengalah, dan (3) kalah melawan kasus Papa Minta Saham dan menjilat ludahnya sendiri dan menerima namanya dicatut, itu akan membuat publik, Ring 1, Ring 2, the Operators akan surut semangat mendukung Presiden Jokowi. Rakyat pun seperti itu melihatnya.
Kini, tidak ada jalan lain bagi Presiden Jokowi selain tetap tegas berkomitmen melawan mafia dan korupsi dengan simbol koruptor terbesar mafia migas dan Petral Muhammad Riza Chalid dan orang terkuat di Indonesia, the mighty, the untouchable and the unstoppable, Setya Novanto. Kalah atau berkompromi Presiden Jokowi hanya akan menunggu balas dendam politik mafia dan koruptor – dengan media dan rakyat melihat dan memersepsikan bahw Presiden Jokowi mencla-mencle dan lemah. Tak kuat dukungan rakyak akan memaksa organ lain pendukung berbalik menarik dukungan dan bisa menuju pemakzulan terhadap Presiden Jokowi.