Mohon tunggu...
Ninoy N Karundeng
Ninoy N Karundeng Mohon Tunggu... Operator - Seorang penulis yang menulis untuk kehidupan manusia yang lebih baik.

Wakil Presiden Penyair Indonesia. Filsuf penemu konsep "I am the mother of words - Saya Induk Kata-kata". Membantu memahami kehidupan dengan sederhana untuk kebahagian manusia ...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anas Sebut Nama Baru Century, Ibas Jauhi Hambalang

5 Maret 2013   03:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:19 1782
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anas Urbaningrum kembali membuat berita. Kali ini bukan soal Hambalang namun soal aliran dana Century. Anas mengungkapkan kepada Timwas Century yang menyambangi rumah Anas di Duren Sawit kemarin (04/03/2013). Apa makna politis dari pengungkapan lima nama baru yang disebut Anas mengetahui aliran dana Bank Cantury itu yang jelas menyeret petinggi Partai Demokrat dan pihak lain yang sekarang duduk di kursi legislative dan executive?

Anas adalah dwi-kepribadian dan berwatak Sengkuni. Adalah Anas yang sekarang mampu menggalang dukungan berbagai pihak. Setelah Mahfud MD, Anwar Nasution, Sinta Nuriyah Wahid, dan bebarapa jenderal tersingkir pun ikut menggalang dukungan kepada Anas Urbaningrum. Apa yang dilakukan oleh Anas dengan menggiring opini kepada pihak-pihak tertentu memiliki implikasi politis yang menguntungkan berbagai pihak. Salah satunya adalah Ibas Baskoro. Ibas diuntungkan dan dicoba ditarik keluar dari pusaran politik. Namun di pihak lain, dengan ditariknya kasus Hambalang malah badai yang lebih besar akan menerpa: Century.

Kasus Century adalah kasus penggarongan uang paling brutal dalam sejarah Reformasi setelah penggarongan uang BLBI - Bantuan Likuiditas Bank Indonesia - yang pada akhirnya hanya menguntungkan pihak pemilik bank dan para penadah asset bank yang melakukan insider trading seperti bank Bali, Bank Surya, Bank BCA yang pada akhirnya dimiliki lagi oleh kalangan yang berkolusi dengan pihak pengemplang.

Kasus bank Century yang sudah pasti menyeret Boediono - yang dihadiahi kursi pengangguran sebagai Wakil Presiden - adalah kasus perampokan 6,7 triliun yang cara pembobolannya dengan cara tradisional - rekening palsu dan identitas palsu. Ribuan rekening palsu dibuat dan aliran dana jelas ke mana, sesuai dengan laporan PPATK (Pusat Pelaporan Analisis Transaksi Keuangan). Dalam hal ini Anas sebenarnya tidak mengungkapkan apapun yang baru soal aliran dana Bank Century. PPATK telah merilis transaksi dan aliran dan semua itu sudah dilaporkan kepada Panwas Century. Tak ada yang baru. Lalu kenapa Anas dan Timwas Century gegap gempita menyambangi Anas?

Sebenarnya kasus Hambalang jauh lebih dekat ke arah pembongkaran belepotannya Keluarga Cikeas yang mungkin menyeret Ibas dan bisa jadi Ani Yudhoyono. Bukti kemungkinan keterlibatan Ibas adalah menyolotnya Menko Ekuin Hatta Rajasa yang ikut-ikutan protes bahwa tuduhan Anas terhadap menantunya adalah tidak benar dan fitnah. Dalam politik setiap sangkalan dan pengakuan dimaknai berlawanan. Ingat itu.

Maka dalam hal penyebutan lima nama baru kasus Century oleh Anas adalah upaya pembungkaman Anas terhadap dirinya sendiri sebagai political bargaining - tawar-menawar politik untuk keperluan gerbong yang dibawa dan didukung Anas - lawan-lawan politik SBY tentunya. Dengan mengalihkan kasus ke Century, maka resiko hukumnya lebih lama dan rumit, dibandingkan dengan Keluarga Cikeas menghadapi Hambalang yang di mata Anas dan SBY sekarang terang benderang. Anas sekarang di atas angin dan menjadi Semar bagi para oportunis dengan terhukum tetap Keluarga Cikeas pada akhirnya.

Apapun yang akan dilakukan oleh SBY, dengan mengarahkan kasus ke Century atau memeluk kasus Hambalang demi Putra Mahkota, tetap saja pada akhirnya terhukum adalah Keluarga Cikeas. SBY dan Anas adalah korban kesalahan mereka tidak membungkam dan membaik-baiki M. Nazaruddin. Dari situlah sebenarnya Anas dan SBY akan selamat. Namun karena merasa kuat dan berkuasa, M. Nazaruddin dicuekin dan dibiarkan terus bernyanyi.

Akibatnya, nyanyian itu membentuk opini publik secara politis yang kekuatannya melebihi status hukum. Anas tengah merasakan politik dan kriminalisasi, dan kemungkinan Anas akan meniru M. Nazaruddin dengan menyanyikan lagu untuk Ibas. Dan dengan demikian ‘geger politik' akan tetap terjaga pada relnya, meski Anas pun tak akan terlepas hukum seperti Anwar Nasuition yang membongkar kasus teman-temannya di Bank Indonesia yang korup.

Salam bahagia ala saya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun