Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Beragama Menjamin Orang Berperilaku Baik dan Benar?

12 Agustus 2015   09:51 Diperbarui: 12 Agustus 2015   09:51 1133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="World's religions symbols I Sumber jimmysintension.com"][/caption]

Ada pertanyaan dari seorang Kompasianer yang diajukan kepada seorang filsuf besar Indonesia. Bung, apakah orang beragama (dan tidak beragama) menjamin orang menjadi berperiaku baik dan benar? Pertanyaan cerdas. Sesuai kebiasaan sebelum menjawab saya meminta ilustrasi latar belakang pertanyaannya. Menjadi menarik pertanyaan Kompasianer itu karena menyentuh esensi dan hakikat antara kebenaran, keberagamaan dan tingkah laku serta perilaku. Mari kita telaah tentang hal ini denga hati suka cita senang sentosa gembira bahagia pesta pora sesukanya selalu senantiasa selamanya.

Kompasianer ini memaparkan fakta-fakta yang mencengangkan. Berikut inti sari dari uraian kristis disertai contoh-contoh yang mencengangkan. Yang pertama dilontarkan adalah terhadap pentolan alias para nabi Kompasianer ini menyatakan bahwa pera pengajar agama dan pendiri agama selalu benar. Contoh Konfusius dikenal bijaksana. Yesus dikenal pengasih. Musa dikenal sebagai kritikus cerdas. Muhammad SAW dikenal sebagai Al Amin – yang bisa dipercaya. Zarathustra dikenal sebagai peletak dasar agama mono-theisme. Lalu Sidharta Gautama dikenal sebagai penyayang semua makhluk dan perdamaian. OK. Terus?

Kompasianer ini melanjutkan uraiannya. Para murid Konfusius mengajarkan kebajikan sehingga kita bisa membaca dan bahkan Indonesia meresmikan agama Konghucu sebagai agama resmi di Indonesia. Para murid Yesus yang mula-mula juga mengajarkan hal-hal yang menyayangi dan mencintai: kasih. Pengikut dan murid Musa pun seperti Samiri juga kritis dan cerdas lagi baik. Para sahabat Nabi Muhammad SAW pun yang empat orang itu juga demikian baiknya. OK. Dan?

Tak juga diragukan Zarathustra memiliki murid dan mengajarkan wisdom and logic yang luar biasa sampai menjadi peletak dasar kelahiran semua agama samawi alias langit: Yahudi, Kristen dan Islam. Para murid Sidharta Gautama yakni para petapa di hutan pun menyampaikan kebaikan ajaran sampai akhirnya ajaran itu menyebar di seluruh penjuru Bumi. OK. Lalu?

Ribuan tahun berlalu. Para murid dan sahabat para pendiri dan penyampai wahyu agama-agama meninggalkan jejak sejarah, jejak kisah, dan jejak contoh. Maka setelah ratusan tahun sejak agama disebarkan, agama memengaruhi institusi. Agama menjadi dasar yang memengaruhi lembaga masyarakat lokal dan nasional: skala desa sampai negara. OK. Kemudian?

Kerajaan Tiongkok Kuno sebagian besar dibangun atas dasar ajaran Konfusius. Eropa seperti Romawi dan Eropa di bawah gereja selama 1,000 tahun dibangun atas ajaran Yesus. Israel dibangun atas dasar ajaran Musa. Imperium Andalusia dan Turki Usmani atau Ottoman dan kerajaan di India dan Nusantara, Filipina dibangun atas nama ajaran Muhammad SAW. Imperium Persia Kuno dibangun atas ajaran Zarathustra. Hinduisme dan ajaran Buddha melahirkan kerajaan di Nusantara, seluruh Indo-China dan Asia Tenggara. OK. Seterusnya?

Kisah kesatuan agama dan negara menyurut di Andalusia, di Eropa, di Persia, di Indonesia, di Turki, di Iran, di India, di Tiongkok, di Thailand, di Asia Tenggara. Kini hanya sedikit negara yakni Iran saja yang resmi menjadi negara teokrasi. Ini bukti bahwa negara tak bisa dicampur dengan agama. OK. Lantas?

Kembali ke pertanyaan semula. Apakah agama dan beragama menjamin perilaku benar dan baik? Coba gimana? Agama adalah pedoman bagi setiap individu untuk berperilaku baik dan benar. Namun, agama bukan satu-satunya alasan orang berbuat baik dan benar. Contohnya: tatanan kehidupan di negara-negara Skandinavia Norwegia, Denmark, Finlandia dan Jerman sungguh menarik untuk diamati. Kedisiplinan dan keadilan sosial menjadi hal yang sangat diperhatikan. Praktik korupsi sangat sedikit. Kekayaan terdistribusi baik. Ketiga negara itu mendekati negara baldatun toyyibatun warrabun ghofur –negeri aman sentosa gemah ripah loh jinawi – seperti ketika Muhammad SAW mendirikan negara Madinah. OK. Lanjutannya?

Nah, orang-orang penduduk di Indonesia ini 84% beragama Islam. Lalu 8% Nasrani, lalu 3% Hindu-Buddha, 0,001% Yahudi dan Zoroaster. Dan 1% beragama Konghucu. Juga sisanya agama-agama lain dan kepercayaan. Tetapi Indonesia menjadi negara salah satu peringkat ke-4 di dunia soal korupsi. Kan ironis. Lalu apa artinya? Artinya, di Skandinavia dan Jerman korupsinya sangat-sangat sedikit.

Tidak seperti di Indonesia yang korupsinya sangat marak. Lihatlah para ustadz Luthfi Hasan Ishaaq melakukan korupsi. Ustadz Ahmad Fathanah juga demikian. Berbeda sekali ketika mereka berbicara di depan pengajian ibu-ibu dengan kelakuan melakukan korupsi. Juga di Amerika hampir setiap minggu ada penembakan massal: atas dasar keyakinan ideology yang menjadi agama baru. Lalu kaum ISIS dan teroris membunuh orang dengan keji. Juga ekstrimisme Hindu di India. Kejahatan ekstrimisme di Myanmar terhadap Muslim Rohingya. Kejahatan pengikut Buddha di Thailand terhadap Muslim di Thailand. Juga kejahatan Katolik di Mindanau. Lalu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun