Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banjir Manado: Kota Indah Terkoyak Reklamasi dan Fungsi Danau Tondano yang Berubah

18 Januari 2014   18:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:42 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kota Manado adalah kota yang indah. Boulevard Manado dulu adalah pantai sepanjang mata memandang dan kaki melangkah. Kini, tempat itu telah direklamasi dan tak ada lagi pantai sepanjang Boulevard. Yang ada adalah bangunan komersial hotel, mal, restoran, dan pusat perbelanjaan. Menempati seluruh wilayah pantai dan sepadan sungai, Manado berada tepat di daerah aliran sungai Tondano. Sungai yang berhulu di Danau Tondano. Danau Tondano yang hanya berjarak 39 km dari Kota Manado ternyata menyimpan energy. Danau Tondano adalah kekuatan penampung air ketika hujan menerpa daerah resapan air di sekitaran seputaran Danau Tondano. Namun, tiba-tiba pekan ini Kota Manado diterjang banjir bandang. Bagaimana Kota Manado dapat diterjang banjir sedemikian besar? Mari kita lihat penyebabnya: keserakahan manusia.

Pertama, penyebab banjir bandang ini adalah akibat tak mampunya Danau Tondano menampung beban air yang tak teresap di sekitar Danau Tondano. Maka air mencari tempat yang lebih rendah: menyusuri sungai dalam jumlah besar secara bersamaan. Pertanian yang tak memerhatikan alam dengan mayoritas tanaman seperti pohon cengkih dan kelapan diyakini kurang mampu menampung air ketika hujan. Daerah yang hijau dengan pohon berakar tunggang dan dalam berkurang luasnya di sekitar Danau Tondano.

Kedua, turunnya air ke Sungai Tondano dari Danau Tondano dalam jumlah besar tak mampu ditampung. Karena di seluruh bantaran Sungai Tondano sampai ke dalam Kota Manado banyak bantaran sungai dibangun bangunan permanen. Ketentuan 25 m dari sungai tak boleh dibangun tak dipatuhi. Akibatnya, luberan air tak mampu ditampung dan mengambil tempat di pemukiman.

Ketiga, rakyat Minahasa dan penduduk Manado terbiasa membuang sampah sembarangan. Akibatnya, keitka hujan keras menerpa banyak saluran air, anak sungai, dan bahkan Sungai Tondano yang bermuara di sekitaran Kota Manado pun dipenuhi sampah.

Keempat, reklamasi pantai besar-besaran di sepanjang pantai di Kota Manado di sepanjang Bolevard Manado dan sekitarnya menyebabkan daya tampung resapan pantai untuk menampung limpahan air sungai sebelum ke laut berkurang. Keadaan itu semakin diperparah oleh kenyataan adanya pasanga naik di Laut Manado. Akibatnya, air yang telah terkumpul tertahan dan mengakibatkan luapan air ke seluruh penjuru Kota Manado.

Jadi, Manado yang indah itu terkoyak karena (1) kebiasaan bertani di DAS Tondano yang tak ramah lingkungan, (2) danau Tondano yang menyusut ukurannya serta pendangkalan, (3) kebiasaan membuang sampah sembarangan warga Manado, (4) pembangunan rumah di bantaran Sungai Tondano (5) reklamasi pantai di sepanjang sempadan pantai di Manado sebagai area komersial. Semua itu adalah ulah manusia.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun