Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Anugerah Gelar Pahlawan Gus Dur, Jokowi Disandera Soeharto

10 November 2015   07:19 Diperbarui: 11 November 2015   14:15 3000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Presiden Abdurrahman Wahid Gus Dur I Sumber Kompasiana.com"][/caption]

Penganugerahan gelar pahlawan nasional untuk mendiang KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur tertunda. Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa menyebut pemberian gelar kepada Gus Dur akan disampaikan pada saat yang tepat. Namun sesungguhnya yang terjadi adalah pemberian gelar kepada Gus Dur didomplengi oleh kemauan legitimasi pengangkatan eyang saya Presiden Soeharto sebagai pahlawan pula. Mari kita telaah kasus pemberian gelar pahlawan kepada Gus Dur ini dari sisi politis dengan hati riang gembira senang sentosa bahagia di Hari Pahlawan senantiasa selamanya.

Kisruh pemberian gelar pahlawan kepada Gus Dur dimulai oleh kalangan status quo. Usulan pemberian gelar terhadap Gus Dur tak diragukan lagi. Gus Dur adalah tokoh bangsa dan guru bangsa yang pemikirannya jauh ke depan. Ketika pluralisme menjadi barang aneh, Gus Dur membukanya, Gus Dur menjadi tokoh yang berjuang menghargai keberagaman budaya, agama, dan etnik alias kebangsaan. Gus Dur pun aktif dalam pergerakan pengubahan pemikiran tentang agama.

Puncak dari pengakuan keragaman itu adalah ketika menjabat sebagai Presiden RI ke-4, Gus Dur menetapkan Konghucu sebagai agama. Konghucu sebagai agama resmi yang diakui oleh Negara Indonesia sejajar dengan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Dan … Indonesia menjadi satu-satunya negara yang menghormati kepercayaan Konghucu sebagai agama resmi. Di mana pun baik di Tiongkok, Malaysia, Singapore, dan negara lain, tak ada yang menempatkan Konghucu sebagai agama resmi yang diakui negara: Indonesia.

Tujuan Gus Dur menempatkan kebangsaan, agama, kebudayaan, dan etnisitas sebagai ‘rahmatan lil alamin’ sangat cocok dengan Bhinneka Tunggal Ika. Hanya Gus Dur yang berani sebagai pemimpin agama terbesar Islam menghargai minoritas sedemikian rupa. Tujuan Gus Dur adalah kemanusiaan yang beradab, yakni: menghargai manusia dengan segala perbedaannya. Gus Dur adalah representasi unik keyakinan akan eksistensi manusia yang fana. Gus Dur adalah seorang visioner yang sangat luar biasa dalam memandang Indonesia ke depan.

Gus Dur adalah seorang demokrat yang mencintai rakyat dan bangsanya. Ketika terjadi gerakan menurunkan Gus Dur hasil orkestrasi Amien Rais dan Poros Tengah, yang berpotensi terjadi konflik horizontal, Gus Dur memilih untuk meredakan dan mundur dari posisi Presiden RI.

Gus Dur dijatuhkan karena Gus Dur adalah pemberani. Gus Durlah yang berani menghukum Om Tommy Soeharto. Gus Dur pun berencana mengusut kasus perampokan BLBI secara hukum – selain pengampunan - dengan jaksa Agung Baharuddin Lopa. Maka Gus Dur pun memerintahkan mengusutnya. Akibatnya, Lopa pun meninggal penuh misteri di Arab Saudi.

Maka ketika pencalonan Gus Dur menjadi pahlawan, serta-merta kalangan loyalis kepada eyang saya Presiden Soeharto, yang pro-status quo, termasuk Golkar, memasukkan eyang saya Presiden Soeharto menjadi satu paket: sama-sama sebagai pahlawan nasional. Wow.

Catatan tentang eyang saya Presiden Soeharto adalah catatan hitam-putih. Hitam dan muram karena faktor peristiwa G30S dan pembantaian pada 1965 yang absurd yang menewaskan hampir sejuta manusia Indonesia. Riwayat pemerintahan eyang saya Presiden Soeharto adalah kisah tentang Haur Koneng, tentang Priok, soal penembakan misterius, terkait peristiwa Malari, terhubung kasus Trisakti, dan aneka kasus lain termasuk diskriminasi terhadap etnis minoritas seperti Tionghoa di bidang politik namun dibesarkan di bidang ekonomi.

Catatan putih eyang saya Presiden Soeharto adalah ketegasan terhadap terorisme, separatisme, radikalisme, dan tentu pembangunan ekonomi – atau tepatnya ekonomi semu. Catatan putih lainnya adalah pembangunan korupsi yang melibatkan kongkolikong antara pengusaha hitam dan pejabat bank-bank BUMN. Bangunan korupsi yang melibatkan banyak orang dengan skala kerugian negara ribuan triliunan rupiah – yang belakangan dananya diparkir di Singapura yang rencananya akan diampuni alias amnesti oleh Presiden Jokowi – menciptakan para loyalis eyang saya Presiden Soeharto demikian kuat.

Maka tak mengherankan jika ketika Gus Dur diajukan sebagai pahlawan nasional, para loyalist eyang saya Presiden Soeharto pun dengan gigih akan membersihkan noda hitam dengan gelar pahlawan. Dan, yang aneh adalah, para loyalis itu menuntut persamaan warna antara Gus Dur yang cenderung Wali Kesepuluh, dengan pemerintahan kehitaman ala Pol Pot yang dianggap melekat pada diri eyang saya Presiden Soeharto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun