Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Anomali Tabiat Politik Aburizal Bakrie Ingkari Fatsun Tabiat Politik Yakni Kekuasaan Politik dan Ekonomi

28 November 2014   16:40 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:37 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anomali tabiat politik tengah dilakukan oleh Aburizal Bakrie. Ical ngotot hendak memertahankan posisi sebagai Ketua Umum Golkar. Padahal Ical dianggap telah gagal memimpin Golkar. Minimal tiga kegagalan Ical (1) menurunkan jumlah kursi Golkar di DPR, (2) gagal mencalonkan capres bahkan cawapres dari Gokkar, (3) gagal mendukung capres dengan kekalahan Prabowo. Tiga hal itu cukup untuk menurunkan dan memaksa Ical mundur. Namun, tiba-tiba Ical maju lagi dan ngotot untuk menguasai Golkar lagi. Sikap Ical ini merupakan salah satu dari dua tabiat politikus yang umum terjadi. Mari kita coba pahami anomali tabiat politikus semacam Ical itu dengan hati gembira ria.

Ternyata majunya Ical menjadi ketua umum adalah akibat pertemanan dengan Prabowo yang gagal move on. Ical dibawa dalam alam anomali tabiat sebagai politikus.

Pertama, setia kepada kekuasaan yang memabukkan. Ical merasa menikmati kehormatan sebagai ketua umum partai. Perasaan berkuasa adalah kenikmatan yang tiada tara. Nasib bangsa dan negara menjadi urusan ke sekian kali. Yang terpenting bagi penguasa adalah menikmati kekuasaan.

Kesetiaan politikus adalah kepada partai dan kekuasaan itu sendiri. Sebenarnya, tujuan umum ketua umum partai adalah menjadi presiden. Lalu menjadi menteri. Lalu menjadi ketua DPR. Lalu menjadi ketua MPR. Dalam level lebih rendah ada gubernur, wlikota, dsb.

Kekuasaan adalah hiburan kenikmatan bagi politikus. Maka Ical menolak untuk lengser karena menikmati kekuasaan sebagai Ketum Golkar. Itu pencapaian tertinggi Ical menurut Ical karena dengan kekuasaan di Golkar, Ical menganggap dirinya berpengaruh bagi Presiden Jokowi dan rakyat secara keseluruhan.

Anomali Ical adalah menjauh dari kekuasaan pemerintahan Jokowi dan malah membela Prabowo yang hanya memiliki kekuasaan semu. Kekuasaan seolah-olah.

Kedua, setia kepada kepentingan ekonomi. Hakikat kekuasaan adalah untuk kepentingan ekonomi. Dengan kekuasaan di tangan, maka kepentingan ekonomi menjadi tujuan. Seluruh gerbong partai termasuk kader dan penguasa akan menikmati kue ekonomi dengan cara apapun. Bahkan kalau perlu korupsi. Untuk meraih kekuasaan pun tak jarang mengeluarkan uang sampai ratusan miliar rupiah. Contoh naiknya Ical yang menjanjikan dana abadi Rp 1 triliun - yang tak pernah ditepati.

Bahkan kata Prabowo yang diyakini Ical, jika ingin berkuasa di Indonesia maka belilah partai politik. Sesuatu yang ternyata tak benar. Prabowo bukan hanya membeli, malah dikasih gratis didukung oleh 64% partai politik ternyata Prabowo keok melawan Jokowi yang disokong oleh para partai minoritas.

Nah, anomali Ical adalah mengorbankan kue kekuasaan hanya untuk pertemanan dengan Prabowo. Anomali sikap Ical ini jelas membuat seluruh gerbong Golkar kehilangan kesempatan menikmati kue ekonomi. Akibatnya para kader Golkar yang selalu berada di pemerintahan artinya kue kekuasaan dan kue ekonomi tersingkir dan hanya mendapatkan kue ubyang-ubyung kekuasaan semu dan ekonomi semu kantong kering proyek mampat.

Jadi, gara-gara Prabowo, Aburizal Bakrie melakukan anomali politik yakni (1) menjauh dari kekuasaan, dan (2) mengerdilkan periuk nasi kue ekonomi kader Golkar yang selama ini selalu berada di pemerintahan. Akankah anomali tabiat politik Ical ini membuat dirinya menang atau terjungkal? Kita lihat saja nanti.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun