Akbar Tandjung pun tunduk kepada strategi Presiden Jokowi. Langkah Presiden Jokowi membungkam koalisi Prabowo dengan pendekatan enam strategi semakin membuahkan hasil. Strategi Presiden Jokowi dalam berkomunikasi politik sungguh sesuai dengan karakternya: tegas dan sederhana. Bagaimana strategi politik koalisi Prabowo dibungkam oleh Presiden Jokowi? Mari kita telaah dengan hati gembira ria bahagia sejahtera.
Pertama, koalisi Prabowo diisi oleh para politikus yang lihai. Sebut saja di dalamnya ada arsitek dan ahli strategi komunikasi politik Akbar Tandjung. Akbar Tandjung adalah the master of Indonesian politics. Akbar Tandjung adalah orang kuat Indonesia - selain Setya Novanto yang tak tersentuh oleh hukum.
(Dalam kasus dana non-budget Bulog pun Akbar Tandjung bebas, meskipun anak buahnya dipenjara. Ciri orang kuat adalah tidak terlalu mengumbar omongan yang keras dan kontroversial. Hal seperti ini ada pada eyang saya Presiden Soeharto yang lebih banyak diam atau tersenyum untuk menghadapi masalah serius. Bahkan dalam melakukan perintah pembunuhan terhadap simpatisan PKI kepada Sarwo Edhie Wibowo pun eyang saya Presiden Soeharto tidak jelas sisi perintahnya. Hal yang sama disampaikan kepada Pangkopkamtib Soedomo ketika memerintahkan pembunuhan yang dikenal dengan nama Petrus alias penembakan misterius terhadap para preman hanya dengan senyum dan manggut-manggut.)
Akbar Tandjung memiliki instink politik luar biasa. Setya Novanto belajar banyak dari Akbar Tandjung.
Gambaran kekuatan dan kelihaian politik ala Akbar Tandjung akan dieksekusi cara memojokkan Presiden Jokowi tanpa kekuatan mayoritas di DPR. Maka langkah persiapan awal pun dilakukan dengan menggolkan UU MD3 sebagai sedia payung sebelum hujan. Maka seluruh kekuasaan dan pimpinan serta alat kelengkapan DPR dan MPR pun dikuasai oleh Koalisi Prabowo. Tujuannya adalah (1) untuk menghambat kerja dan kinerja pemerintahan Jokowi, (2) mencari kesalahan dan kelengahan Presiden Jokowi, (3) melemahkan citra politik Presiden Jokowi. Tujuan akhir dari semua itu adalah menjungkalkan Presiden Jokowi.
Itulah konsep awal yang akhirnya ditunjukkan dengan gaya politik demokrasi ugal-ugalan ala Fahri Hamzah dan Fadli Zon.
Kedua, koalisi Prabowo memiliki para pendukung pengusaha dari kelas atas sampai menengah dan kuat, mayoritas anggota DPR berlatar belakang pengusaha dan berbagai profesi. Kekuatan ekonomi ini awalnya didukung oleh harapan memerbesar kesempatan mengeruk keuntungan ekonomi dengan mengandalkan Aburizal Bakrie, Prabowo, Hatta Rajasa, koneksitas mafia hutan dengan pentolan Syarif Hasan, para pentolan dan mafia migas, hukum dan sebagainya.
Janji Ical dan Prabowo serta Hatta Rajasa kepada para pengusaha dan anggota DPR bahwa dengan melakukan tekanan - maka kompromi pembagian kekuasaan di eksekutif akan didapatkan oleh koalisi Prabowo dengan menekan melalui DPR. Intinya, kekuasaan di DPR akan dijadikan alat sepenuhnya untuk menekan pemerintahan Jokowi agar berbagi kue ekonomi dan kue kekuasaan.
Artinya DPR menempatkan diri seperti masa pemerintahan SBY, meskipun dalam makna dalam posisi melawan setiap keputusan populis Jokowi. Salah satu senjata yang secara kasar dan blatant diyakini oleh Ical dan Prabowo - atas nasihat dan pandangan politik dangkal Fahri Hamzah dan Fadli Zon yang memandang bahwa menjungkalkan Presiden Jokowi hanya melalui interpelasi.
Ketiga, Ical dan Prabowo serta Akbar Tandjung memahami sepenuhnya bahwa Hatta Rajasa, SBY adalah kekuatan penyumbang kedua setelah Golkar dalam koalisi Prabowo - sekaligus titik kritis lemah dominasi koalisi Prabowo. Hatta Rajasa dikenal sangat dekat dengan Riza Chalid dan mafia migas. Ical dan SBY bahkan Hatta Rajasa pun rentan tersangkut kasus hukum.
Dalam kondisi seperti itu, maka hanya Golkar yang paling bisa diandalkan untuk menopang koalisi Prabowo. Golkar adalah pilar koalisi ilusif dan delusif Prabowo. Rancangan awal strategi Akbar Tandjung dalam mendorong koalisi Prabowo dengan berbagai strategi untuk menaikkan Prabowo dan menjungkalkan Presiden Jokowi - yang disampaikan secara terbuka oleh Hashim Djojohadikusumo yang berencana menjungkalkan Presiden Jokowi, mengikuti darah pemberontak dan makar ayah mereka Soemitro Djojohadikusumo yang pemberontak Permesta. Itulah sebabnya Prabowo mati-matian memaksa Ical, dan Ical mati-matian akan tetap berada di koalisi Prabowo karena janji-janji politik dan strategi politik Akbar Tandjung untuk membawa kejayaan koalisi Prabowo.